Padahal itulah yang menjadi dugaan si sekretaris jika dilihat dari ekspresi wajahnya.
“Kalian berdua?” tanya sekretaris tersebut.
Ursula menggeleng. “Tidak, aku akan menunggu di sini sementara kau bicara pada Katy, Rick.”
“Tapi aku ingin kau ikut,” bantah Rick keras kepala.
Mulut sekretaris itu semakin menipis dan Ursula sadar bahwa kehadirannya hanya akan membuat segalanya lebih rumit. “Tidak, aku akan menunggumu di sini,” ulang Ursula dengan tegas.
Rick masuk selama kurang-lebih lima belas menit dan keluar bersama Katy yang tampak pucat di sampingnya. Keduanya tidak mengatakan
apa pun kecuali salam perpisahan yang singkat sampai mereka semua berada di luar, di bawah udara bulan Juli yang menyengat.
“Halo, Katy,” ucap Ursula lembut.
Katy sedang asyik mengamati sepatu sekolahnya yang cokelat. “Lo,” sahutnya, tanpa menoleh.
Di atas kepala kecil yang tertunduk itu, Ursula
menatap Rick dan nyaris terpental ke belakang melihat kemarahan yang terpancar dari mata hitam laki-laki itu. Tapi Ursula tak sudi menunggu lagi. Katy sudah kelihatan demikian bingung.
Jika mereka terus berahasia dalam situasi semacam itu untuk melindungi perasaan Katy, khayalan anak itu mungkin malahan lebih buruk
dari kenyataannya.
Ursula sempat bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi. “Ada petunjuk mengenai keberadaan Jane?” tanya Ursula tanpa berpikir.
“Kurasa kita tak perlu membahasnya sekarang bukan?” jawaban Rick terdengar penuh tekanan.
Ursula tak memedulikannya. Ia berlutut agar dapat
menatap langsung ke mata Katy. “Kapan kau terakhir melihat Mummy?”
Katy mengernyit seraya berusaha mengingat-ingat.
“Kemarin pagi.”
“Apakah ia mengatakan sesuatu padamu?”
“Misalnya apa?” tanya Katy bingung. “Ia menanyakan sereal macam apa yang aku inginkan… hal-hal yang biasa saja.”
“Dan apakah Mummy sempat menyinggung mengenai kemungkinan ia tak akan datang menjemputmu di sekolah sore ini?” Ursula bertanya dengan lembut.
“Kepala Sekolah sudah menginterogasi Katy
habis-habisan,” sela Rick dengan ketus. “Dan tampaknya beliau tidak berhasil menemukan apa-apa. Ia bilang Katy sulit diajak bekerja sama.”
Ursula memicingkan mata birunya sebagai isyarat agar Rick berhenti bicara. “Kalau begitu Kepala Sekolah memang tidak tahu apa-apa!” sahut Ursula ringkas, dan berhasil memancing senyum gadis kecil sepuluh tahun itu. “Sekarang, Katy… ingat-ingat lagi. Apakah ada sesuatu yang tidak biasa terjadi kemarin pagi?”
Katy berpikir sejenak kemudian mengangkat bahu
“Rasanya tidak.” Ia berpikir lagi. “Mummy kelelahan dan banyak mengomel. Ia bilang mengapa bukan Daddy saja yang mengantarku ke sekolah supaya Mummy bisa istirahat.”
“Daddy kira Mummy ingin mengantarmu ke sekolah,” ujar Rick datar. “Karena akhir-akhir ini ia jarang ke sekolahmu.”
Ursula melihat bahwa Rick sedang berjuang keras
mengendalikan dirinya. Ursula tidak menyalahkannya. “Ada yang lain, Katy?” selidiknya.
Katy menggeleng dan menggigit bibir. Dan saat ia
menengadah menatap mata Ursula, air mata membanjiri matanya. “Hanya… hanya Julian,”
isaknya akhirnya.
Rick terpaku. “Apa maksudmu… hanya Julian?”
“Kami harus menjemput Julian dalam perjalanan ke
sekolah…”
“Apa kalian mampir ke Maida Vale?” tanya Rick tak
percaya. “Sepagi itu?”
Katy menggeleng. “Ia tidak berada di flatnya. Ia
sedang menginap di hotel dekat rumah kita.”
“Oh, begitu,” sela Rick muram. “Daddy heran mengapa ia harus menginap di sana? Apakah Mummy bilang sesuatu?”
“Rick, mari kita pulang sekarang,” desak Ursula karena ia takut Rick akan keceplosan di depan putrinya. Dalam kondisi seperti sekarang segalanya serba tak pasti dan prasangka mengapa Julian menginap begitu dekat dengan rumah tak akan memperbaiki keadaan. Terutama jika prasangka itu kemudian ternyata salah…
“Kepala Sekolah akan keluar sebentar lagi,” lanjut
Ursula. “Dan aku sudah melihat sekretaris itu mengintip-intip seolah-olah kita menghalangi jalan. Ayolah, mari kita pergi.”
Rick hampir saja membantah, namun melihat bahu kecil Katy yang terkulai, ia berubah pikiran. “Baiklah,” jawabnya. “Mari kita pergi mencari taksi.”
Ursula mengernyitkan hidungnya mendengar usul itu. Perjalanan pulang akan sangat tegang karena mereka berdua pasti segan memulai percakapan di depan sopir. Dan omongan basa-basi pada saat seperti ini rasanya tak pantas. “Siapa pula yang mau duduk di dalam mobil pengap pada sore secerah
ini? Mengapa kita tidak berjalan kaki? Jaraknya tidak jauh, lagi pula cuaca sangat cerah dan di tengah jalan sana ada mobil penjual es krim yang sedang
parkir! Bagaimana menurut kalian?”
“Oh, bolehkah, Daddy?” tanya Katy. Untuk pertama
kalinya sejak mereka tiba, wajah Katy tampak berseri-seri.
Rick menatap Ursula. “Boleh saja,” gumamnya dingin.
Segera ketiganya tampak berjalan di sepanjang jalan
Hampstead yang lebar dan dinaungi pepohonan. Katy sibuk menjilati es krim cokelat dan ceri raksasa. Sebagai pengalih perhatian, es krim memang sangat bagus. Di atas kepala gadis itu, Ursula melontarkan pandangan penuh pertanyaan
pada Rick, tapi tatapan Rick menyiratkan bahwa ia tak punya jawaban apa pun. Ketika tiba di rumah, ketiganya secara bersamaan melihat ke arah jendela, seolah-olah berharap Jane Sheridan berdiri di sana, sedang menunggu mereka.
Tapi tak ada tanda-tanda kehidupan.
“Mungkin ia di dalam,” kata Ursula riang, namun Rick
dan Katy tak menjawab.
Rumah itu sungguh-sungguh kosong. Hal itu tampak nyata sejak pertama kali Rick membuka pintu depan. Mereka masuk mengikuti Rick, lalu
berdiri diam dan mendengarkan. Namun suara yang terdengar hanyalah detak jam tua yang tak berkesudahan.
“Lebih baik aku memeriksa lantai atas,” kata Rick
murung. Ursula dan Katy mengamati Rick melompati dua anak tangga sekaligus sampai ia tak terlihat lagi.
Sekarang bagaimana? Pikir Ursula. Ia melihat kecemasan dalam wajah Katy dan menyadari ia harus mengalihkan perhatian Katy sementara
orang-orang dewasa berusaha menemukan jawaban. “Sini, Katy.” Ursula tersenyum. “Mengapa kau tidak naik dan melepaskan seragam sekolahmu? Kau tampak kepanasan.”
“Bolehkan aku mandi?”
“Tentu saja! Di mana kau ingin mandi?”
“Oh, ha ha!” Katy mengikik dan tawanya bagaikan obat penawar bagi telinga Ursula.
Ursula menyeringai. “Tentu saja kau boleh mandi.
Jarang sekali ada anak yang ingin mandi!”
“Yah, malam ini adalah pertunjukan akhir tahunku. Dan aku akan berperan sebagai peri musim semi, jadi rambutku harus sangat bersih. Paling tidak begitulah yang dikatakan oleh guru dramaku!”
“Kalau begitu lakukanlah, Sayang,” kata Rick yang
tiba-tiba muncul di ujung tangga. Ursula dan Katy menengadah ke arah laki-laki itu dengan mata membelalak penuh pertanyaan. Rick menggeleng lalu melontarkan senyum kecil yang istimewa untuk Katy.
“Tak ada surat dari Mummy,” kata Rick perlahan seraya menuruni tangga. “Tapi aku yakin Mummy akan segera menelepon untuk menceritakan apa yang sedang dikerjakannya.”
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments