kenapa kau mengirim pesan itu

"Kenapa? Sepertinya ada masalah?" sindir Elena mengangkat bibirnya sebelah.

"Diam kamu!" bentak Arnold.

"Kenapa aku harus menurut?" tantang Elena. Sebab memang tak ada lagi preman yang ada yang bisa menyakiti anak-anak.

"Besar sekali nyalimu bahkan saat terikat seperti ini? Bisa apa kamu?!" bentak Arnold berjalan mendekati Elena.

Saat sudah di hadapan Elena, Arnold membungkukkan badannya ingin menampar wajah Elena. Namun belum sempat tamparan itu dilayangkan, Elena menarik kaki Arnold hingga membuatnya terjatuh.

"Ap-"

Sebenarnya tangan Elena memang terikat sebelumnya. Namun Elena dengan mudah melepaskan ikatan itu tapi ia tetap berpura-pura masih terikat.

Elena duduk di atas tubuh Arnold yang terbaring di lantai dan memukul wajahnya hingga darah mulai mengucur.

Elena terus memukul hingga wajah Arnold tak terbentuk lagi. Jijik? Takut? Itu yang harusnya dirasakan wanita saat melihat wajah yang hancur akibat dipukul terus menerus. Namun Elena terlihat menikmati menghajar pria yang memang sedari tadi memancing emosinya.

"K-kakak ..." panggil anak kecil yang ditangkap bersamanya tadi dengan suara yang sangat kecil.

Elena tersentak dan sadar bahwa di sana masih ada anak-anak kecil yang tak pantas melihat adegan barusan. Anak-anak itu kini duduk berkumpul di sudut ruangan menatap takut dan ngeri terhadap Elena.

"M-maaf adik-adik semua. Kakak nggak berbahaya kok. Kalian jangan takut ya," ucap Elena.

"Iya Kakak itu baik. Dia bisa ditangkap karna mau tolong aku tadi," ungkap anak yang ditangkap bersama Elena berusaha menenangkan teman-temannya yang ketakutan.

"Kalian tunggu di sini. Kakak periksa dulu di bawah," perintah Elena dan pergi meninggalkan anak-anak itu.

Beberapa saat sebelumnya ...

Dika berjalan memasuki gedung terbengkalai itu. Dia bergegas masuk sebab melihat sedikit cahaya dari arah lantai dua.

"Siapa di sana!" tegur seorang pria mendengar suara langkah kaki Dika yang cukup besar.

"Sia*l!" Akibat terlalu panik Dika sampai tak menyadari keberadaan orang lain di sana.

Pria itu memasang kuda-kuda melihat seseorang yang mendekatinya dengan membawa senjata tajam.

Melihat Dika yang memasang kuda-kuda membuat pria itu menjadi panik dan langsung menyerang.

Berbekal ilmu bela diri yang dipelajari sejak kecil, Dika dengan mudah menumbangkan lawannya. Beberapa yang lain melihat temannya terjatuh langsung turun tangan mengepung Dika.

Meski agak kesusahan, Dika tetap berhasil mengalahkan lawan satu per satu. Hingga yang terakhir masih berdiri tersisa adalah pria besar yang baru saja turun dari lantai dua.

"Apa kau utusan dari Fernando?" tanya pria itu.

Dika mengernyit tak mengerti. Siapa pria itu? Siapa Fernando? Kenapa banyak preman di sini dan menyerangnya? Masih menjadi misteri di kepala Dika.

"Melihat kau yang tidak menjawab sepertinya dugaanku benar," lanjut pria itu dan mulai menyerang Dika.

Dengan tenaga yang tersisa sedikit, Dika melawan pria itu. Meski memakan waktu lama sebab pria itu lebih kuat dari preman lainnya, Dika tetap berhasil menumbangkannya.

Napas yang tersenggal-senggal tak membuat Dika berhenti. Pria itu melanjutkan berjalan menuju tangga lantai dua.

Saat mendekati belokan, Dika mendengar suara langkah kaki mendekat. Saat suara itu semakin mendekat, Dika terkejut dengan tangan yang mengepal mengarah ke wajahnya.

Secara reflek Dika menarik tangan itu dan memelintirnya ke belakang.

"Aww!"

Dika terkejut mengetahui yang menyerangnya secara tiba-tiba itu adalah seorang wanita. Ia dengan cepat melepaskan kuncian tangan itu ketika melihat wajah yang ia kenal.

"Maaf. Aku kaget dan reflek tadi," ucap Dika.

"Maaf-maaf! Sakit tahu!" gerutu wanita itu yang adalah Elena memijit lengannya yang dicekal Dika tadi.

"Bagaimana kau bisa di sini?" tanya Elena.

"Kau sendiri yang mengirimkan pesan itu. Ingat?" Dika mengernyit.

"Pesan? ... Astaga!" jerit Elena memukul dahinya.

"Apakah pesan itu terkirim padamu? Aku kira mengirimnya ke Babang tadi," kata Elena.

"Tapi syukurlah kau tidak apa-apa. Kau lumayan juga bisa mengalahkan beberapa orang yang berbadan lebih besar darimu," imbuh Elena.

Dika tak mengerti dengan perkataan Elena.

"Kenapa kau mengirim pesan itu?"

"Eh ... em ... bukan apa-apa," dalih Elena. "Ohh aku ingin kau membantuku menolong anak-anak kecil yang ada di atas. Mereka korban penculikan," sambung Elena.

Dika dan Elena membawa anak-anak kecil itu yang totalnya ada lima orang ke kantor polisi. Setelah memberikan keterangan, Dika dan Elena berpisah menuju tujuan yang berbeda. Dika hendak menuju kantor sebab hari yang sudah mulai pagi sedangkan Elena yak tahu pergi ke mana.

Dika kembali ke gedung tua sebelumnya untuk mengambil ponselnya yang tak sengaja terjatuh dan lupa ia ambil.

Saat sampai di sana tempat itu sudah bersih tak ada lagi preman-preman. Dika mewajarkan itu sebab kemungkinan tkp telah dibersihkan oleh pihak kepolisian.

Namun kejanggalan yang membuat Dika bertanya-tanya adalah, tkp itu benar-benar 'bersih'. Tak ada sama sekali bekas perkelahian. Jejak-jejak darah yang ada sebelumnya telah hilang seakan tak pernah terjadi apapun di sana.

"Aneh ..." gumam Dika mengambil ponselnya dan berlalu pergi.

*

Elena sedang berjalan-jalan saat melihat dua orang pria berlari dari kejauhan dengan seorang gadis yang mengejar mereka. Dengan melihat sekilas saja Elena paham akan situasi itu dan mengikuti dua preman yang memasuki gang kecil itu.

Elena dapat menumbangkan mereka dalam satu pukulan saja sebab memakai knuckle.

"Cari uang itu yang benar! Jangan merebut punya orang lain!" omel Elena menceramahi kedua pria dewasa itu yang terkapar.

Tiba-tiba gadis yang tadi ia lihat sedang mengejar kedua preman itu telah tiba sambil ngos-ngosan. "Apa kau pemilik dompet ini?"

"I-iya ... terima kasih," balas gadis itu bingung.

"Wajahmu tidak asing. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Kau perawat di rumah sakit itu. Aku ibu dari anak yang mengalami kesembuhan dari lumpuh otak," jawab sang gadis yang adalah Lila.

"Oh iya aku ingat! Namaku Elena," tutur Elena memperkenalkan diri. "Sepertinya kita bisa berteman."

"Lila," sambut Lila membalas jabatan tangan Elena.

"Ke mana kau akan pergi? Boleh aku ikut?" pinta Elena.

"Boleh," jawab Lila meski masih bingung dengan perilaku perawat yang baru saja menolongnya itu.

*

Lila dan Elena berbelanja beberapa bumbu dapur di pasar tradisional. Di sepanjang perjalanan pulang, Lila menceritakan kemalangan yang ia baru alami sejak pagi tadi. Entah mengapa dengan mudahnya Lila dekat dengan wanita yang baru ia temui beberapa kali itu. Mungkin karena Elena yang terlebih dahulu terbuka kepadanya dengan menceritakan juga kemalangan yang ia pernah alami.

"Kenapa mereka bisa berubah 180° seperti itu? Mencurigakan!" seru Elena ikut terbawa emosi dengan cerita Lila.

"Pftt ..." Lila tertawa melihat respon Elena yang memasang pose seperti seorang detektif.

Sifat kekanakan itu sangat kontras dengan usianya yang sudah di pertengahan kepala dua. Meskipun begitu, Lila terhibur dan untuk sejenak melupakan rasa sakitnya.

"Sepertinya aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa!" pamit Elena tiba-tiba dan pergi tanpa menunggu jawaban dari Lila.

"Kenapa dia pergi tergesa-gesa begitu. Seperti melihat hantu saja," ucap Lila menatap Elena yang perlahan menjauh.

Saat kembali berbalik, Lila melihat beberapa pria dengan pakaian serba hitam dan kacamata hitam bertengger di hidung mereka.

"Tampan sekali! Amat pasti akan tumbuh besar dan menjadi tampan seperti pria-pria itu, kayak mafia," kata Lila tersenyum membayangkan putranya bila dewasa kelak.

"Ahh sekarang bukan waktunya memikirkan itu. Aku sudah harus pulang dan kembali menghadapi sikap mereka yang berubah," tambah Lila dan bergegas pulang.

*

*

_bersambung_

Terpopuler

Comments

Muthy

Muthy

Gk kebayang didiemin sama keluarga mertua😣

tapi btw kok jadi horor tiba-tiba ya

2023-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!