“Sederhana saja! Bahkan bagi orang dewasa. Kepercayaan adalah segalanya. Setuju?”
Ursula menangkap kelegaan dalam senyum Katy saat mengetahui bahwa tahun ini, lebih dari tahun-tahun sebelumnya, gadis kecil itu perlu berpegang pada impiannya.
Bagaimanapun, tidak setiap tahun seorang ibu pergi
begitu saja tanpa mengucapkan salam perpisahan. Kemudian beberapa kali meneleponmu dari berbagai belahan dunia. Atau mengirimkan hadiah-hadiah sebagai penebus rasa bersalah, namun tidak berhasil, tak peduli betapapun mahalnya. Katy adalah gadis kecil yang berani, pikir Ursula kagum.
“Baiklah, Daddy! Aku akan naik dan langsung tidur!”
Lalu Katy meninggalkan ruangan itu setelah melemparkan senyumnya yang terakhir.
Ruangan itu hening setelah Katy pergi, dan Ursula
merasa tatapan Rick terpaku padanya. Ursula butuh beberapa waktu sebelum mampu membalasnya dengan tenang.
“Katy kelihatan… baik-baik saja,” Ursula menyimpulkan. “Tadinya aku takut ia akan mengalami masa yang sulit—apalagi saat Natal.”
“Syukurlah.” Tapi mata Rick tampak pahit. “Jane
menelepon saat makan siang hari ini.”
“Makan siang menjelang Malam Natal?” Ursula berkedip. “Waktu yang aneh untuk menelepon. Mengapa ia tidak menelepon malam ini—sebelum
Katy menggantungkan kaus kakinya?”
“Perbedaan waktu di Australia,” jelas Rick datar. “Ia
baru akan tidur.”
“Oh.” Sepertinya lebih baik mereka tidak membahas
kebiasaan tidur Jane. Untuk menghindarinya, Ursula membungkuk dan memungut pembungkus permen di lantai.
“Kuharap kau tidak akan pergi ke rumah Amber,” kata
Rick tiba-tiba. Ursula langsung mengangkat tubuhnya dan mendapati Rick sedang memandangnya.
Ursula sudah belajar melindungi diri terhadap
perhatian yang kadang-kadang diberikan oleh Rick padanya. Ursula telah meyakinkan diri bahwa hal itu sama sekali tidak berarti apa-apa, malahan akan
mempersulit rencana yang sudah disusunnya dengan rapi.
Karena lima bulan setelah Jane Sheridan pergi
meninggalkan keluarganya untuk tinggal di Australia, Ursula seolah tak terpisahkan lagi dengan Rick dan Jane. Ursula menyadarinya. Mereka menyadarinya. Dan mereka semua dapat menerimanya dengan baik.
Tapi hanya untuk sementara waktu! Ursula harus
terus-menerus mengingatkan dirinya akan hal itu. Hanya sampai Rick dan Jane menyelesaikan masalah mereka. Atau sampai ia menemukan laki-laki yang dapat diajaknya hidup bersama.
Ursula mendesah. Jika saja ia bisa!
Pada saat seperti ini sepertinya tidak mungkin.
Terutama karena kedekatannya dengan Rick semakin memperjelas betapa laki-laki lain sungguh tidak peka—hampir dalam semua bidang kehidupan.
Untuk pertama kalinya, Ursula selalu mencermati jam dinding dan berusaha pulang tepat pada pukul enam. Seperti yang diutarakannya pada Rick, laki-laki itu perlu menghabiskan waktu berdua saja dengan putrinya. Walaupun, jika Ursula mau jujur, ia melakukannya sekadar untuk melindungi diri. Ia bisa gila jika terlalu sering berdekatan dengan Rick di rumah!
Tapi Katy selalu menahannya. Dan lebih parah lagi,
sebenarnya Ursula juga enggan pulang! Biasanya Rick-lah yang harus mengambil keputusan di antara mereka bertiga, namun laki-laki itu tampaknya tak pernah peduli apakah Ursula akan tinggal lebih lama atau pulang.
Tapi tampaknya malam ini tidak begitu.
Sekarang Rick tampaknya akan memperbarui serangannya.
“Jadi kau tak bisa datang untuk merayakan Hari Natal?” Rick berkeras. “Benar?”
Ursula berusaha agar suaranya terdengar tegas. “Oh ya, tentu saja! Aku dapat membayangkan betapa senangnya adikku jika kukatakan padanya bahwa aku berubah pikiran, terutama setelah ia repot-repot membeli segudang makanan dan kalkun seukuran pesawat terbang!”
“Barangkali ia tak akan peduli, jika kau mau berhenti
memikirkannya. Mungkin ia lebih suka menghabiskan waktu berdua saja dengan Finn
di tempat tidur,” ujar Rick hati-hati. “Hanya berdua.”
Ursula tak sempat merasa malu mendengar pernyataan Rick yang seksi itu, karena rasa cemasnya lebih besar. Ursula menggeleng
demikian kuat sehingga rambutnya berayun-ayun di sekeliling lehernya, seperti lembaran satin hitam. “Dalam masalah ini, kau sangat keliru,” kata Ursula penuh kekhawatiran. “Kurasa akhir-akhir ini hubungan mereka kurang baik.”
Rick menarik mulutnya menjadi segaris penolakan. “Aku tidak heran…”
“Apa maksudmu?”
Rick mengangkat bahu. “Yah, aku sangat menyukai
adikmu, tapi aku juga tak bisa menyalahkan jika Finn marah padanya. Maksudku, apa sih yang membuat Amber melakukan wawancara jelek dengan majalah WOW! Itu?”
Rasa setia kawan langsung timbul dalam diri Ursula.
“Oh, ayolah, sebetulnya tidak seburuk itu!” ia membela, walaupun artikel yang sedang mereka bicarakan itu telah membuatnya mengkerut malu.
“Menurutku buruk sekali malahan! Lebih buruk dari
mengerikan! Amber berpose demikian seksi, kurang-lebih dalam delapan jepretan, dan ia mengoceh tentang hubungannya dengan Finn!” Rick mengeleng sedih. “Dan tak memberitahu Finn sama sekali mengenai wawancara itu! Kau tak bisa
menyalahkan Finn jika ia meledak. Aku sendiri juga akan sangat marah jika mengalaminya!”
Secara pribadi, Ursula setuju dengan pendapat Rick.
Tapi Rick tidak boleh seenaknya saja mengkritik saudara kandungnya!
“Amber tidak membocorkan rahasia negara, bukan?”
bantah Ursula mengelak.
“Yah, ia mengabarkan pada dunia bagaimana Finn telah melamarnya. Dan ia mengatakannya sedemikian rupa sehingga semua orang bisa
menebak bahwa Finn mengajukan lamaran setelah bercinta dengannya…”
“Rick!”
“Tapi memang itu kenyataannya.”
Ursula mengernyit. Perasaan sayang pada adiknya
membuat ia merasa geram karena mendiskusikan **** dengan atasannya! “Aku tahu,” Ursula mengeluh. “Itulah sebabnya aku harus merayakan Natal bersama mereka. Mungkin aku dapat mencegah mereka saling membunuh!”
Rick melemparkan pandangannya pada Ursula. Mata gelapnya menyipit kritis. “Kau tampak lelah.”
“Memang, sedikit.”
“Kalau begitu langgar saja kebiasaanmu. Tinggallah
sebentar untuk minum.” Sungguh menggoda… namun Ursula menggeleng. “Tidak, terima kasih. Aku harus pulang dan membungkus hadiah untuk Amber serta Finn…”
“Oh!” Rick mencemooh. “Tapi itu tak akan makan waktu lama, kan? Tinggallah untuk minum bersamaku, Ursula. Sudah hampir dua minggu
aku tidak melihatmu.” Rick bangkit berdiri dan berjalan ke lemari minuman dan membuka sebotol anggur merah, lalu menuangkan segelas untuk masing-masing. “Sejak kau mengambil liburan mendadak itu…”
“Jadi sekarang kau juga keberatan seperti Katy,
begitu?”
Rick menggeleng dan tersenyum legit saat ia
menyerahkan segelas anggur pada Ursula. “Tentu saja aku tidak keberatan! Hanya saja… kami… yah, kami merindukanmu… itu saja. Terutama Katy.”
“Ya,” jawab Ursula perlahan. Ia membenamkan diri dalam salah satu sofa empuk dan mengirup minumannya. “Aku juga merindukan anak itu,”
serta ayahnya.
Rick duduk di seberang Ursula. “Lalu bagaimana cerita mengenai gaun pengantin itu?”
Ursula membiarkan kelopak matanya menutup. Lalu ia membukanya lagi dan menatap Rick. “Mmm?”
“Katy mengatakannya semenit yang lalu. Sesuatu tentang kepergianmu untuk mencari gaun pengantin.”
“Oh!” Ursula mengerutkan hidung. “Cerita itu tidak menarik bagi laki-laki…”
“Jangan sok tahu, Ursula,” dengan halus Rick memperingatkan.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments