9. Shila pergi

“Shila, aku bisa jelasin!” Rafa berjalan dari tempatnya, tapi Cindy menahan lengan laki-laki itu.

“Mau Lo apa sih Cin? Gue gak nyangka Lo jebak gue kayak gini. Gue benci sama Lo, benci!” Rafa mengatakan itu dengan sangat marah. Dia tidak menyangka kebaikannya di manfaatkan oleh Cindy.

Rafa berjalan mengejar Shila yang sudah berjalan menjauh. Sedangkan Cindy terdiam di tempatnya. Bagaimanapun kini dia sudah berhasil menjauhkan Rafa dari Shila, tapi apa yang dia dapat? Laki-laki itu membencinya, dan bahkan tidak mau melihat wajahnya lagi. Memang Shila sangat berambisi untuk mendapatkan Rafa, itu seperti obsesi yang harus didapatkan. Sekarang dia berhasil menjauhkan dua orang itu, tapi dia semakin membuat Rafa membencinya.

“Cindy, apa yang udah Lo lakuin, Lo bodoh! Udah bikin Rafa benci dengan rencana Lo ini.” Cindy menangis ditempatnya. Dia menatap kepergian Rafa yang mengejar Shila.

“Shila...,” Rafa mengejar Shila, tapi gadis itu tidak menoleh ataupun berhenti. Dia tetap berjalan menggandeng tangan Andri.

“Shila....,” Rafa memegang tangan Shila. Gadis itu mendongak menatap Rafa. Laki-laki itu meringis melihat mata gadisnya itu memerah penuh dengan air mata. Dia merasa sangat bersalah karena sudah masuk dalam jebakan Cindy dan melakukan hal yang membuat Shila sangat marah.

Rafa akui dia memang bodoh, dia tidak mengerti situasi, dia terlalu baik hingga Cindy dengan mudah menipunya.

“Apa lagi Rafa, gue benci sama Lo, gue benci! Lo udah bikin gue marah, Lo bikin gue kecewa. Lo... Lo..,” Shila tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Dia diam tergugu ditempat. Andri masih setia disamping Shila. Tapi dia merasa tidak nyaman, dan tidak pantas untuk berada didekat dua manusia itu.

“Shil, gue pamit dulu ya. Lo selesain aja dulu masalah Lo sama Rafa.” Andri hendak beranjak dari sana. Tapi Shila menahannya.

“Raf, sekarang kita udah gak punya komitmen lagi. Gue udah bebasin Lo mau dekat sama siapapun. Dan gue akan pergi nanti!” entah apa maksud ucapan Shila, Rafa tidak mengerti, sedangkan tangan gadis itu masih setia memegang lengan Andri.

“Pergi? Pergi kemana?” tanya Rafa. Apa maksud ucapan Shila ini? Terlalu ambigu untuk Rafa mengartikan apa maksud ucapan gadis itu.

“Pergi! Pergi ke suatu tempat.” setelah itu Shila menarik tangan Andri, lalu mencium bibir laki-laki itu.

Jder...

Apa-apaan ini? Shila... Dia.. mencium Andri didepan Rafa.

“Shil....,” Andri memegang bibirnya yang dicium oleh Shila. Sedangkan Rafa membeku ditempat.

“Impas Raf! Lo satu, gue satu!” setelah itu Shila meninggalkan dua laki-laki yang masih terbengong itu. Andri masih menatap kepergian Shila.

“Ci... Ciuman pertama gue..?!” Andri masih tak menyangka akan apa yang dilakukan Shila padanya. Sedangkan Rafa? Laki-laki itu menatap kepergian Shila dengan marah.

“Kamu keterlaluan Shila!” desis Rafa sangat kecewa. Kecewa yang tidak bisa di gambarkan oleh apapun. Dia tau, itu ciuman pertama Shila, dan... Ciuman pertamanya juga sudah direnggut oleh Cindy. Pantas saja tadi Shila berkata Satu Sama.

Rafa kecewa, marah, dan merasa bersalah. Semuanya bercampur jadi satu.

Rafa menatap kepergian Shila dengan pandangan yang tidak dapat diartikan.

Rafa berjalan dengan sangat lemah, dia tidak tahu harus berbuat seperti apa. Sedangkan Andri sudah tidak ada disana, pria itu hilang entah kemana.

