Rafa kembali ke sekolah seorang diri. Wajah yang biasanya ceria, menggemaskan, menyebalkan itu, kini berubah menjadi dingin. Dia menatap pada seluruh siswa yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
Wajah dinginnya itu menatap orang-orang dengan datar. Tak ada lagi senyum disana, tak ada lagi gelak tawa menyebalkan yang keluar dari mulutnya.
Dia hampa, dia sendiri, dan dia terlihat menyedihkan. Tanpa Shila disisinya, Rafa merasa hampa. Shila adalah mentari-nya, tapi kini mentari itu telah pergi dan menghilang dari hidupnya. Tapi Rafa yakin, suatu saat nanti pasti mentari-nya itu akan kembali dan memberikan cahaya terang di hidupnya
Saat tiba di kelas, Rafa hanya berlalu saja tanpa menghiraukan Ryan dan Rendra, dan kedua lelaki itu juga paham dengan Rafa yang saat ini mau sendiri. Sedangkan Cindy yang duduk disudut ruangan menatap Rafa dengan sedih.
Lalu gadis itu mendekat pada Rafa, membuat laki-laki itu menatapnya tajam.
“Rafa....” ucap Cindy dengan suara bergetar. Oh ayolah, semua orang juga tahu, kalau saat ini Rafa seperti orang yang tidak mau untuk diganggu. Dan dia malah mendekatkan diri pada singa yang sedang tertidur itu, membuat sang Singa jadi sedikit terusik akan kehadirannya.
“Rafa, gu-gue minta maaf.” ujar Cindy dengan suara bergetar. Melihat Rafa yang seperti ini, rasa bersalah Cindy menyeruak. Dia tau dia salah, karena telah menyebabkan Rafa dan Shila bertengkar, tapi dia tidak tau jika Shila memilih untuk meninggalkan laki-laki itu, dan itu semua karena obsesinya pada Rafa.
Tapi sebenarnya Shila meninggalkan Rafa bukan sepenuhnya karena alasan itu, karena dia yang memang mau untuk menemani sang Neneknya di sana, egois memang, tapi ya begitulah cara kerja takdir memisahkan.
“Raf...,” Shila kembali memanggil nama Rafa, tapi dengan suara yang kecil. Laki-laki itu menoleh dengan tatapan tajam yang menusuk, membuat Cindy langsung ciut seketika.
“Puas? Udah puas Lo sekarang?” suaranya terdengar sangat datar dan juga dingin. Menatap tajam pada Cindy, membuat gadis itu gemetar, seakan ada belati yang menusuk di jantungnya.
“Ra-raf... Rafa...,” Cindy terbata-bata. Dia menatap pada Ryan dan juga Rendra yang terlihat acuh. Oke, dia sendiri sekarang, benar-benar sendirian. Dan dia juga menyesal karena sudah membangunkan singa tidur seperti Rafa ini.
“Gue gak maksud gitu Raf.” ucap Cindy yang masih berusaha untuk membela diri.
Baiklah, baiklah.
Jangan hujat dia, karena setiap orang pasti punya rasa cinta, pasti pernah merasakan yang namanya ingin memiliki. Tapi Cindy juga sadar, dia yang sangat terobsesi pada Rafa akhirnya berakhir buruk pada dirinya.
Ada yang bertanya kenapa Cindy sangat menyukai Rafa?
Cindy sebenarnya sengaja pindah sekolah untuk bisa satu sekolah dengan laki-laki yang bernama Rafardhan itu. Dia pindah dari SMA Nusa bangsa ke SMA Bhakti Sharma.
Saat itu dia sedang berjalan di pinggir jalan sendirian, karena sopirnya menelpon kalau mobil yang dia bawa sedang kempes ban, jadi agak sedikit lama, jadi Cindy memutuskan untuk berjalan kaki saja walaupun sang supir sudah melarangnya karena sebentar lagi pasti proses ganti ban itu selesai.
Dia memakai masker wajah berjalan di trotoar jalan. Tapi saat tiba di jalanan yang sudah agak sepi, ada segerombolan anak muda yang sepertinya seusia dengannya sedang nongkrong disana. Takut? Tentu saja dia takut, karena Cindy jarang sekali berjalan pulang seperti ini, tapi karena ban mobilnya kempes jadi terpaksa Cindy berjalan pulang dan melewati jalanan itu sendiri.
Cindy mengumpulkan keberanian untuk melewati segerombolan anak muda itu, tapi salah satu diantara mereka malah mendekat pada Cindy dan merayu gadis itu, membuat Cindy takut, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
“Sendirian aja dek? Kenapa mukanya di tutup? Takut ya cantiknya menyebar kayak virus?” goda salah satu diantara mereka, dengan penampilan yang begajulan dan juga tak terurus.
Saat orang itu semakin mendekat, Shila berjalan cepat menghindarinya, tapi saat itu Rafa yang kebetulan lewat disana langsung menghentikan motornya didepan Cindy karena melihat gadis itu seperti sedang di ganggu bocah preman itu.
“Naik!” ujar Rafa singkat. Dan karena takut, Cindy langsung berlari dan naik ke atas motor Rafa, tanpa mempedulikan teriakan laki-laki itu untuk berhenti. Terjadi kejar-kejaran antara Rafa dengan kelompok anak muda itu, tapi karena Rafa yang gesit dan lincah, dia berhasil membawa Cindy lolos dari sana. Saat itu Rafa masih memakai seragam sekolah, jadi Cindy bisa melihat nama sekolahnya dan juga Nama laki-laki itu.
Rafa mengantarkan Cindy pulang, setelah menanyakan alamat gadis itu. Dia tidak melihat wajah Cindy karena tertutup masker. Setelah tiba didepan pintu gerbang rumah Cindy, lantas Rafa langsung meninggalkan Cindy tanpa sepatah katapun.
Dan sejak hari itu, Cindy merengek pada kedua orangtuanya untuk pindah ke SMA yang sama dengan Rafa.
“Pergi!” ucap Rafa singkat yang berhasil membuat Cindy yang awalnya terbengong jadi terkejut.
“Raf...,” Cindy masih berusaha untuk dekat dengan Rafa.
“Kalo Lo gak mau pergi, biar gue yang pergi!” Rafa berdiri dari duduknya, lalu berjalan melewati Cindy begitu saja. Banyak teman-teman mereka yang menyaksikan hal itu, tapi semua orang itu memilih untuk diam.
★*★
Rafa berjalan menuju rooftop sekolah. Dia berjalan sendiri disana sembari menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Baiklah, dia rindu saat-saat bersama dengan Shila, karena tidak dapat dipungkiri dia sangat mencintai gadis ceroboh yang menyebalkan itu.
“Shila... Aku kangen sama kamu!” Rafa memejamkan matanya, menghindari silau matahari pagi yang menerpa wajah tampannya itu.
“Kita pasti bertemu lagi nanti Shila.” Rafa menghirup nafasnya dalam-dalam.
“Karena Tuhan tahu, mana yang seharusnya disatukan dan mana yang seharusnya di pisahkan.”
“Dan kamu nantinya akan menemukan Rafa yang baru, dan dengan cara barunya mencintai kamu.”
_________
Rafa menikmati hari-harinya tanpa Shila. Dia tau, saat ini dimana pun gadis itu berada, pasti dia sedang tersenyum. Ia melihat pada wajah Shila di layar ponselnya. Rafa tidak berani untuk menghubungi gadis itu. Dia tau dimana letak kesalahannya.
Ryan dan Rendra ikut merasa kehilangan ketika Rafa mengatakan kalau Shila pindah ke Jogja. Begitu pula dengan Alena dan juga Diara. Mereka terkejut dengan kepindahan Shila yang terlalu tiba-tiba dan juga tidak mengatakan apapun pada mereka.
______
Rafa tumbuh menjadi laki-laki yang gagah dan juga tampan. Mata tajamnya menatap pada semua orang dengan dingin. Rahang kokoh itu tampak sangat menggoda untuk disentuh.
Bulu matanya yang memang lentik, ketika mengerjap akan tampak sangat seksi, membuat para wanita tergila-gila padanya. Bibir tipis itu seakan menarik kaum hawa untuk mengecupnya, dan juga jangan lupakan kulit putih mulus yang melebihi halusnya pantat bayi itu sebagai bukti kalau dia sangat menjaga kebersihan tubuhnya.
Jangan tanyakan, seberapa banyak wanita yang datang dan mendekatinya lalu menyatakan perasaan yang berujung dengan menangis di pojok kamar dengan gumpalan tisyu yang berserakan dilantai untuk me-lap ingus yang keluar dari hidung mereka karena tidak bisa menahan kekecewaan karena ditolak oleh seorang Rafardhan yang saat ini masih menunggu cinta pertamanya kembali ke sisinya.
“Fa..,” ujar Ryan menepuk pundak Rafa membuat laki-laki itu berdehem.
“Dia udah kembali!” ujar Ryan memberitahu pada Rafa, membuat laki-laki yang semulanya fokus pada berkas ditangannya itu menatap pada Ryan dengan tatapan tidak percaya.
“Beneran, gue gak bohong.” ujar Ryan mengangkat tangannya.
“Bersiap-siaplah untuk kembali padaku Shila. Dan aku akan membuatmu mencintai aku dengan cara baruku dan juga dengan Rafardhan yang baru.” ujar Rafa dengan senyuman termanisnya.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Ilan Irliana
haasseeekkk...W tunggu loh fa..aws klo bo'ong..haha
2020-10-12
1