7. Usaha Cindy

“Rafa, nih aku bawain bekal buat kamu.” ujar Cindy pada Rafa yang saat ini masih di dalam kelas. Ryan dan Rendra beserta Rafa menatap pada gadis itu.

“Maaf Cin, tapi aku makan di kantin aja sama anak-anak.” ujar Rafa menolak. Ini entah hari keberapa gadis yang bernama Cindy itu mencoba untuk mendekatinya. Rasanya Rafa menyesal sudah menabrak dan juga menolong gadis itu sewaktu dia baru pertama masuk ke sekolah dua bulan yang lalu.

“Tapi Raf, aku bikinin bekal ini khusus buat kamu.” ujar Cindy dengan tatapan yang memelas. Ryan dan Rendra bersitatap. Keduanya menggelengkan kepala merasa kesal juga dengan gadis yang ada didepannya ini. Gencar sekali dia mendekati Rafa.

“Maaf, tapi Rafa makan sama gue.” ujar Shila yang tiba-tiba datang dari luar bersama dengan kedua temannya.

“Shil..” ucap Rafa.

“Apa? Abang mau makan sama dia? Ya udah kalo gitu biar aku keluar lagi.” Shila yang merasa kesal langsung berjalan keluar dari kelas Rafa. Tapi laki-laki itu mengejarnya begitu juga dengan Ryan dan Rendra.

“Sialan...” melihat hal itu, Cindy merasa kesal karena sudah diabaikan oleh Rafa. Bahkan dia sudah melakukan berbagai cara untuk mendekati Rafa tapi tetap saja Rafa menolaknya. Bukankah Rafa dan Shila itu tidak berpacaran tapi kenapa keduanya dekat sekali. Dan Shila kesal memikirkannya.

“Gue harus pake cara lain.” ujar Cindy dengan menghentakkan kakinya.

Lalu ia memakan sendiri bekal yang dia bawakan untuk Rafa. Padahal tadi pagi dia sudah bangun subuh-subuh hanya untuk menyiapkan bekal ini untuk dia berikan pada Rafa, tapi kini bahkan laki-laki itu tidak menyentuh kotak bekal yang dia bawa.

Sedangkan kini Rafa keluar mengejar Shila.

“Shila, Abang gak makan sama dia.” ujar Rafa memelas. Dia memegang lengan Shila tapi langsung di tepis oleh gadis itu.

“Kenapa? Makan aja sana, aku gapapa.” ujar Shila dengan wajah yang ditekuk masam. Lalu Shila duduk disebuah bangku kantin yang juga diikuti oleh kedua temannya. Rafa juga ikut duduk berhadapan dengan Shila.

“Gak... Kan ini Abang mau makan sama kamu.” ujar Rafa dengan senyum lebarnya. Mencoba untuk meluluhkan lagi hati wanita cantik yang ada didepannya ini.

“Terserah....!”

★*★

Entahlah, semakin hari Cindy terlihat semakin gencar mendekati Rafa, karena dia tahu kalau Rafa tidak berpacaran dengan Shila.

Seperti hari ini, karena dia dan Rafa satu kelas, dan guru yang mengajar dikelas hari ini meminta untuk mengerjakan tugasnya berkelompok, maka langsung saja Cindy berjalan ke arah Rafa dan mengatakan kalau dia mau satu kelompok dengan Rafa, yang di angguki oleh guru itu. Dan Rafa hanya pasrah akan hal itu, padahal dia berniat untuk satu kelompok dengan kedua temannya.

*

Dan kini saat Rafa dan juga Shila sudah pulang dari sekolah, gadis itu marah pada Rafa karena tidak bisa menolak Cindy untuk mendekatinya.

“Abang, kalau Abang bener suka sama dia, ya udah kita sudahi aja komitmen kita dulu.” Shila mengucapkan dengan mata yang berkaca-kaca. Dia berdiri didepan motor Rafa, menyerahkan helm yang ia gunakan pada laki-laki itu.

“Shila, tapi Abang gak suka sama dia, dia aja yang terus-terusan ngedeketin Abang,” ucap Rafa membela diri. Karena memang begitu adanya, gadis itu yang gencar mendekatinya.

“Makanya Abang bilang dong sama dia, kalo kita udah punya komitmen berdua.” nada bicara Shila sudah mulai melunak.

“Iya-iya, nanti Abang bilang sama dia. Sekalian aja Abang bilang kalau kamu itu pacar Abang, biar dia gak ngedeketin Abang lagi.” Rafa merasa kesal juga sebenarnya sama gadis yang bernama Cindy itu. Padahal dia sudah menolak secara terang-terangan tapi tetap saja gadis itu terus mendekati dirinya.

“Alesan aja itu.” ujar Shila cemberut, tapi tak urung dia tersenyum juga mendengar pernyataan Rafa.

“Bener sayang. Nanti Abang bilangin sama dia kayak gitu.” Shila lantas langsung merona mendengar kata Sayang yang keluar dari mulut Rafa.

“Ih ... Enak aja sayang-sayang,” ujar Shila mengalihkan pandangannya, dia tidak mau Rafa melihat wajahnya yang memerah malu.

“Cieee, yang bulshing..” ujar Rafa menggoda.

“Udah ah. Aku mau masuk dulu. Bye Abang.” Shila berlari menuju rumahnya yang letaknya berseberangan dengan rumah Rafa.

“Eh... Abang gak di suruh masuk nih?” goda Rafa lagi.

“Gaaaakkkk...” Shila berteriak saat sudah berada didepan pintu rumahnya.

“Ehh? Kenapa ini anak Mama teriak-teriak?” tanya Mama Shila membuat gadis itu mengeluarkan cengiran khas nya.

“Enggapapa Ma,” ujar Shila. Lalu ia mencium tangan Mamanya.

“Shila ke kamar dulu ya Ma,” ucap Shila pamit. Mamanya hanya menganggukkan kepala. Shila berjalan menaiki tangga rumahnya dan berlalu menuju kamar. Setibanya dia di kamar yang bernuansa serba Pink itu, Shila lantas merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Menatap pada langit-langit kamar.

Rafa kini juga sudah tiba di kamarnya, dia melepaskan sepatunya mengganti pakaian lalu membuka gorden kamar. Menatap pada rumah yang ada didepan rumahnya, lebih tepatnya ke jendela kamar Shila. Gadis itu belum membuka gorden kamarnya.

“Pasti dia lagi rebahan.” ujar Rafa yang tau kebiasaan gadis cantik yang menjadi pemilik hatinya itu. Setelahnya Rafa berjalan keluar kamar, menuruni anak tangga untuk bisa tiba di lantai bawah. Dia langsung menuju ke dapur untuk makan.

*

Keesokan harinya, Rafa dan Shila berangkat ke sekolah bersama-sama. Dengan Shila yang duduk di belakang Rafa memegang pinggang laki-laki itu, hari ini seperti kebiasaan Rafa, laki-laki itu hampir saja datang terlambat karena susah di bangunkan karena asik bermain PS dengan Gavin, adik Shila. Untung saja Gavin tidak kebo seperti dirinya jadi dia tidak terlambat pergi ke sekolah.

“Kenapa telat lagi sih dek Rafa,” sapa Pak Jono yang mau menutup pintu gerbang sekolah.

“Kita belum telat kok pak, baru hampir telat.” ujar Rafa cengengesan.

“Heeleh.” dengus Shila yang duduk dibelakangnya.

“Ya udah, kalian masuk aja, bapak mau nutup gerbang.” pinta pak Jono. Lantas Rafa kembali memacu motornya untuk bisa sampai di parkiran motor khusus siswa.

Rafa dan Shila berjalan beriringan menuju kelas. Melewati koridor sekolah Rafa berbicara hangat pada Shila. Dan kebetulan saat itu Cindy juga lewat di dekat mereka, tapi Rafa dan juga Shila mengabaikannya begitu saja dan tetap berjalan menuju kelas.

“Huh,” dengus Cindy melihat Rafa yang terlihat sangat akrab dengan Shila.

“Sebenarnya mereka itu punya hubungan apa sih? Katanya gak pacaran, gue deketin cowoknya itu si cewek yang marah.” Cindy menghentakkan kakinya berjalan menuju kantin untuk membeli air mineral.

______________________

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!