6. Anak baru

Saat ini Rafa sedang menunggu Shila didepan pintu gerbang rumah gadis itu. Hingga tidak butuh waktu lama bagi Rafa, gadis yang dinanti pun keluar dari dalam rumahnya.

“Ayok.” ajak Shila. Dia memakai helm yang disodorkan oleh Rafa padanya. Setelah itu Shila lantas naik keatas motor gede milik Rafa.

“Pegangan Neng.” goda Rafa, karena dia tau gadis itu tidak suka di panggil Neng.

“Dih Abang, jangan manggil gitu.” ujar Shila dengan cemberut.

“Kok gitu? Abang malah suka manggil kamu Neng.” ucap Rafa.

“Udah, bawa motor yang bener aja. Aku gak mau kita telat lagi, terus Abang nyelap nyelip kayak kemarin ya.” ucap Shila dengan tampang yang serius. Rafa hanya menyengir, menampilkan deretan gigi putihnya dengan senyuman yang menawan.

“Udah, ayo jalan.” ujar Shila yang tidak mau untuk terus melihat senyuman Rafa yang bisa membuat jantungnya itu berdebar tak karuan.

“Iya-iya....” lantas Rafa langsung melajukan motornya itu membelah jalanan untuk bisa sampai ke sekolah mereka. Hari ini Raisya membangunkan Rafa lebih awal karena tidak mau anaknya itu terlambat terus berangkat ke sekolah.

Shila memegang baju Rafa erat. Karena kepiawaian Rafa dalam membawa motornya, akhirnya keduanya sampai di gerbang sekolah dengan cepat.

“Hati-hati.” ucap Rafa ketika Shila hendak turun dari atas motor.

“Iya Abang,” ujar Shila. Entah kenapa, Shila jadi ikut-ikutan untuk memanggil Rafa dengan sebutan Abang, menuruti Raisya, Zhafran dan juga Rana yang memanggil laki-laki itu dengan sebutan Abang.

“Ayok.” keduanya berjalan ke koridor sekolah, Rafa mengantarkan Shila terlebih dahulu. Tapi saat tiba di belokan, Rafa tidak sengaja menabrak seseorang. Dan itu seorang gadis.

“Maaf-maaf.” ucap Rafa meminta maaf, karena dia tidak sengaja menabrak gadis itu, dan menyebabkan buku yang tadi dibawa gadis itu terjatuh berserakan.

“Biar gue bantuin.” ucap Rafa, sedangkan Shila hanya diam saja, menatap pada wanita yang dirasa asing itu.

“Makasih ya,” ucap gadis itu.

“Sama-sama,” ujar Rafa. Dia hendak pergi dari sana, tapi tertahan karena gadis yang di tabraknya itu.

“Kenapa?” tanya Rafa heran, begitu juga dengan Shila. Dia merasa tidak suka pada gadis yang ada di depannya ini.

“Kelas IPS 1 dimana yah?” tanya gadis itu.

“Lo anak baru?” tanya Rafa, gadis itu mengangguk.

“Owh, ya udah Lo bareng gue aja. Kebetulan gue juga dikelas IPS 1,” ucap Rafa. Dan Shila tidak suka akan hal itu. Dia tidak suka Rafa terlalu dekat dengan gadis yang ada didepannya ini. Apalagi mereka satu kelas.

“Eh beneran?” tanya gadis itu berbinar senang.

“Heem,” ujar Rafa singkat.

“Wah bagus dong, ya udah kalau gitu kenalin gue Cindy.” Cindy menyodorkan tangannya pada Rafa untuk berkenalan.

“Rafa.” ujar Rafa singkat. Setelah itu Cindy juga menyodorkan tangannya pada Shila.

“Kenalin gue Cindy,” ujar Cindy dengan ramah.

“Iya, kenalin gue Shila.” ujar Shila membalas tangan Cindy.

“Ya udah, ayo Shila, Abang anterin ke kelas.” ujar Rafa, sedangkan Shila menganggukkan kepalanya. Cindy juga mengikuti Rafa dan Shila, karena dia tidak tau dimana letak kelasnya.

Shila berjalan beriringan dengan Rafa dan juga Cindy, saat tiba didepan ruang kelas Shila, Rafa pun berhenti.

“Belajar yang bener.” ujar Rafa. Sedangkan Shila hanya mengangguk sebagai jawabannya. Lalu dia menoleh pada Cindy yang berdiri disamping laki-laki yang bernama Rafa itu.

“Ya udah, aku masuk kelas dulu bang.” pamit Shila di jawab anggukan kepala oleh laki-laki itu.

Saat Shila sudah benar-benar masuk kedalam kelasnya akhirnya Rafa pun berjalan menuju ke kelasnya sendiri dengan diikuti oleh Cindy dibelakang.

“Shila tadi pacar kamu?” tanya Cindy penasaran dengan kedekatan Rafa dengan gadis yang bernama Shila itu.

“Bukan,” jawab Rafa singkat. Cindy lantas mengangguk senang. Berarti laki-laki yang ada didepannya ini tidak memiliki pacar dong? Karena dari yang dia lihat, Rafa sangat dekat dengan Shila, tapi tidak berpacaran berarti Rafa juga tidak dekat dengan gadis lain. Begitu pikir gadis yang bernama Cindy itu.

“Oh iya, Lo pindahan dari SMA mana?” tanya Rafa.

“Gue? Gue dari SMA bangsa 1,” jawab Cindy. Rafa hanya mengangguk. Rafa masuk kedalam kelasnya diikuti oleh Cindy di belakang.

“Oh iya, kenapa Lo gak minta kepala sekolah aja buat nganterin? Lo kan murid baru?” tanya Rafa heran.

“Engapapa sih, gue emang lebih senang nyari sendiri aja.” ujar Shila.

“Ya udahlah, terserah Lo aja.” Rafa duduk di bangkunya, sedangkan Cindy masih berdiri.

“Oh iya,.Lo duduk disana aja, soalnya disana kosong.” Rafa menunjuk pada sebuah meja dan juga bangku kosong disana. Cindy lantas mengangguk lalu berjalan dari sana.

“Siapa Fa?” tanya Rendra dan juga Ryan hampir bersamaan.

“Lo ngikutin gue mulu sih.” delik Ryan sebal pada Rendra, temannya itu.

“Dih, suka-suka gue dong. Kan gue duluan yang mau nanya sama Rafa.” ujar Rendra tak mau kalah.

“Ini kenapa kalian jadi ribut sih?” Rafa mendelik malas pada kedua temannya itu.

“Engapapa sih, oh iya, itu siapa Fa, si anak baru?” tanya Rendra pada Rafa yang juga diangguki oleh Ryan.

“Katanya namanya sih Cindy, tapi gue juga gak tau,” ujar Rafa dengan acuh.

“Lo Nemu dimana tuh, cakep bener.” ujar Ryan. Lantas saja Rafa dan juga Rendra mendorong kepala temannya itu.

“Kalo yang cakep aja, cepet Lo,” ujar Rafa, sedangkan laki-laki yang bernama Ryan itu hanya tertawa cengengesan.

“Ya kan kali aja dia mau sama gue Fa, mumpung gue lagi sendiri nih.” ujar Ryan.

“Apa Lo bilang? Mumpung lonlagi sendiri? Perasaan sejak gue temenan sama Lo, Lo itu udah sendiri terus deh.” ujar Rendra. Sedangkan Ryan hanya cengar-cengir gak jelas.

“Kayak Lo gak ada Rend,” ujar Rafa yang diangguki oleh Ryan.

“Gue bukan sendiri, tapi emang memilih buat sendiri.” ujar Rendra yakin.

“Heeleh, lagak Lo Jamet.”

“Hehe,”

Tak lama setelah itu guru mata pelajaran pertama pun masuk kedalam kelas mereka. Dia melihat Cindy duduk di pojok sana.

“Kamu anak baru itu kan?” tanya Bu Wina, guru mata pelajaran bahasa Indonesia.”

“Iya Bu,” jawab Cindy cepat.

Setelah itu Bu Wina menyuruh Cindy untuk memperkenalkan dirinya didepan kelas, dan setelah perkenalan diri itu, kelas pun berlangsung.

★*★

“Rafa, ke kantin yuk.” ajak Cindy, sedangkan Rafa yang saat ini baru saja selesai menyimpan bukunya langsung menoleh pada gadis itu. Dia juga melirik pada Ryan dan juga Rendra yang kini tengah meliriknya, dengan tatapan mata seperti mengatakan, “Lo mau di cincang sama Shila, ke kantin bareng dia?” kira-kira seperti itu lah yang di tangkap oleh Rafa dari tatapan mata mereka berdua itu.

“Aduh, gue sama temen-temen nih Cin,” ujar Rafa tak enak hati.

“Enggapapa kok, aku ikut yah? Aku belum ada temen disini soalnya.” ujar Cindy.

“Huumm, ya udah deh.” jawab Rafa akhirnya.

.

.

.

.

.

★*★

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!