"Mungkin lebih baik kita kembali saja. Di sini tidak aman untukmu dan Amat. Setidaknya aku bisa memastikan keamanan kalian di sana," ujar Ashraf saat ini bersama Lila di dalam kamar.
"Tapi, Mas, 'kan sebentar lagi kelulusan Tami. Aku ingin tetap di sini saja. Lagi pula aku baik-baik saja. Tuhan masih melindungiku, siapa pun yang menolongku," tolak Lila.
"Baiklah, aku akan menurut padamu. Tapi jika ada sedikit pun hal yang mencurigakan, kita akan langsung kembali ke Indonesia," jawab Ashraf mengiyakan dengan syarat.
"Terima kasih, Mas," ucap Lila dan mencium bibir Ashraf tiba-tiba.
"Kau sudah mulai nakal rupanya." Ashraf memeluk erat Lila yang berusaha menghindar dan menciumi seluruh wajahnya.
Lila yang dicium seluruh wajahnya tertawa terbahak-bahak.
*
Pagi telah tiba. Di sebuah rumah besar kediaman keluarga Arsaka saat ini sedang sibuk. Sejak matahari mulai menampakkan diri, seisi rumah berisik mendekor rumah untuk menyambut kepulangan anak bungsu keluarga itu.
Suara-suara berisik itu mengganggu tidur sepasang insan yang masih dalam alam mimpi. Tubuh keduanya tanpa busana hanya ditutupi oleh selimut.
Nampaknya telah terjadi pergempuran di atas ranjang itu semalam. Atau dini hari tadi? Terlihat dari tubuh mereka yang masih berpeluh.
"Selamat pagi, Sayangku," sapa pria yang belum lama ini memegang status suami.
Ia menatap dalam mata sang istri yang baru saja terbangun. Wajahnya yang baru saja bangun itu nampak lelah dan kusut. Berbeda dengan dirinya yang terlihat cerah seakan memenangkan lotre.
Bagaimana tidak bahagia? Semalam akhirnya ia membelah durennya. Hasrat yang telah ia tahan sejak beberapa hari lalu akhirnya terlepas dengan bebas.
"Hehe," tawa pria itu cengengesan ditatap tajam oleh sang istri. Ia tahu bahwa istrinya pasti sangat lelah. Mereka baru saja selesai melakukan aktivitas ranjang saat hari sudah hampir mencapai pagi. Mereka terlelap hanya dalam kurun waktu dua jam.
"Sudah jam berapa ini, sebaiknya kita cepat turun ke bawah," ucap Lila ketus. Ia benar-benar kesal dengan suaminya itu. Melihat dirinya yang telah mandi dengan rambut yang basah langsung dilayangkan tatapan hewan buas yang sangat kelaparan. Ia pun tak bisa menolak permintaan sang suami yang meminta jatah. Bagaimana pun cepat atau lambat mereka akan melakukan itu.
*
"Mommy kenapa wajahnya kusut? Apa Mommy bermimpi buruk?" tanya Amat dengan wajah polos.
"Nggak, Sayang. Mommy hanya lelah saja," jawab Lila sambil melayangkan tatapan tajam kepada sang suami yang duduk di sampingnya.
Sedangkan Ashraf sang pelaku hanya duduk menyantap sarapannya dengan wajah tanpa dosa.
Ayah dan Bunda melihat itu menjadi mengerti tentang apa yang terjadi.
"Apa yang Mommy kerjakan hingga kelelahan seperti itu? Apa Daddy yang memberikan pekerjaan pada Mommy?" tanya Amat lagi tak mengerti.
"M-Mommy begadang menonton drama semalam. Makanya Mommy kurang tidur," dalih Lila dengan cepat tak ingin membahas lagi. Ia sadar telah diberikan tatapan aneh dari sang mertua. Seakan tatapan itu mengatakan 'cepatlah berikan kami bayi untuk digendong'.
Lila menoleh menatap Ashraf yang masih dengan tenang menikmati sarapannya. Seakan ia tidak mendengar apapun. Alhasil Lila mencubit lengan Ashraf.
Ashraf menggosok lengannya yang dicubit dan memberikan wajah merengek kepada Lila. Sedangkan Lila tak menghiraukan dan melanjutkan sarapannya.
Ayah dan Bunda diam-diam mengulum senyum berusaha menahan tawa. Mereka jadi mengingat masa-masa mereka ketika menjadi pasutri baru.
*
Lila dan Ashraf beserta keluarganya kini berada di sebuah sekolah besar ternama. Mereka sedang duduk menonton penampilan para siswa sebagai pertunjukan perpisahan senior yang akan lulus hari ini.
Lila meminta izin untuk pergi ke toilet. Saat ingin kembali ke aula tempat pertunjukan berada, beberapa siswa menghadang Lila.
"Hei, Cantik. Siapa namamu?" tanya salah seorang pria itu dalam bahasa Inggris.
"Mommy!" panggil Amat memanggil Lila.
"Iya, Sayang," sahut Lila dan menghampiri Amat. Ia kemudian berjalan sambil menggandeng tangan mungil Amat.
Tanpa disadari Lila, Amat membalikkan wajahnya dan menatap sengit beberapa siswa yang mengganggu sang ibunda tadi.
'Dia sudah bersuami dan punya anak!' kurang lebih begitu para siswa mengartikan tatapan Amat.
"Anak kecil itu sangan menjengkelkan!" dengus salah seorang siswa.
"Sepertinya mereka berdarah Asia. Wajah wanita itu sangat 'baby face' terlihat masih seumuran dengan kita padahal sudah memiliki anak," sahut temannya.
"Ya. Sama seperti Tami. Bukankah dia berdarah Indonesia?" lanjut yang lain.
"Sudah berapa banyak yang kau dapatkan dari mendekati anak polos itu?"
"Sangat banyak. Gadis itu benar-benar lugu. Dia mengeluarkan banyak uang padaku. Sangat royal. Dia sangat mudah dibodohi," jawab salah seorang siswa itu sambil tergelak.
"Siapa yang kau sebut bodoh!" Aura dingin terpencar dari tubuh Ashraf yang tiba-tiba berada di antara para siswa yang tadi mengganggu Lila.
Amat melaporkan pada sang ayah bahwa Lila diganggu oleh beberapa siswa. Ashraf dengan emosi yang menggebu-gebu berjalan menuju tempat yang diberutahukan sang putra. Ia tak akan membiarkan siapa pun menyinggung keluarga kecilnya.
"Apa yang dikatakan brengs*k ini!" ejek salah seorang siswa membuat teman-temannya tertawa.
Ashraf merogoh ponselnya dan memotret siswa-siswa itu yang berjumlah tujuh orang.
"Hei apa yang kau lakukan!" marah siswa itu dan mendorong bahu Ashraf.
Ashraf menarik tangan yang mendorongnya ke belakang membuat siswa itu menjerit.
"Keluarkan mereka dari sekolah," kata Ashraf begitu panggilannya terhubung. Ia melakukan panggilan telepon sambil satu tangannya masih mengunci lengan yang mendorongnya tadi.
"Memang siapa kau bisa seenaknya di sini!" teriak salah satu siswa melihat temannya ditahan. Namun mereka yang lain tak ada yang berani menolong sebab aura Ashraf benar-benar menakutkan.
"Your nightmare!" jawab Ashraf melepaskan siswa yang ia tahan. Ia memperbaiki jasnya dan berbalik pergi meninggalkan mereka.
Tak lama terdengar suara panggilan dari speaker yang berada di sudut koridor. Siswa-siswa yang baru saja bersama Ashraf kini tubuhnya mematung. Sedangkan Ashraf menaikkan sudut bibirnya dan tetap berjalan dengan tegas kembali kepada keluarganya yang masih berada di aula.
"Dari mana saja kau? Cepatlah sedikit, kita akan mengambil foto keluarga."
"Membersihkan hama," jawab Ashraf dan bergabung dengan keluarganya. Di sana juga sudah ada sang adik memakai dres berwarna peach.
*
*
_bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Muthy
semangat!
2023-08-26
0