4. Beliin tespek

“Kalo onty gak hamil gimana?” tanya Rafa, dia melirik pada Shila sekilas lalu kembali menatap lurus kedepan.

“Ya enggapapa.” jawab Shila singkat.

“Ih, kok gitu.” Rafa tak terima dengan reaksi gadis cantik itu.

“Emangnya kenapa?” tanya Shila bingung. Apa hubungannya dengan dia kalau Onty Fina hamil? Kan bukan dia yang menghamili Onty Fina, gak mungkin kan Shila harus tanggung jawab?

“Taruhan yuk?” ajak Rafa membuat gadis itu mengernyit.

“Ih, gak ah! Abang apa-apaan sih?” Shila mendelik pada Rafa. Yang benar saja, masa Onty-nya dijadikan bahan taruhan.

“Ya, kan Abang nebak aja, terus kalo tebakan Abang bener, kita taruhan.” ucap Rafa menjelaskan.

“Taruhannya gimana?” tanya Shila lagi.

“Hummm..” Rafa terlihat seperti berfikir sebentar.

“Apa?” tanya Shila tidak sabaran.

“Kamu jadi pacar Abang,” ucap Rafa yang langsung menghentikan langkah gadis itu. Shila mendelik pada Rafa.

“Dih...” ucap Shila singkat.

“Loh, kok gitu?” tanya Rafa. Kenapa reaksi Shila seperti ini.

“Ya gak lah, orang onty lagi hamil kok. Ga mungkin Abang menang.” Shila menjelaskan, membuat Rafa kesal.

“Nyenyenye...” kata itu membuat Shila kesal setengah mati.

“Abangggg...”

“Ya kan namanya usaha Shila..” ucap Rafa menjelaskan dengan mengedipkan matanya membuat Shila mengerling malas.

“Tapi kan kita udah punya komitmen Bang.” Shila mengingatkan pada janji yang sudah mereka buat dulu.

“Iya-iya..” pasrah Rafa.

“Yang ikhlas dong.” goda Shila tersenyum membuat senyuman itu ikut menular pada laki-laki tampan yang berjalan disebelahnya ini.

“Ni, dah ikhlas banget Abang dek.” Rafa menunjukkan cengiran lebarnya pada Shila, membuat gadis itu tertawa.

“Kirain..”

Shila dan Rafa berhenti didepan kamar Arvano, lalu membuka pintu kamar itu pelan.

“Halo adek Abang yang cantik, ponakan Abang yang ganteng.” sapa Rafa dengan tingkah konyolnya itu.

“Dih, kok ponakan sih Bang?” protes Shila, sedangkan kedua orang yang disapa hanya menggedikkan bahu acuh. Sudah terbiasa dengan perdebatan kedua sejoli itu.

“Ya terus apa dong?” tanya Rafa.

“Ya Adek juga lah.” ucap Shila. Gadis itu lalu ikut duduk di atas tempat tidur dekat dengan Rana, melihat pada buku gambar yang terbuka disana.

“Gitu ya?” tanya Rafa yang juga ikut duduk, tapi didekat Arvano.

“Giti yi... Nyenyenye.” Shila membalikkan kata-kata Rafa tadi membuat laki-laki itu jengkel.

“Abang sentil tuh mulut ya!” ucap Rafa kesal.

“Kok gitu?” tanya Shila heran.

“Gedeg Abang dengernya!”

“Apanya yang gede?” tanya Shila heran.

“Astaga, Gedeg bukan gede!”

“Beda ya Bang?”

“Gak kok sayang, sama aja.” mendengar kata sayang yang keluar dari mulut Rafa, membuat gadis cantik itu memerah malu, lalu mengalihkan pandangannya.

“Dih.”

“Kenapa?” tanya Rafa tersenyum. Melihat gadis cantik didepannya itu seperti salah tingkah.

“Enggapapa.”

“Maaf kakak-kakak. Kita berdua ini masih dibawah umur loh. Jangan sayang-sayangan didepan kita ya. Mohon pengertiannya.” Rana yang sedari tadi hanya diam mendengarkan perdebatan kedua kakaknya itu angkat bicara, yang juga diangguki oleh Arvan.

Bocah kecil itu memang sedikit pendiam dan juga introvert. Anak dari Rasya dan juga Fina itu memang jarang bicara, hanya ekspresi datar yang ia tunjukkan pada orang yang tidak dikenalnya, tapi jika bersama orang terdekat dan juga keluarganya Arvano lebih bisa membuka diri walaupun masih kaku. Entah sifat siapa yang turun pada bocah kecil itu, karena Rasya dan Fina sendiri adalah orang tua yang berisik.

“Abang...,” panggil Raisya dari bawah. Rafa dan Shila yang saat ini masih berada didalam kamar Arvano pun melirik.

“Iya Ma?” ucap Rafa menjawab panggilan Raisya. Lantas Shila dan Rafa keluar dari kamar Arvan, dan menuruni tangga. Sedangkan Rana dan juga Arvano tetap berada didalam kamar melanjutkan gambar yang belum selesai mereka lukis tadi, karena terganggu dengan kedatangan Rafa dan juga Shila tentunya.

“Apa Ma?” tanya Rafa saat sudah sampai di lantai bawah menemui Mamanya.

“Kamu beliin Onty Fina tespek dong sayang.” pinta Raisya memelas, berharap anak laki-lakinya itu mau menuruti perintahnya.

“Hah? Tespek?” ulang Rafa lagi. Raisya mengangguk.

“Ih... Gak Ma, Abang gak mau!” tolak Rafa cepat.

“Kok gitu sih Bang?” Raisya cemberut mendengar perkataan anaknya itu.

“Ya, masa Abang disuruh buat beli tespek sih Ma, Abang malu lah.”

“Tolongin dong sayang, Mama cuma mau mastiin Onty kamu ini bener hamil atau gak.” ujar Raisya memelas.

“Ma, Abang malu Ma. Kan itu benda buat perempuan.” Rafa masih berusaha untuk menolak permintaan Mamanya itu.

“Shila, Tante minta tolong dong sayang, temenin Rafa buat beli tespek ya nak?” Raisya meminta bantuan Shila, karena dia tau, pasti anak lelakinya ini akan mau disuruh jika bersama gadis cantik yang ada didepannya ini.

“Tapi Tante,” Shila berusaha untuk menolak, karena bagaimanapun dia anak perempuan dan belum cukup umur, nanti dia dikira melakukan hal yang dilarang dan tindakan tidak terpuji lagi.

“Tante mohon ya sayang, soalnya Tante yakin kalau Onty Fina ini lagi hamil.” Raisya kembali memohon pada dua orang itu. Shila akhirnya menyetujui permintaan Raisya.

“Oke deh. Yuk Bang, aku temenin.” ajak Shila pada Rafa.

“Ah, Abang ga mau, Abang malu Mama,” Rafa masih berusaha untuk menolak.

“Kamu gak kasihan nih sama Onty kamu? Kalau dia beneran hamil, terus kita gak merhatiin dia, kamu mau gitu Dede bayinya kenapa-napa?” Raisya melirik pada Fina yang saat ini bersandar pada Sofa. Padahal tadi Fina sudah melarang Raisya untuk menyuruh anaknya itu, karena nanti dia bisa minta dibelikan pada Rasya. Tapi memang dasar Raisya saja yang kepoan, dan sangat penasaran hingga dia memaksa anak laki-lakinya itu untuk membeli tespek ke apotek.

“Ih, Mama mah..,” akhirnya Rafa pun menyerah. Dia melirik pada Raisya kesal.

“Ya udah deh.” ujar Rafa tak ikhlas.

“Ayo Abang,” ajak Shila.

“Iya-iya..” Rafa berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Shila di belakang. Keduanya masuk kedalam mobil dengan Shila yang duduk disebelah Rafa.

Rafa mengendarai mobil yang dikemudikannya dengan lambat, karena ini sudah termasuk pada jam pulang kantor, dan banyak kendaraan yang memadati jalanan untuk pulang ke rumah masing-masing. Rafa berdecak kesal.

“Ini pake macet segala lagi,” Rafa memukul stir mobil membuat Shila menggelengkan kepalanya.

“Dih, si Abang. Kenapa marah-marah?” tanya Shila meledek. Karena dia sudah tau penyebab laki-laki itu marah karena apa.

“Ya kesal aja dek.” ujar Rafa.

“Dih, apa salahnya sih Bang beliin Onty tespek. Kan Abang laki-laki, jadi gak apa-apa, beda lah sama aku, nanti dikira aku lagi yang hamil.” ucap Shila yang dibenarkan oleh Rafa.

“Iya juga sih.” ucap Rafa akhirnya.

.

.

.

★*★*★

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!