14. Makan malam

Shila menyeret kakinya keluar dari dalam gedung Kusuma Grup. Di pulang sendiri karena saat ini Rafa masih berada dalam ruangannya. Tadi Shila sudah pamit terlebih dahulu pada laki-laki itu yang hanya di balas anggukan kepala oleh Rafa tanpa banyak bertanya padanya. Rafa tampak tidak peduli pada gadis itu walau sebenarnya dia ingin untuk mengatakan kalau sebaiknya dia yang mengantar Shila pulang. Tapi itu tidak akan mungkin.

Shila menaiki mobilnya dan melemparkan tasnya sebarangan di kursi sebelah kemudi. Dia menghidupkan mesin mobil lalu beranjak keluar dari parkiran gedung tinggi itu.

Shila menghembuskan nafasnya, lalu menatap dari kaca spion, gedung Kusuma grup yang sudah mulai terlihat kecil karena mobilnya yang terus melaju meninggalkan kawasan perkantoran itu.

Sedangkan Rafa kini menatap keluar jendela kaca, melihat jalanan yang terlihat padat, karena sudah waktu jam pulang kantor. Dia menghembuskan nafas kasar. Memikirkan gadis yang sedari tadi ia coba untuk acuhkan tapi hatinya sakit karena itu.

Rafa memilih untuk melanjutkan kembali pekerjaannya, mengalihkan perhatiannya pada berkas-berkas yang ada didepannya itu supaya wajah cantik Shila tidak lagi terbayang di kepalanya.

^°^

“Assalamualaikum...,” ucap Shila saat dia membuka pintu rumah dan berjalan masuk. Dia tidak melihat siapapun hingga asisten rumah tangganya berjalan mendekat pada Shila.

“Waalaikumsalam non,” ujar Bi Inah berjalan tergopoh-gopoh. Shila tersenyum padanya.

“Mama sama papa belum pulang Bi?” tanya Shila. Bi Inah menjawab dengan gelengan kepala. Shila hanya mengangguk mengerti karena dia paham akan kesibukan kedua orangtuanya.

“Ya udah, Shila ke kamar dulu ya Bi?” ujar Shila sopan.

“Iya non.” setelah mendengar jawaban dari BI Inah, Shila berjalan meninggalkan wanita paruh baya tersebut. Dia berjalan menuju tangga untuk bisa sampai di lantai dua rumahnya, tempat kamarnya berada.

Shila merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah dia membuka sepatu heels yang tadi dia kenakan. Hari ini dia cukup lelah karena harus menjalankan pekerjaannya sebagai sekretaris dari laki-laki yang saat ini masih nangkring di hatinya.

Shila menghembuskan nafas kasar, lalu bangkit untuk berjalan menuju kamar mandi, membersihkan tubuhnya yang seharian ini terasa gerah.

^°^

“Kak Shila...,” Shila mendengar suara Rana di lantai bawah rumahnya. Dia yang baru saja selesai mandi langsung berjalan keluar dari dalam kamar. Menghampiri Rana yang saat ini sedang tersenyum lebar padanya.

“Ada apa Ran?” tanya Shila. Dia duduk di sofa yang ada di ruang keluarga di samping Rana yang kini ni duduk disebelahnya.

“Mama sama papa ngajakin kak Shila buat makan malam bareng di rumah?” ujar Rana. Gadis cantik itu tersenyum pada Shila. Shila terdiam sejenak, memikirkan alasan apa yang akan dia pakai untuk menolak ajakan gadis cantik yang ada didepannya itu.

“Aduh, gimana yah? Itu bibi udah masak banyak, masa aku gak cobain masakan bini sih Ran?” ujar Shila yang berusaha untuk menolak. Karena dia tidak ingin bertemu dengan laki-laki yang menjadi kakak dari gadis yang saat ini ada di sampingnya itu.

“Ayo dong kak, kita makan malam bareng ya? Ayolah, anggap aja ini makan malam pertama kakak setelah lama gak makan bareng kita lagi, karena kakak ke Jogja.” Rana terus berusaha untuk membujuk Shila. Shila tampak berpikir sejenak.

“Aduh, gimana ya?” ujar Shila lagi yang masih berusaha untuk menolak ajakan Rana.

“Ayolah kak,” Rana merengek pada Shila membuat gadis itu jadi tidak tega.

“Ya udah deh, aku bilang sama Bi Inah dulu ya?” Rana mengangguk mendengar perkataan Shila, dia ikut berdiri mengikuti Shila yang berjalan menuju ke arah dapur.

“Eh non Shila? Mau makan malam sekarang non?” tanya Bi Inah. Shila lantas menggelengkan kepalanya.

“Maaf ya Bi, Shila gak jadi makan malam di rumah, soalnya Rana ngajakin makan di rumah dia.” Shila sebenarnya merasa malas ke rumah yang ada di depan rumahnya itu. Bukan karena apa-apa, tapi karena ada laki-laki yang bernama Rafa di sana.

“Oalah, ya udah non, gak papa. Biar makanannya bibi simpan lagi, kalau nanti non mau makan lagi, biar bibi panasin lagi makanannya.” Shila mengangguk mendengar perkataan bi Inah. Dia lalu menoleh pada Rana yang tersenyum lebar padanya.

“Ayo kak.” ujar Rana riang. Sebenarnya Shila cukup heran dengan perubahan adik dari laki-laki yang dulu dia sayangi itu, karena sewaktu dia belum pindah ke Jogja, Rana adalah sosok gadis yang kalem dan juga tidak banyak bicara, tapi setelah beberapa tahun ternyata gadis cantik itu jadi orang yang menyenangkan dan juga ceria. Berbanding terbalik dengan kakaknya yang menjadi dingin dan datar.

Tanpa mengganti pakaiannya, Shila berjalan keluar menuju rumah yang ada di depan rumahnya. Dia berjalan di gandeng oleh Rana.

“Ma ... Pa..,” Shila menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rana. Dia hanya tersenyum hingga gadis itu membawanya menuju ruang makan. Disana sudah ada Zhafran dan juga Raisya, tapi tidak ada Rafa disana. Shila menghembuskan nafas lega karena itu.

“Duduk dulu sayang..?” Shila mengangguk. Lalu dia duduk di samping Raisya berhadapan dengan Rana dan Zhafran.

Semua makan malam sudah disiapkan oleh Raisya. Yang sedikit di bantu oleh asisten rumah tangganya. Shila duduk Dengan tenang. Raisya menyendokkan makanan ke mulutnya hingga suara seseorang membuatnya tersedak karena kaget.

“Abang?” ucap Raisya. “Sini duduk, kita makan malam bareng.” titah Raisya lagi. Rafa tak mempunyai alasan untuk menolak titah ibunda ratu. Dia duduk di samping Rana, berhadapan dengan Shila membuat gadis itu memalingkan wajahnya. Shila menoleh ke arah lain membuat Rafa tersenyum masam.

“Oiya Shil, kata mama kamu, kamu udah mulai kerja ya hari ini?” tanya Raisya, membuat Shila gugup.

“Iya tante.” ujar Shila singkat.

“Dimana?” tanya Raisya lagi.

“Di perusahaan kita Ma!” itu adalah suara Zhafran yang menjawab membuat Raisya menoleh pada suaminya itu lalu pada Rafa dan terakhir pada Shila.

“Beneran Shil?” tanya Raisya antusias.

“Iya Tante!” ujar Shila memaksakan senyumannya. Rafa hanya diam melihat interaksi antara mama dan juga gadis itu. Dia rindu senyum Shila yang cerah, membuat harinya berwarna. Tapi dia sadar, bahwa dia adalah laki-laki pengecut yang tidak berani mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya pada gadis cantik cinta pertamanya itu.

“Ma, Abang udah kenyang. Abang mau ke atas dulu.” tanpa menghabiskan makanannya, Rafa beranjak dari sana berjalan menuju kamarnya. Jas yang tadi dia pakai sewaktu di kantor kini tergantung di sebelah tangannya.

Shila menatap kepergian Rafa dalam diam.

“Dia benar-benar tidak mau melihat wajahku? Padahal dia tau kalau dia yang bersalah, dan bahkan dia tidak berniat sedikitpun untuk menjelaskan padaku, bahkan setelah seharian aku ada bersama dengannya tadi di kantor.”

Memikirkan itu, Shila hanya tersenyum masam.

.

.

.

___

Terpopuler

Comments

Ratna Nanda Juwita

Ratna Nanda Juwita

sekarang mnta penjelasan.7thn lalu kmn neng???? kabur tanpa pesan...hadeuh.....🤦‍♀️

2020-10-17

0

OY

OY

jangan lama dong kak up nya penasaran banget tau 😁😁

2020-08-26

2

Iin Infa

Iin Infa

menunggu 😭😭😭😭😭 episode selanjutnya

2020-08-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!