Rafa berjalan menuju gerbang sekolah, menaiki motornya, tidak ada satupun orang disana. Dan dia menyadari pasti tadi Shila menunggunya disini, dan dia tidak kunjung datang, akhirnya gadis itu menyusulnya dan mendapati dirinya sedang melakukan hal tidak pantas itu bersama dengan Cindy.

Tidak... Rafa tau dia salah, dia yang dengan bodohnya mengikuti permainan Cindy yang pura-pura minta tolong padanya, hingga akhirnya gadis yang dicintainya itu datang saat Cindy yang tiba-tiba saja menempelkan bibirnya di bibir Rafa saat pintu mulai di tarik.

Rafa mengurungkan niatnya untuk mengendarai motornya, dia berjalan kembali menuju ke koridor sekolah hingga dia tiba di lapangan basket.

Dia mengambil bola basket dan memainkan bola yang tidak berdosa itu dengan kasar.

Oke. Rafa akui dia sangat marah, dia kecewa, tapi... Rafa juga sadar, kalau dia sangat menyayangi gadis itu.

Cukup lama Rafa bermain dengan bola basket, dan hari juga sudah menjelang senja. Rafa berhenti sejenak, apa nanti yang akan dia katakan pada Raisya dan Zhafran, karena pulang dengan kondisi yang seperti ini. Oh ayolah, semua orang pasti nantinya akan tau, kalau dia sedang dalam masalah.

Baju yang terlihat kusut, dengan dua kancing atas yang sudah terbuka, lengan yang digulung keatas, baju yang sudah keluar dan jangan lupakan wajahnya yang terlihat sangat menyedihkan.

Akhirnya, Rafa berjalan menuju parkiran, kini hari sudah mulai gelap, Rafa menaiki motornya, dan dia mengendarai motornya dengan sangat kencang melintasi jalanan menuju rumahnya.

Tapi saat tiba didepan gerbang rumahnya, dia melihat Raisya yang berdiri didepan gerbang menatap jauh seakan seperti sedang menunggu seseorang.

“Mama ngapain disini?” tanya Rafa heran.

“Mama lagi nganter kepergian Shila.” ujar Raisya dengan sedikit sedih.

“Shila? Emang Shila kemana?” tanya Rafa heran. Dan dia teringat akan kata-kata gadis itu siang tadi.

“Kamu gak tau dia mau pergi?” tanya Raisya heran, sedangkan Rafa hanya menggelengkan kepalanya polos.

“Enggak ma!” ucap Rafa jujur.

“Astaga Rafa!” ucap Raisya kesal.

“Dia pergi ke Yogyakarta, ke rumah neneknya. Dia mau pindah.”

“Hah?”

“Maksud mama?”

“Iya, Shila pindah sekolah. Dia mau nemenin neneknya di Yogya. Tapi orangtuanya masih disini.” ujar Raisya menjelaskan.

Jadi ini maksud Shila tadi siang berkata seperti itu padanya? Jadi...

“Apa dia di paksa Ma?” tanya Rafa lagi.

“Gak tau juga. Kemarin-kemarin katanya dia gak mau buat pindah kesana, karena kamu disini. Orangtuanya juga udah bujukin, tapi Shila gak mau. Eh, tadi dia pulang sekolah, Mama liat matanya sembab, terus dia bilang sama Mamanya kalau dia mau buat pindah ke Yogya buat nemenin Neneknya.” ucap Raisya panjang lebar menjelaskan pada Rafa. Membuat laki-laki itu terjerembab dan terduduk ditempatnya.

“Eh iya? Kamu kenapa pulang telat? Kamu berantem sama Shila?” tanya Raisya dengan mata yang memicing. Dia menatap penampilan Rafa dari atas sampai bawah yang saat ini sedang terduduk didepannya. “Ini kenapa lagi? Kok kamu kusut kayak gini?” sambung Raisya lagi, sedangkan Rafa hanya menggeleng lemah.

“Shila pasti nanti disana kesepian Ma, dia belum ada teman disana. Pasti dia bakal sedih.” ujar Rafa. Karena dia sangat tau dengan gadis itu. Sangat pemalu jika bertemu dengan orang baru.

❣️❤️ CrejiUp nih😂🤦🤦

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!