Elena

Pagi telah tiba. Keluarga Ashraf dan Lila saat ini sedang melakukan sarapan pagi bersama di restoran hotel.

"Kenapa wajahmu kusut begitu? Apa kamu nggak bisa tidur? Wajahmu benar-benar lelah, Nak," tanya Jeni melihat wajah Ashraf yang mengeluarkan aura dingin. Dan yang paling merasakan aura itu adalah Jimmy dan Tuan Arsaka.

"Bukan apa-apa, Ma. Ashraf cuma lelah saja kurang tidur," jawab Ashraf menatap tajam Jimmy dan sang ayah sambil menekankan kata-katanya.

"Ekhem ..." Tuan Arsaka berpura-pura batuk.

Sedangkan Jimmy merasakan dingin tengkuknya dan menelan ludah kasar.

"Bang Dika mana?" tanya Lila tak melihat sang kakak.

"Tadi malam Tami pas-pasan sama Bang Dika. Katanya ada urusan mendadak jadi dia pulang duluan," jawab Utami yang biasa dipanggil Tami, adik dari Ashraf.

Utami putri Arsaka, adik kandung dari Ashraf Arsaka. Ia datang tepat di hari pernikahan Ashraf diselenggarakan. Selama ini dia bersekolah di London dan menggunakan sistem asrama. Jadi ia hanya pulang saat libur sekolah atau acara penting seperti pernikahan Ashraf kakaknya.

Karena sifatnya yang supel dan sangat ceria membuatnya sangat cepat akrab dengan keluarga Lila. Kemampuan bersosialisasinya itu selalu membuat Ashraf tak habis pikir dan sesekali merasa iri.

Ia saja harus memakan waktu untuk bisa akrab dengan Lila dan keluarga. Itu pun dibantu Amat yang memang sangat cepat dekat dengannya.

*

Di lain tempat.

"Terima kasih sudah datang membantuku semalam. Aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa," ucap seorang wanita memakai seragam perawat.

Malam saat Dika keluar dari kamar pengantin baru.

"Tolong!" Isi dari pesan yang masuk dalam ponselnya disertai dengan sebuah alamat.

Dengan perasaan penasaran dan sedikit khawatir, Dika berbalik arah dan segera memasuki lift meninggalkan Jimmy dan Tuan Arsaka.

Sembari menunggu lift mencapai dasar, Dika berusaha untuk menghubungi pengirim pesan tersebut namun tak ada jawaban.

Dika berjalan dengan was-was hingga tak sengaja menabrak seseorang.

"Aduh!" pekik seorang gadis remaja yang menabrak Dika.

"Maaf," ucap Dika membantu gadis itu berdiri.

"Bang Dika mau ke mana buru-buru sekali sampai nggak lihat Tami? Mentang-mentang Tami pendek," dengus Tami.

"Tami?" celetuk Dika yang memang tak sadar bahwa yang menabraknya adalah Utami adik dari Ashraf. Ia memang belum terlalu menandai wajah gadis kecil itu.

"Bang Dika ada urusan. Abang pergi dulu," pamit Dika dan bergegas meninggalkan Tami.

"Huh ... nggak gentle banget!" gerutu Tami dan melanjutkan memasuki lift sambil menenteng sate yang baru saja ia beli.

*

"Kamu di mana? Apa yang terjadi?" cecar Dika begitu panggilannya terhubung setelah mencoba kesekian kalinya.

"Bos, wanita itu sepertinya memegang ponsel!"

"Cepat ambil itu dasar bod*h! Periksa ponselnya jangan sampai dia menelepon polisi!"

Dika mengernyit mendengar suara dari balik telepon. Ia memeriksa kembali nomor itu takutnya salah sambung.

Namun seteleh mengecek beberapa kali nomor itu tidaklah salah. Dia menekan nomor yang betul.

Dika semakin khawatir mendengar perkataan itu yang melibatkan polisi juga. Entah apa yang sedang terjadi di sana.

Dika semakin menaikkan kecepatan mobilnya membelah kesunyian di malam itu.

Tak memakan waktu lama, Dika telah sampai di alamat yang diberikan. Tepatnya di sebuah gedung terbengkalai dekat wahana permainan.

*

"Jangan sentuh mereka, bajing*an! Gue sudah menurut sama kalian jadi sekarang lepaskan mereka sesuai perjanjian!" tuntut seorang gadis berusia 26 tahun menekan nadanya sambil melotot ke arah beberapa pria di hadapannya.

"Tol*l sekali kamu, hahaha ... mana mungkin kami mau melepaskan mereka yang sudah susah payah kami tangkap!" ucap pria sangar bertubuh besar.

"Kalian memang tidak punya harga diri!" cibir wanita itu.

Beberapa saat sebelumnya, wanita itu sedang memakan jagung bakar yang baru ia beli di pinggir jalan.

Saat sedang asik menyantap makanan kesukaannya itu, tiba-tiba ia melihat seorang pria yang terlihat mencurigakan mengikuti anak kecil yang sedang berjalan menyebrangi jalan.

Elena, nama wanita itu, memantau pergerakan pria yang bertubuh besar dua kali lipat dari badannya mengekori sang anak kecil sambil melihat kiri dan kanan.

Penglihatan Elena sedikit terhalau oleh beberapa kendaraan yang lewat. Saat sebuah bis besar lewat tiba-tiba pria dan anak kecil yang ia perhatikan tadi menghilang.

"Si@l!" umpat Elena dan berlari ke arah terakhir ia lihat pria dan anak kecil itu berada.

Ia melihat pria tadi memasuki gang kecil sambil membekap anak kecil. Elena berlari dan menendang pria itu dari belakang hingga terjatuh dan anak kecil yang ia bekap terlepas.

Seketika tangis anak itu pecah dan lari bersembunyi di belakang Elena.

"Siapa kamu?!" geram pria sangar.

"Yang intinya musuh penjahat jelek sepertimu," cibir Elena.

"Anak kecil seperti kamu memang bisa apa?" ledek pria sangar itu melihat Elena dari atas sampai bawah.

"Tubuhku seperti ini normal. Berbeda dengan kamu yang isinya hanya lemak!" ejek Elena menyunggingkan sebelah bibirnya.

"Bangs@t!" pria sangar itu menyerang Elena dengan melayangkan tinjunya.

Elena dengan cekatan menghindari pukulan itu dan menendang 'sesuatu' di antara ************ sang pria.

Pria itu mencondongkan badannya ke depan menutupi selangkangannya dengan kedua tangan sambil memasang wajah meringis kesakitan.

"Rasakan itu! Siapa suruh melihatku dengan tatapan menjijikan!" ledek Elena.

"Kakak!" jerit anak kecil yang ditolong Elena.

Elena reflek menoleh ke belakang dan melihat beberapa pria dengan perangai preman memasang kuda-kuda waspada terhadapnya. Sedangkan anak kecil itu sudah berada dalam gendongan salah satu preman.

"Siapa kalian sebenarnya?" tanya Elena menatap waspada preman itu sebab beberapa dari mereka memegang senjata tajam.

"Elena ... Elena ... sulit sekali menemukanmu. Sepertinya hari ini kami mendapatkan tangkapan besar," ucap seseorang dari belakang para preman.

"Arnold! Apa yang kalian lakukan di sini? Apa sekarang kalian juga mulai menculik anak kecil?" sarkas Elena melihat wajah pria yang menyebut namanya.

"Itu bukan urusanmu! Menurutlah pada kami maka anak ini akan selamat," ujar Arnold membuat kesepakatan.

"Tepati ucapanmu!" Elena mengangkat kedua tangannya dan langsung di tahan oleh preman yang ada di sana.

Elena sebenarnya tahu perkataan Arnold tidak dapat dipercaya. Namun ia tidak bisa melakukan apapun sebab anak kecil yang ingin ditolongnya itu menjadi sandra.

"Hahaha ... tidak disangka kami akan menangkap putri kesayangan Fernando. Kira-kira bagaimana reaksi pria tua itu ketika tahu anak yang selalu ia banggakan itu sedang terduduk berantakan seperti ini hm?" ujar Arnold memandang remeh Elena yang berada di bawah.

"Rencana licikmu itu tidak akan berhasil!" sanggah Elena.

"Nyesel gue nggak bawa pengawal satu pun," keluh Elena dalam hati.

Tak lama kemudian terdengar bunyi kericuhan dari arah lantai satu. (Elena dan anak-anak ada di lantai 2).

"Periksa siapa yang membuat keributan itu!" titah Arnold pada bawahannya yang hanya ada satu di lantai itu.

"Kenapa? Sepertinya ada masalah?" sindir Elena mengangkat bibirnya sebelah.

"Diam kamu!" bentak Arnold.

*

*

_bersambung_

Terpopuler

Comments

Muthy

Muthy

ada yang pecah tuh kayaknya

2023-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!