kecelakaan mobil

Di sebuah rumah mewah besar yang terlihat seperti mansion, sebuah keluarga yang terdiri dari sepasang orang tua dan putranya sedang menyantap makan malam.

"Ashraf mau menikah," ujar Ashraf setelah menghabiskan makan malam miliknya.

Ayah Ashraf hampir tersedak makanan dan dengan cepat meminum air.

"Pelan-pelan, Ayah," ucap Bunda Ashraf sambil menggosok punggung suaminya.

"Kamu selalu menolak wanita yang kami berikan untukmu dan sekarang kamu bilang mau menikah? Memang dengan siapa kamu mau menikah?" tanya sang Ayah setelah merasa enak tenggorokannya.

"Lila. Dia putri dari pemilik Kusuma Jaya dan juga asistenku," jawab Ashraf.

"Kami akan memberi restu pada siapa pun pilihan kamu. Bunda juga lama-lama capek cari wanita yang ujung-ujungnya selalu menyerah untuk dekati kamu," tutur sang ibu.

"Ayah juga setuju asal wanita itu baik dan bisa mengurus kamu dengan tulus bukan karena kamu yang seorang presdir perusahaan," tambah sang ayah.

"Lila adalah perempuan yang baik. Dia merawat putranya dengan sangat baik," kata Ashraf.

"Tunggu! Bunda nggak salah dengar? Putra?"

"Iya putra. Dia ibu tunggal anak satu." Ashraf menyesap kopi hitamnya.

Ayah dan Bunda Ashraf saling melirik lumayan lama dan mereka menganggukkan kepalanya sedikit.

"Kapan kamu mau melaksanakan pernikahan itu?" tanya sang ayah.

"Secepatnya. Mungkin minggu depan."

Ashraf sudah mengumpulkan niatnya semalaman untuk jujur pada orang tuanya bahwa yang ingin dinikahinya itu adalah ibu dari anak kandungnya. Tetapi bahkan memakan waktu semalaman itu belum cukup. Dia masih belum berani untuk mengatakannya.

*

Hari ini adalah pertemuan Lila dan orang tua Ashraf. Mereka memesan sebuah restoran Jepang dan Lila bersama Ashraf sudah berada di resto menunggu Ayah dan Bunda Ashraf.

"Kamu tidak perlu takut. Orang tuaku sangat ramah pada orang," ujar Ashraf melihat Lila sedang memainkan jarinya terlihat sangat gugup.

Tentu saja gugup. Siapa yang tidak gugup saat akan bertemu dengan orang tua yang akan menjadi mertuanya. Dan Lila berpikir bahwa apa yang dikatakan oleh Ashraf adalah hanya untuk menenangkan dirinya. Ia benar-benar takut melihat perangai Ashraf yang dingin dan suka menjahilinya di kantor. Entah bagaimana dengan orang tuanya nanti.

"Tidak baik berprasangka buruk pada orang yang bahkan belum bertemu," sindir Ashraf seakan tahu apa yang dipikirkan Lila.

"Ck. Saya bukannya mau berprasangka buruk. Hanya saja melihat Bapak yang seperti itu saya tidak bisa untuk menahan diri," cibir Lila.

"Seperti itu? Memang saya seperti apa?" tanya Ashraf tak terima seakan dirinya bukanlah orang yang baik.

"Seperti cicak! Dingin sekali!" ejek Lila.

"Kamu ..." ucapan Ashraf terhenti saat melihat Ayah dan Bunda sudah berada di pintu restoran.

"Apa kalian sudah lama menunggu?" Ayah menarik kursi untuk Bunda duduk.

"Tidak. Kami juga baru sampai," jawab Ashraf.

"Ini Ayah dan Bundaku. Ayah, Bunda, ini Lila calon istriku." Ashraf saling memperkenalkan mereka.

"Halo ..." sapa Lila ramah.

"Halo ... di mana anakmu?" tanya Bunda mencari-cari anak yang dibilang oleh Ashraf.

"Emm Amat lagi di toilet bersama pamannya," jawab Lila.

Orang tua Ashraf menanyakan berbagai hal kepada Lila atau lebih tepatnya hanya Bunda.

"Maaf sebelumnya, Nak. Kalau boleh tahu Ayah dari Amat di mana?" tanya Bunda seketika membuat Lila terdiam tidak dapat menjawabnya.

Sudah lama ia tidak ditanyai pertanyaan itu. Inilah salah satu alasan ia tidak ingin mengenal orang baru.

Bukan hanya Lila, Ashraf juga merasa panik Lila akan memberikan jawaban apa atas pertanyaan itu.

"Ayah Amat ..."

"Mommy ..." Amat memeluk Lila membuatnya tak dapat menyelesaikan kata-katanya.

"Sayang sudah selesai?" Lila menyambut pelukan hangat itu.

"Sudah Uncle bilang untuk tidak makan pepaya. Sekarang jadi sakit perut 'kan?" tegur Dika mengomeli Amat.

Amat tidak bisa memakan pepaya atau itu akan membuatnya sakit perut. Tidak parah, hanya akan membuatnya bolak-balik kamar mandi.

"Hehe ... sorry Uncle," ucap Amat.

"Amat? Hey boy," panggil Bunda terkejut melihat putra Lila.

"Mr. and Mrs. Arsaka, halo, what are you guys doing here?" tanya Ashraf dengan bahasa Inggris, bahasa yang ia pakai saat di London.

"Sayang ...?"

"Mereka tetangga yang sering bermain bersama Amat, Mom." Seakan tahu sang ibu ingin mengatakan apa, Amat menjelaskan terlebih dahulu.

"Jadi, Lila is your mother?" tanya Ayah dan diangguki Amat.

"Kalau begitu Bunda sepenuhnya setuju Ashraf dan Lila menikah. Dengan begini Amat akan menjadi cucu kami," ujar Bunda semangat.

"Come here honey," panggil Bunda.

"Bunda sudah kenal sama Amat sebelumnya?" tanya Ashraf. Pria itu heran dengan sang ibu yang sangat mendukung pernikahannya begitu melihat Amat. Ia juga senang, awalnya ia takut Bunda akan memberikan respon yang kurang baik terlebih melihat Amat yang 'kekurangan'.

"Ayah dan Bunda selalu bermain dengan Amat jika di London. Dia anak yang sangat baik dan juga pintar. Waktu itu Amat menolong Ayah menemukan kembali dompet Ayah yang hilang dibawa anjing. Dan ternyata rumahnya tak jauh jadi Ayah dan Bunda meminta Amat untuk sering-sering datang bermain ke rumah," jawab Ayah menjelaskan.

"Jadi Om dan Tante yang sering diceritakan oleh Amat. Terima kasih sebelumnya telah menjaga dan memberikan mainan kepada putra saya," ucap Lila membungkukkan badannya berterima kasih dengan tulus. Selama di London memang Amat bercerita ia sering bermain di rumah yang tak jauh dari rumah mereka. Dia juga sering dibelikan mainan hingga hampir keseluruhan mainan milik Amat adalah pemberian Mr. dan Mrs. Arsaka.

*

"Amat awas!"

Sebuah mobil menabrak anak kecil hingga membuatnya terpental cukup jauh dan darahnya mengucur ke mana-mana.

Beberapa saat sebelumnya, Lila dan Amat sedang berjalan menyusuri trotoar. Ibu dan anak itu baru saja keluar dari sebuah butik ternama untuk mencoba gaun pengantin dan sedang berjalan pulang ke rumah. Ashraf tidak ikut sebab ia sedang ada urusan.

Mereka memutuskan untuk berjalan kaki atas permintaan dari Amat. Tiba-tiba Amat berbelok ke arah jalan raya sebab melihat seekor kucing yang masih sangat kecil berada di tengah jalan.

Lila tak menyadari itu sebab ia sedang membalas pesan Ashraf di ponsel. Ketika berbalik Amat tak ada dan sudah berada di tengah jalan memegang kucing. Lila yang melihat putranya langsung terkejut dan reflek melihat ke arah samping kanan dan kiri berjaga-jaga apakah ada kendaraan.

Dan benar saja, sebuah mobil berwarna ungu melaju tepat ke arah Amat dan kelajuannya tak berkurang sedikit pun. Lila yang tambah panik berlari ke arah Amat dan berteriak.

Namun mobil itu sudah terlalu dekat dengan Amat dan akhirnya anak itu tertabrak cukup keras.

Lila syhok berat dan menangis dengan keras melihat cairan merah itu membasahi tubuh Amat. Ia mengangkat tubuh putranya dan menuju rumah sakit menggunakan mobil salah satu orang yang berada di jalan itu.

Sedangkan mobil ungu yang menabrak Amat melaju dengan cepat melarikan diri.

*

*

_bersambung_

Terpopuler

Comments

Muthy

Muthy

semangat upnya

2023-08-26

0

Dlaaa FM

Dlaaa FM

Lanjutannnnnnn

2023-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!