Part 13

Ursula pernah membacanya dalam sebuah tabloid Minggu dan cerita itu ternyata benar.

Klien mereka ada seorang pengusaha makanan anjing. Dan ia bukan jenis klien kelas kakap yang biasa ditangani Rick—tapi, seperti yang dikatakannya pada Ursula, ia tergila-gila pada anjing! Ursula sering bertanya-tanya mengapa Rick tidak memelihara anjing sendiri—Ursula yakin Katy akan menyukainya—tapi Rick pernah bilang bahwa Jane alergi terhadap bulu anjing.

Rick telah melakukan penyebaran poster ke seluruh

pelosok negeri. Iklan itu menampilkan seekor anjing Labrador terpampang sombong sedang duduk dengan kedua cakarnya di atas sekaleng makanan anjing yang dipromosikan sebagai makanan murah sekaligus bergizi. Semua orang, termasuk

Ursula, menertawakan kalimat konyol pilihan Rick yang berbunyi, “Cakarlah Pilihan Anda”. Tapi menurut Rick ekspresi puas si anjinglah yang akan membuat merek itu laku keras. “Lihat saja angka penjualannya,” laki-laki itu meramalkan.

Dan angka penjualan mengungkapkan semuanya. Seperti yang telah diucapkan Oliver pada Ursula, Rick jauh lebih pandai dari yang disadarinya!

Pukul empat, ketika Ursula keluar untuk mencari kopi guna memerangi rasa kantuk yang disebabkan oleh segelas Chablis yang mereka minum saat makan siang, telepon berdering.

Ia langsung berbalik. “Biar kuterima.”

“Tak perlu—aku saja!” Rick menguap kemudian mengangkat gagang telepon. “Halo?”

Tiba-tiba tubuh Rick menegang ketika ia mendengarkan suara di seberang sana.

Naluri membuat Ursula terpaku di tempatnya. Apakah ada kabar buruk? Pikir Ursula seraya mengamati bahu Rick yang mendadak kaku. Apa

pun alasannya, Ursula tak beranjak. Bahkan tanpa malu-malu menguping—bukan karena usil, tapi karena nalurinya mengatakan bahwa Rick barangkali akan membutuhkannya. Dan bagi Ursula tak ada yang lebih penting dari itu…

“Aku tidak paham betul apa maksud Anda,” Rick bicara perlahan di telepon. Ia mendengarkan lagi untuk sesaat.

“Hilang?” tanya laki-laki itu, suaranya mengeras. “Apa pula yang sedang Anda bicarakan?”

Rick menunggu sementara orang di seberang sana

mengucapkan sesuatu yang lain.

“istilah yang Anda gunakan sungguh cengeng,” ucap Rick setengah geram. “Terutama jika Anda tidak yakin apakah hal itu akurat atau tidak!” Mulut Rick berkerut sementara si penelepon tampaknya berusaha menenangkan. “Tidak, Anda tak perlu repot-repot. Saya akan segera ke sana.” Rick melihat jam tangannya. “Saya akan tiba di sana secepatnya.”

Rick membanting gagang telepon itu kembali ke tempatnya, lalu bangkit berdiri. Matanya nanar, wajahnya aneh dan berwarna kelabu.

Dari pintu Ursula bertanya. “Apa yang terjadi, Rick?”

serunya gugup. “Ada apa?”

Rick memusatkan matanya, seolah-olah ia baru ingat bahwa di sana ada Ursula. Kemudian ditatapnya gadis itu dengan tajam.

“Rick?” ucap Ursula lembut. “Ada apa?”

Kata-kata Rick terdengar lambat dan dalam. Ia bicara seperti seseorang yang sedang mengigau. “Aku harus ke sekolah untuk menjemput Katy.”

“Apa yang telah terjadi?”

Rick menggeleng kecil, seolah-olah ada air dalam

telinganya dan ia sedang berusaha mengeluarkannya. “Seharusnya Jane yang menjemput…”

“Dan?”

“Ia belum muncul juga. Sekolah memberitahu bahwa Jane menghilang.”

“Apa maksud mereka bahwa Jane ‘menghilang’?” tukas Ursula sengit. “Apakah Jane termasuk daftar orang hilang? Apakah mereka sudah mencoba menelepon ke rumah?”

“Jane mengirim pesan lewat kurir Julian. Katanya dia tak akan bisa ke sekolah, lalu meminta mereka menghubungiku. Mereka bilang kurir itu kedengaran… aku tak tahu… aneh…”

Ursula mencoba tetap tenang dan berpikir logis. Ia

sudah terbiasa dan berpengalaman menangani berita buruk seumur hidupnya. “Tentu saja kurir itu akan terdengar aneh, Rick,” katanya menalar, “jika Jane menyuruhnya menyampaikan pesan semacam itu.

“Nada suaranya tak mungkin terdengar sesantai orang yang menelepon untuk menanyakan apakah sekolah akan libur semester depan, bukan?”

Mata Rick berkilat seperti batubara. “Kurasa begitu.”

“Tapi mengapa Jane tidak menelepon sendiri ke

sekolah?” Ursula bertanya perlahan.

“Saat ini aku tak peduli!” Rick menekankan dengan

kasar. “Yang penting Katy harus segera dijemput!”

Rick meraih jaket jinsnya dengan mimik seorang

laki-laki yang siap melakukan pertempuran.

“Tapi kau harus mencari dia,” kata Ursula.

Rick menatap Ursula, seolah-olah tidak mendengar

perkataannya.

“Kau harus mencarinya,” tambah Ursula lunak. “Jane,

maksudku. Kita kan tidak tinggal dalam masyarakat di mana seseorang dapat menguap hilang begitu saja.”

“Hal itu bukan prioritas pertamaku. Bukan juga yang

kedua.” Mata Rick tampak teduh. “Bisakah kau ikut denganku, Ursula? Apakah kau keberatan?”

“Aku?” suara Ursula tertahan.

“Tentu saja. Katy menyukaimu—dan tak ada orang yang bisa menangani krisis lebih baik darimu. Lagi pula, kau pernah bilang bahwa kau bisa memasak,” tambah Rick sedikit lancang.

Ursula tahu bahwa Rick pun sebenarnya bisa memasak, tapi gadis itu merasa bahwa ia diminta menemani Rick bukan sekadar karena bakat

kuliner. Saat ini sang atasan perlu teman. Dan bantuan Pendamping wanita yang praktis.

“Tentu saja aku akan ikut,” jawab Ursula pelan.

“Kalau begitu, mari berangkat!” Rick menggertakkan

gigi dan menerobos ke luar kantor.

# # #

Walaupun baru pukul empat lewat di sore hari, lalu

lintas sudah mulai padat. Saat itu memang sudah hari Jumat pada bulan Juli yang panas dan semua orang kecuali para turis, sedang bergegas ke luar kota.

Rick dan Ursula naik taksi sampai ke London Utara,

sudah hampir pukul lima saat taksi hitam yang mereka tumpangi menepi di depan sebuah rumah besar bergaya Victoria yang telah diubah menjadi sekolah.

Seorang penderita tunanetra di jendela lantai bawah

tersentak kaget mendengar suara taksi direm. Rick melompat ke luar mobil. Ursula menyelipkan beberapa lembar uang ke tangan sopir itu kemudian mengikuti atasannya ke dalam. Sekretaris sekolah sedang menunggu mereka, mimiknya membayangkan ketidaksetujuan.

“Halo, Mr. Sheridan,” sapanya tegas.

“Di mana Katy?” tanya Rick seketika.

“Ia ada di dalam bersama Kepala Sekolah. Ia…”

“Apakah ia kesal?”

Sekretris itu tampak ragu. “Saya tak akan menyebutnya kesal. Yang jelas ia sedikit cemas…”

“Barangkali karena Anda bicara demikian melodramatis di telepon!” ujar Rick, alis matanya yang gelap terangkat. “Berbicara mengenai

Jane ‘menghilang’ seperti itu! Aku yakin ada penjelasan yang masuk akal atas semua ini.”

Tapi suara Rick tidak seyakin biasanya dan Ursula

dengan lembut menumpangkan tangannya di atas lengan Rick. Ia harus mencegah agar Rick tidak marah-marah. Sebab lelaki itu membutuhkan dukungan dari sekolah Katy… bukan permusuhan. “Bisakah kami menemui Katy sekarang?” tanya Ursula dengan sopan.

Sekretaris itu mengamati Ursula dari ujung rambut

sampai kaki, tampaknya ia berusaha menempatkan Ursula dalam keseluruhan rangkaian cerita. Ursula menyadari kebingungan wanita itu. Ursula jelas-jelas

tidak cukup glamor untuk berperan sebagai wanita simpanan Rick.

Bersambung…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!