Rafa memarkirkan mobil yang dikendarainya ditempat parkir depan apotik. Keduanya turun dari atas mobil lalu berjalan menuju pintu masuk apotik. Rafa berjalan didepan Shila, lalu menghampiri apoteker yang saat itu sedang menjaga apotik tersebut.
“Permisi,” ucap Rafa sopan.
“Ada yang bisa saya bantu? Adek mau beli apa?” tanya apoteker tersebut dengan ramah. Dia juga melirik pada Shila yang berdiri dibelakang Rafa.
“Itu Mbak, saya mau beli itu..,” Rafa masih ragu untuk mengatakannya.
“Iya, Adeknya mau beli apa?” tanya Mbak petugas itu dengan sopan.
“Itu Mbak, saya mau beli Tespek.” ucap Rafa akhirnya.
“Tespek?” tanya petugas apoteker tersebut untuk memastikan. Shila berjalan dan berdiri disamping Rafa.
“Iya Mbak, Kita beli Tespek.” ujar Shila dengan jelas. Mbak apoteker tersebut mengangguk lalu memandang pada kedua anak manusia itu.
“Masih muda, tapi udah berbuat yang diluar batas, udah beli tespek segala, pasti itu ceweknya hamil tuh.” batin Apoteker tersebut sembari melihat jenis tespek yang saat ini sudah ada di tangannya.
“Kalian mau yang mana?” tanya Apoteker tersebut pada Rafa dan Shila. Keduanya bingung, karena tadi Raisya tidak mengatakan untuk memakai merk yang mana.
“Mana yang bagus aja lah Mbak,” ujar Rafa. Mbak petugas apotik tersebut lalu mengangguk. Dia mengambil salah satu merk terbaik dari berbagai jenis merk tespek tersebut.
“Ini!” ujar apoteker tersebut.
“Terimakasih Mbak.” ujar Shila sopan. Sedangkan apoteker tersebut hanya menganggukkan kepalanya dan menerima uang yang disodorkan oleh Rafa.
“Oh iya dek,” Mbak petugas apotik tersebut menghentikan langkah kaki Rafa dan juga Shila.
“Kenapa Mbak?” tanya Shila heran, begitupula dengan Rafa.
“Kalau menurut saran saya nanti, kalau hasilnya positif bayinya di pertahankan ya dek.” ujar Mbak tersebut, lalu memandang Shila dari atas sampai bawah begitu juga dengan Rafa.
‘Orangnya cantik, kayaknya orangtuanya juga berada dan terpelajar, tapi kelakuannya keterlaluan.’ Mbak apoteker itu menggelengkan kepalanya, dan tentu saja Shila mengerti apa yang dipikirkan oleh wanita itu.
“Mbak pasti mikir aneh ya?” ujar Shila dengan nada meledek. “Bukan buat saya kok Mbak, tapi buat Tante saya. Soalnya saya dimintai tolong buat beli ini, jadi ya gitu deh.” ujar Shila dengan tersenyum. Lantas petugas apoteker tersebut lalu menutup mulutnya. Ia menatap malu pada Shila karena sudah menuduh gadis cantik itu tanpa tau apa yang sebenarnya.
“Duh, maafin saya ya dek. Saya kira itu buat kamu.” ujar Mbak itu dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Mbak tenang aja. Kalaupun gadis cantik saya ini nantinya ISI, saya juga bakal tanggung jawab kok.” perkataan Rafa yang ambigu membuat Shila menggelengkan kepalanya.
“Maksud Adeknya?” tanya Mbak itu lagi karena merasa kurang paham.
“Ehehe, udah mbak, ga usah di pikirin, dia ngomongnya emang suka ngelantur.” jawab Shila. “Kami permisi ya mbak, makasih Mbak.” sebelum menunggu jawaban dari penjaga apotik tersebut.
Shila dan Rafa kembali masuk kedalam mobil. Rafa mengendarai mobil pelan, keduanya hening, tak ada yang bersuara.
Tak lama setelah itu mobil yang dikemudikan oleh Rafa tiba dan masuk kedalam gerbang rumah Fina. Setelah mobil terparkir dengan benar, barulah Rafa dan Shila keluar dari dalam mobil itu. Keduanya masuk berjalan beriringan.
Rasya maupun Zhafran sepertinya belum pulang dari kantor.
Rafa berjalan mendekat pada Raisya, lalu menyerahkan benda yang tadi dia beli itu pada sang Mama.
