Walaupun rumah mereka berhadapan tapi baik Rafa maupun Shila tidak ada yang menunjukkan batang hidung mereka untuk saling mengunjungi.
Sebenarnya Rafa sangat ingin bertemu dan memeluk gadisnya itu, tapi dia urungkan. Begitu juga Shila, dia ingin untuk mendekat pada Rafa lalu menanyakan bagaimana kabar laki-laki itu, bagaimana hidupnya selama dia pindah ke Jogja, apakah menyenangkan atau sebaliknya. Tapi Shila tau, dia tidak berani untuk itu.
Hari sudah malam, Shila menutup gorden kamarnya, tempat biasa dia melihat ke rumah seberang untuk melihat apakah gorden kamar laki-laki yang dia cintai itu masih terbuka atau sudah ditutup.
Shila menatap pada cermin yang ada didepannya. Dia melihat pada dirinya sendiri yang ada didalam cermin itu.
Memang sudah banyak yang berubah dalam dirinya, mulai dari tingginya, ukuran dadanya, rambutnya yang semakin panjang, dan jangan lupakan bentuk tubuhnya yang semakin indah.
Lama mematut dirinya didepan cermin, Shila memutuskan untuk menyiapkan baju yang akan dia kenakan untuk pergi bekerja besok. Kemeja berwarna Pink, dengan rok span sepanjang lutut berwarna hitam, dan blazer yang juga berwarna hitam. Sepatu heels yang setinggi lima centi berwarna putih susu. Dia menyiapkan segalanya dengan teliti.
Setelah semuanya dirasa cukup, Shila menjatuhkan dirinya diatas tempat tidur, melihat pada layar ponselnya yang masih menampilkan foto dirinya bersama Rafa dulu. Tak ada yang berubah, foto-foto itu masih sama. Tak ada yang berkurang, karena Shila tidak menghapus satupun fotonya dan Rafa di ponselnya.
Lama memandang kenangan indah itu, Shila memutuskan untuk meletakkan ponselnya lalu menarik selimut. Memejamkan matanya untuk tiba di alam mimpi. Dia harus bersiap untuk besok.
_______
“Pagi Ma, Pa,” sapa Shila saat dia berjalan menuju meja makan. Disana sudah duduk Papa, Mama, dan juga adiknya.
“Eh, tumben Gavin sarapan dirumah?” tanya Shila yang melihat Gavin sudah ikut duduk dimeja makan bersama dengan Mama dan Papa-nya.
“Kebetulan lagi ga ada jadwal pagi kak. Jadi bisa sarapan dirumah deh.” ujar Gavin menatap pada kakak perempuannya itu. Shila duduk didepan Gavin, lalu mengambil roti bakar yang ada disana lalu mengoleskan selai kacang. Dia juga meminum susu yang sudah disiapkan oleh Mama-nya diatas meja makan.
Memang, keluarganya sudah terbiasa untuk sarapan bersama setiap pagi. Tapi Shila yang sudah lumayan lama di Jogja baru merasakan kembali bagaimana rasanya sarapan bersama dengan orangtuanya.
“Sibuk banget yah, jadi dokter itu?” tanya Shila pada adiknya itu. Padahal kedua orangtuanya juga dokter, dan dia tau bagaimana sibuknya seorang dokter itu.
“Ya sibuk lah kak. Apalagi nanganin pasien kecelakaan. Pasti rempong langsung, nyiapin alat, kamar, pokoknya ya gitu lah. Walaupun itu dikerjain sama suster juga.” ucap Gavin di akhir kalimatnya. Karena dia hanya memeriksa saja, bukan seperti yang dia katakan tadi.
“Oh iya, kakak rapi gini mau kerja?” tanya Gavin yang melihat kakaknya itu sudah rapi dengan pakaian yang semalam sudah dia siapkan.
“Iya dong,” ujar Shila dengan bangga.
______
Shila memarkirkan mobilnya diparkiran gedung yang kemarin menerimanya bekerja. Dia berjalan menuju ruang HRD untuk menanyakan dimana ruang CEO.
Beruntung saja ada sekretaris HRD disana, lalu dia mengantarkan Shila ke lantai 35, tempat ruang CEO berada.
“Makasih yah kak.” ujar Shila tersenyum senang pada wanita yang mengantarkannya itu.
“Sama-sama.” ujar wanita itu. “Oh iya, sepertinya pak CEO belum datang, kamu tunggu aja dulu dimeja kerja kamu. Nih, disini.” sambung wanita yang bernama Adel itu pada Shila. Lantas Shila mengangguk lalu duduk dikursi kerjanya. Setelah itu Adel pamit undur diri dari hadapan Shila untuk kembali kelantai dasar.
Shila menunggu CEO yang menjabat sebagai Bos barunya itu dengan tenang.
Tak lama setelah ia menunggu, pintu lift berdenting. Disana keluar seorang laki-laki tampan dengan sejuta pesonanya berjalan mendekat pada Shila.
“Rafa?” tanya Shila dengan pandangan terkejut. Apa-apaan ini? Kenapa Rafa ada di perusahaan ini? Dan kenapa juga dia naik keatas lantai ruang kerja CEO?
“Shila?” tanya Rafa santai. Dia masih menampilkan wajah datar dan juga kakunya itu.
“Jadi- jadi kamu Bos baru aku?” tanya Shila kesal. Jika tau begini, pasti Shila tidak akan mau menerima pekerjaan ini.
“Kamu gak liat? Ini kamu lagi di Kusuma grup?” Rafa dengan acuhnya berjalan menuju pintu ruangannya. Ia menarik handle pintu lalu masuk kedalamnya, membiarkan pintu itu terbuka.
“Astaga,” Shila menepuk keningnya. Bagaimana ini? Apa yang akan dia lakukan? Bukannya malah membuat ia sukses untuk bisa melupakan Rafa, tapi ini malah dia yang berusaha untuk datang mendekat pada laki-laki itu, dan dapat dipastikan dia tidak akan bisa untuk melupakan Rafa,
“Silahkan kembali bekerja!” ujar Rafa dengan datar. Shila hanya melongo lucu. Benar kata Alena dan Diara, Rafa kini berubah menjadi orang yang sedikit asing bagi Shila.
“Baik pak.” ucap Shila cepat. Dia tidak tau mau mengerjakan apa, jadi dia memutuskan untuk menunggu saja hingga nanti ada orang yang mengantarkan pada meja kerjanya.
Shila hanya menggulir layar yang ada didepan laptopnya. Dia tidak tahu mau mengerjakan apa. Jika begini, untuk apa dia datang ke kantor jika hanya untuk duduk seperti ini.
Lama Shila berdiam diri didepan komputer, hingga akhirnya pintu ruangan Rafa terbuka.
“Kamu gak punya inisiatif buat nanya apa yang bisa kamu kerjakan, Shila?” tanya Rafa dengan nada datar. Sungguh Shila tidak mengenali Rafa yang seperti ini.
“Maafkan saya Pak. Saya baru bekerja seperti ini, jadi saya belum paham betul.” ucap Shila dengan gaya bahasa formal membuat Rafa mengernyit.
“Baiklah! Lain kali jika kamu tidak ada kerjaan, tanya sama saya apa yang bisa kamu kerjakan, jangan hanya diam seperti ini!” setelah mengatakan itu Rafa kembali masuk kedalam ruang kerjanya, sedangkan Shila mengekor dibelakang.
“Apa yang bisa saya bantu Pak?” tanya Shila lagi. Baiklah, mulai saat ini dia harus terbiasa dengan Rafa yang baru, bukan Rafa yang dulu dia kenal.
“Kerjakan berkas ini.” Rafa memberikan sebuah berkas pada Shila. “Kamu kerjakan! saya keluar sebentar.” setelah mengatakan itu Rafa kembali keluar dari dalam ruangannya. Dia meninggalkan Shila yang berdiri sendiri didalam ruangannya.
“Baik pak!” jawab Shila dengan sigap.
Shila mengikuti Rafa keluar. Dia duduk didepan komputernya. Mengerjakan berkas yang tadi diberikan oleh Rafa padanya.
“Kamu harus terbiasa dengan Rafa yang baru Shila. Kalian bukan lagi anak SMA yang berusia 17 tahun, tapi kalian adalah pria dan wanita dewasa yang sudah berusia 25 tahun. Jadi harus bisa mengendalikan diri, dan juga bersikap dewasa.” gumam Shila pada dirinya sendiri.
______
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Eti Sulastri
menarik 😊
2020-10-17
1
Felisa Eka
lanjuttt thorrr
2020-08-04
0
atteu
thor kpn up lagi udh nggak sabar nunggu kelanjutannya
2020-07-18
1