“BAAANGGGGG......,” teriak Rana menggelegar membangunkan seisi rumah karena suaranya yang sangat enak untuk di dengar itu, tapi sehabis mendengarkannya maka kalian harus memeriksakan telinga kalian ke THT.
Bukannya malah terkejut dan bangun, tapi Rafa masih saja tak bergeming sedikitpun dan masih bergelung dalam selimutnya. Laki-laki yang sudah berusia 25 tahun itu sepertinya sangat enggan untuk membuka matanya karena memimpikan sang pujaan hati yang saat ini sedang berjalan mendekat padanya.
“Ya Allah, punya Abang satu kebonya minta ampun.. Ckckck..” Rana berdecak kesal. Karena ini kebiasaan Rafa satu-satunya yang sangat sulit untuk dihilangkan, yaitu terus saja susah untuk bangun.
Rana berjalan mendekat pada ranjang Rafa. Mencari ide bagaimana cara membangunkan Abang-nya itu. Ini adalah hari Minggu, berarti ini adalah hari libur bagi Rafa untuk bisa terbebas dari urusan kantor yang setiap hari menumpuk diatas meja kerjanya.
“WOY ABANGGGGGGG......” teriak Rana lagi dengan menggelegar membuat Rafa yang masih terbaring langsung terduduk didalam tidurnya. Laki-laki itu tampak sangat kaget hingga membuat kepalanya serasa berputar-putar membuat Rana kembali kesal.
“Kamu apaan sih dek. Abang masih ngantuk nih.” ujar Rafa saat kesadarannya sudah kembali. Dia menatap pada Rana dengan kesal karena sudah mengganggu waktu tidurnya.
“Bang, ini udah jam berapa? Ayo cepetan mandi Bang, udah siang ini.” ujar Rana merengek. Rafa menoleh pada gadis yang berusia 22 tahun itu.
“Ngapain sih dek? Ini masih pagi, lagian ini waktu libur Abang buat tiduran seharian. Abang capek banget kerjaan banyak banget.” Rafa hendak menarik selimutnya. Tapi tak urung saat gadis itu berteriak.
“MAMAAAAAA...., Abang gak mau bangun Ma.” teriak Rana yang membuat Rafa menutup telinganya. Aih, gadis ini benar-benar.
Rafa menatap pada Rana dengan kesal.
“Iya-iya. Ini Abang udah bangun. Aih, lagian kamu ini ada-ada aja sih, udah tau ini hari Minggu, masih aja gangguin orang mau istirahat.” gerutu Rafa hendak berdiri, dan berjalan. Tapi langsung tersandung dan jatuh telungkup karena selimut yang melingkar di kakinya.
“Bwahahahahaha, makanya kalau jalan itu liat-liat Bang,” ujar Rana yang tidak bisa menghentikan tawanya saat melihat Rafa yang tersungkur di depannya.
“Dasar, benar-benar adik lucknut gak ada akhlak, bukannya dibantuin tapi ini malah di ketawain!” ujar Rafa kesal. Sedangkan Rana sudah lebih dulu berlari keluar dari kamar Rafa.
Rafa berjalan gontai menuju kamar mandi, membersihkan wajahnya yang kusut dan juga mandi untuk menyegarkan tubuhnya.
Rafa berjalan keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk di pinggangnya dan juga dengan handuk kecil yang dia gunakan untuk mengusap rambutnya yang basah.
“ABANGGGG.....,” Rafa terkejut bukan main saat Rana ada di dalam kamarnya berteriak kaget melihat tubuhnya yang bisa dikatakan hampir telanjang itu, dengan seorang wanita yangggg ....
“Shila...,”
“Aaaahhhhkkk, mataku ternodai....,” pekik Shila kaget lalu langsung berlari keluar dari kamar Rafa, sedangkan Rana hanya terbengong ditempat, setelah itu dia mengejar Shila keluar. Sedangkan Rafa yang baru sadar dengan apa yang dia gunakan langsung berlari menuju ruang ganti, lalu mengganti pakaiannya dengan baju kaos berwarna putih, dan juga celana berwarna hitam selutut.
“Ternyata Ryan benar. Dia sudah kembali!” ucap Rafa dengan senyum menyeringai. Dia menatap dirinya di cermin. Mengoleskan gel pada rambutnya dan menatap dirinya sendiri didepan cermin.
“Mungkin kamu belum bisa maafin aku Shil, tapi aku pasti bakal bikin kamu jatuh cinta untuk yang kedua kalinya dengan cara yang berbeda dan juga Rafa yang berbeda.” Rafa dengan mantap melangkahkan kakinya keluar kamar.
“Morning Ma,” sapa Rafa saat melihat sang Mama yang sedang duduk disofa sembari melihat majalah.
“Pagi sayang. Kamu kenapa gak ikut jemput Shila ke bandara sih tadi?” tanya Raisya pada anak laki-lakinya itu, tapi dengan mata yang masih fokus pada majalah yang ada ditangannya.
“Bahkan Rafa gak tau kalau dia udah balik kesini Ma.” ucap Rafa dengan nada datarnya. Dia berjalan menuju meja makan, lalu mengambil buah yang ada disana. Sebuah apel merah mendarat cantik dibibir laki-laki itu, lalu mengunyahnya.
“Dia gak ngabarin kamu?” tanya Raisya. Sebenarnya, semenjak Shila pergi, Raisya banyak melihat perubahan pada anak laki-lakinya itu.
“Gak!” jawab Rafa singkat.
“Abangggg, Mamaaaa...,” Rana yang tiba-tiba turun dari dalam kamarnya berteriak membuat Raisya dan Rafa refleks menutup telinga mereka.
“Ya ampun Nak, kamu kenapa teriak-teriak sih.” ucap Raisya menegur anaknya itu.
“Hehe, enggapapa Ma. Kak Shila, ayo turun.” Shila mengekor dibelakang Rana. Dia tidak menoleh sedikitpun pada Rafa.
Baiklah, sepertinya kedua manusia itu memilih untuk saling mengabaikan.
“Shila, kamu gak mau kangen-kangenan sama Rafa dulu?” tanya Raisya dengan senyum menggoda.
“Hehehe, gak Tante. Shila gak kangen sama dia.” ujar Shila dengan seenaknya membuat Rafa melongo. Bahkan dia tidak melirik sedikitpun pada laki-laki itu.
“He'eh? Masa sih?” goda Raisya lagi, yang merasa tidak percaya dengan perkataan gadis itu.
“Iya Tante. Ya udah Ran, kita ke rumah kakak yuk,” ajak Shila yang langsung diangguki oleh Rana.
“Ma, Ran ke rumah kak Shila dulu ya?” pamit Rana pada Raisya. Lantas wanita paruh baya itu mengangguk. Sedangkan Rafa hanya melongo karena merasa diabaikan oleh kedua gadis itu.
_____
“Shila, kamu yakin buat kerja nak?” tanya Riska pada anaknya itu. Farhan juga menatap pada Shila. Saat ini mereka sedang berada di meja makan, untuk sarapan bersama. Shila sudah rapi dengan pakaian formalnya.
“Kamu mau kerja dimana sayang?” ucap Farhan bertanya pada anak gadisnya itu. Sedangkan Shila terlihat berfikir sebentar.
“Gak tau Pa, nanti Shila cari lowongan pekerjaan aja ke perusahaan-perusahaan. CV nya udah Shila bikin semalam.” ujar Shila menjelaskan, kedua orangtuanya itu mengangguk.
Shila kuliah di Yogya dengan jurusan kuliah Manajemen. Dia tidak mau mengikuti langkah Papa dan juga Mama-nya yang menjadi dokter. Sebenarnya Riska dan Farhan meminta pada anak perempuannya itu untuk menjalankan sekolah kedokteran saja, tapi Shila tidak mau dan menolaknya. Sedangkan Gavin, adik laki-lakinya itu tampak sangat tertarik dengan dunia kedokteran, jadi saat ini dia baru saja selesai kaos dan mulai bekerja di rumah sakit Papa-nya. Menjadi salah satu dokter bedah mudah yang tampan disana.
“Ya udah, Shila berangkat ya Pa, Ma.” ucap Shila pamit pada kedua orangtuanya itu. Gavin tidak ada disana karena masih di rumah sakit saat ini. Biasanya dia akan pulang saat sudah menjelang siang.
“Ya udah, hati-hati sayang.” Riska mengusap kepala Shila dengan sayang. Shila mengangguk, lalu dia berjalan menuju garasi mobilnya.
Mengeluarkan dari pintu gerbang rumah besar itu, mengabaikan Rafa yang saat ini juga sedang mengeluarkan mobilnya untuk berangkat ke kantor.
“Dia masih marah rupanya.” ujar Rafa tersenyum menyeringai.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments