8. Kecewanya Shila

“Shila..” ucap seorang laki-laki mendekat padanya. Laki-laki dengan menggunakan kacamata bulat dan juga rambut klimis itu terdiam gagu ditempatnya.

Saat ini sudah jam istirahat, dan tadi Shila pergi ke toilet sendiri tanpa ditemani oleh kedua temannya.

“Kenapa Yan?” tanya Shila pada Iyan yang terlihat sedikit takut-takut.

“Nih, gue disuruh buat ngasih ini sama lo.” ujar Iyan gugup, dia menyerahkan kotak yang berisi coklat pada Shila. Berhadapan dengan gadis cantik seperti Shila membuat Iyan benar-benar takut dan juga sangat gerogi. Padahal Shila bersikap biasa saja padanya.

“Dari siapa?” tanya Shila penasaran.

“Dari Andri!” ujar Iyan. Setelah itu ia langsung berlari meninggalkan Shila membuat gadis cantik itu tertawa melihat tingkah Iyan.

“Apa ini?” Shila membuka kotak itu. Dia melirik isinya yang ternyata adalah coklat. Dan ada sebuah surat disana

“Surat?” tanya Shila lagi. Padahal dia tau, kalau dia disana sendirian.

Hai, Shila.

Ini aku Andri. Semoga kamu suka coklatnya. Aku tau kalau aku gak gentle, ngomong sama kamu pake surat kayak gini.

Tapi aku cuma mau bilang, Aku sayang kamu. Dan aku bakal deketin kamu karena aku tau, kalau kamu sama Rafa gak ada hubungan apa-apa.

Coklatnya dimakan ya, walaupun kamu udah tau itu dari aku. Karena gak baik buat buang rejeki, apa lagi itu dari aku.

Andri.

Shila menggulung surat dari Andri. Bukannya gak tau siapa Andri, tapi Shila gak nyangka aja kalau ternyata laki-laki itu suka dengannya padahal mereka satu kelas. Dan kenapa harus pakai surat segala sih? Shila terkekeh sendiri memikirkannya.

Shila membawa kotak berisi coklat itu ke kelasnya, karena sesuai kata Andri, gak boleh buang rejeki. Entah apa yang akan dia katakan nanti pada Rafa, Shila belum memikirkannya.

“Aih, Andri. Ada-ada aja sih ni anak.” ucap Shila geleng-geleng sendiri.

Shila masuk kedalam kelasnya, lalu duduk di bangkunya. Tak lama setelah itu kedua temannya masuk, dan duduk dibangku yang ada di depannya.

“Apa tuh?” tanya Diara pada Shila.

“Coklat.” jawab Shila singkat.

“Hah? Dari siapa?” tanya Alena penasaran.

“Andri.”

“Eh? Ada apa sama tuh anak, kasih coklat segala sama Lo?” tanya Diara penasaran yang diangguki oleh Alena.

“Mana gue tau,” ucap Shila acuh.

“Atau jangan-jangan...” ucap Diara menggantung ucapannya.

“Jangan jangan apa sih Ra?” tanya Alena pada Diara.

“Jangan-jangan si Andri suka lagi sama Shila?” ucap Diara, yang langsung saja membuat Alena mengangguk.

“Iya juga sih. Mungkin dia suka sama Shila makanya dia ngasih coklat.” ujar Alena setuju dengan pendapat Diara.

Shila hanya diam saja, dia tidak memberitahu kedua temannya itu kalau dia juga menerima surat dari Andri.

Tak lama setelah itu, tampaklah Iyan, Andri, dan juga Joni masuk kedalam kelas. Andri tersenyum pada Shila membuat gadis itu sedikit kikuk.

“Kenapa tuh anak, senyam-senyum sendiri?” tanya Alena melirik Andri. Diara juga ikut melirik pada Andri, ternyata benar kalau Andri sedang tersenyum pada Shila.

“Mana gue tau, tanya aja sama orangnya.” ucap Diara.

“Dih..,” Alena hanya mendengus. Sedangkan Shila saat ini jadi bingung, untuk memberitahu Rafa atau tidak tentang surat yang dia terima dari Andri.

*

“Shil, Lo pulang bareng gue ya?” ucap Andri yang tiba-tiba sudah berada di belakang Shila. Gadis itu menoleh, lalu tersenyum kikuk.

“Duh gimana ya, gue pulang bareng Rafa Ndri,” ujar Shila tak enak hati.

“Kalau Lo sama Rafa, terus Rafa nya mana?” tanya Andri lagi. Dia melihat sekitar, tapi hanya tinggal mereka berdua saja di parkiran itu, karena murid yang lainnya sudah pulang dari tadi, dan Andri yang kebetulan baru saja selesai latihan basket tidak sengaja melihat Shila yang berdiri disana dan menghampirinya.

Sejak tadi Shila menunggu Rafa di parkiran, tapi laki-laki itu tak kunjung juga tiba disana.

“Engga tau juga sih, gua dari tadi nungguin lama disini tapi ga nongol juga tuh anak.” ujar Shila yang juga merasa gerah dan sedikit kepanasan karena menunggu Rafa.

“Mungkin masih di kelasnya,” ujar Andri yang diangguki oleh Shila.

“Ah iya. Kalo gitu gue susulin dulu deh.” ucap Shila yang langsung berjalan, diikuti oleh Andri dibelakang.

“Gue ikut ya?” ujar Andri mensejajarkan langkahnya dengan gadis cantik yang disukainya itu.

“Ga usah.” ucap Shila berhenti.

“Enggapapa, pokoknya gue ikut.” ucap Andri tetap kekeuh.

“Ya udah.”

Kedua anak manusia yang masih tergolong remaja itu berjalan di koridor sekolah. Melihat ke setiap sudut, dan terakhir mereka tiba di kelas Rafa.

Shila membuka pintu yang tertutup itu dengan pelan, dan pemandangan yang dia lihat langsung membuatnya membeku ditempat. Dunianya serasa berputar lebih cepat. Andri memegang pundaknya menenangkan.

“Rafa...” ujar Shila membuat laki-laki itu terkejut.

“Ka-kamu ngapain?” tanya Shila terbata-bata. Matanya merah menahan air mata yang tak tau tempat itu. Bahkan dia lolos dengan mudahnya dari pelupuk mata cantik milik Shila.

“Shila...,” Rafa berdiri dari duduknya tapi dihalangi oleh Cindy.

“A-aaku ... A-aku...” Rafa tergagap. Dia berdiri tegak menghempaskan tangan Cindy dari tubuhnya.

“Memalukan! Aku gak nyangka kamu kayak gitu dibelakang aku Raf!” Shila menangis. Andri membawa gadis itu ke pelukannya.

“Ini gak seperti yang kamu bayangin Shila. Aku bisa jelasin!”

“Jelasin apa? Jelasin kalau kamu emang beneran ciuman sama dia? Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, kalian CIUMAN!” nada suara Shila bergetar. Dia menatap pada Cindy yang hanya memasang tampang acuh. Berjalan mendekat pada gadis yang tidak tau diri itu.

Plak...

“Awshhh....” Cindy meringis, dia tidak menyangka kalau Shila akan menamparnya seperti ini.

“Dasar murahan! Perempuan gak tau diri!” Shila memaki wanita itu, Cindy tampak memerah menahan amarah.

“Apa maksud Lo? Hah!” bekas tamparan Shila tadi masih terasa berdenyut, sedangkan Andri kembali menenangkan Shila yang tampak sangat marah. Dia tidak tau, ternyata gadis yang dicintainya ini sangat mencintai Rafa, membuat Andri sadar kalau tidak ada tempat baginya untuk ada di hati Shila.

“Shila, Shila aku bisa jelasin. Ini gak seperti yang kamu liat, aku tadi cuma gak senga...”

“Apa? Lo mau jelasin apa lagi? Gue kecewa sama Lo Raf!” gaya bahasa Shila mulai berubah, dia menatap Rafa dengan pedih. Sengat marah dan juga kecewa.

“Shil... Aku bisa jelasin!” Rafa masih mencoba untuk membujuk gadis itu, tapi Shila mengangkat tangannya.

“Raf! Mulai hari ini, gak ada komitmen lagi diantara kita. Gak ada lagi janji diantara kita. Aku membebaskan kamu dari komitmen dan janji itu.” Shila mengatakan itu dengan bibir bergetar, dia menatap pada Rafa dengan sendu, marah, dan kecewa.

“Shila, ini tu gak seperti yang kamu bayangin.” Rafa masih berusaha untuk menjelaskan pada Shila. Tapi gadis itu tidak mau untuk mendengarkan.

Bagaimana mungkin dia mendengarkan dari mulut Rafa, sedangkan matanya sendiri melihat kenyataan yang tertera jelas didepannya.

____________________

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!