“Ini Ma,” ujar Rafa dengan sopan. Raisya menerima tespek tersebut dengan berbinar lalu langsung berjalan menuju kamar Fina untuk segera menyuruh sahabatnya itu mencoba tespek yang baru saja dibeli oleh Rafa dan juga Shila tentunya.
★*★
“Gimana?” tanya Raisya antusias saat Fina baru keluar dari dalam kamar mandi. Sedangkan saat ini Rafa maupun Shila sedang duduk di sofa yang ada di ruang keluarga.
“Lo liat sendiri aja deh!” Fina menyerahkan tespek tersebut pada Raisya. Dan wanita itu dapat melihat dengan jelas, bahwa ada dua garis merah disana.
“Aaaaa...,” Raisya langsung memeluk Fina karena merasa bahagia.
“Selamat ya Fin, akhirnya Arvano punya Adik juga.” ujar Raisya tersenyum tulus, sedangkan Fina hanya mengangguk karena tak dapat mengekspresikan bagaimana rasa bahagianya saat ini.
★*★
“Ma, jadi Onty Fina beneran hamil?” tanya Rafa. Saat ini mereka sudah berada didalam mobil untuk perjalanan pulang.
“Iya lah, memangnya kenapa?” tanya Raisya menatap Rafa.
“Ehehe, enggapapa kok Ma.” ucap Rafa. Tak butuh lama bagi mereka untuk sampai kembali ke rumah. Raisya, Rana, Shila dan juga Rafa turun dari dalam mobil.
“Shila, kamu mau ke rumah aku dulu gak?” tanya Rafa. Lantas gadis itu menggeleng.
“Gak Bang, aku pengen pulang aja, pengen langsung mandi, udah gerah banget rasanya.” ujar Shila. Rafa lantas mengangguk. Shila berlalu dari sana, setelah melihat gadisnya menghilang dari balik pintu, Rafa pun bergegas berjalan masuk.
Rafa berjalan masuk, tak ada orang diruang tamu ataupun ruang keluarga, mungkin karena saat ini mereka sedang berada didalam kamar masing-masing.
Rafa berjalan menuju kamarnya yang terletak dilantai atas, setelah tiba disana dia membuka pintu lalu masuk kedalamnya.
Merebahkan dirinya diatas tempat tidur, Rafa memejamkan matanya.
“Aku takut Shil,” batin Rafa. Laki-laki itu memijit pelipisnya lalu menatap langit-langit kamar.
“Aku takut, entah itu kamu ataupun aku, bakal ngerusak komitmen yang udah kita buat.” Rafa mengeluarkan ponselnya yang berada dalam kantong celananya. Menghidupkan layar ponsel tersebut hingga terlihat bagaimana foto Shila sedang tersenyum cantik disana.
“My First Love.” Rafa tersenyum, lalu meletakkan ponselnya diatas nakas. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk segera menyegarkan badannya yang sudah terasa sangat lengket.
★*★
“Kalian kemana aja tadi?” tanya Zhafran pada ketiga orang yang sedang duduk bersamanya dimeja makan yang ada di ruang makan tersebut.
Lantas Raisya menceritakan pada Zhafran bahwa tadi mereka pergi ke rumah Fina. Raisya juga memberitahu suaminya itu bahwa Fina saat ini sedang hamil.
“Beneran Ma?” tanya Zhafran terkejut.
“Iya Pa,” ucap Raisya yakin.
“Enak dong, duh Papa jadi pengen punya anak lagi juga.” ucap Zhafran membayangkan. Sedangkan Raisya langsung mencubit pinggang suaminya itu.
“Bener Ma, mending mama kasih Rana adik juga, biar Rana gak kesepian disini.” ujar Rana menambahkan yang langsung mendapat anggukan kepala dari Zhafran.
“Kesepian gimana sayang? Kan ada bang Rafa.” ujar Raisya pada anak gadisnya itu.
“Bang Rafa mainnya dirumah kak Shila terus sih,” ujar Rana cemberut.
“Dih.. Kan Abang udah ajak kamu dek, kamu aja yang gak mau.” Rafa yang sedari tadi diam tak bersuara akhirnya angkat bicara.
“Aku kan malu kesana Bang,” ujar Rana pada Abang nya itu.
“Malu kenapa coba?” tanya Rafa mengerling.
“Ada Gavin.” ujar Rana menundukkan kepalanya.
“Lah, terus kalau ada Gavin disana emangnya kenapa?” tanya Rafa lagi.
“Gak ... Gak, engga kenapa-napa.” ujar Rana kesal. Sedangkan Rafa hanya mengangkat bahunya acuh. Sedangkan Zhafran dan Raisya hanya menggelengkan kepala mereka.
★*★
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments