Part 9

“Julian!” mereka berseru penuh sukacita ketika melihat penyanyi itu. “Bisakah kau membawakan Space in My Heart?”

Pujian adalah sesuatu yang jelas-jelas paling disukai Julian. Ia mengalihkan mulutnya dari botol kosong itu dan untuk pertama kalinya bibirnya menyeringai. Ursula sempat berpikir jika saja ia memiliki banyak uang seperti Julian, yang pertama akan dilakukannya adalah memberikan perawatan yang layak untuk giginya yang jelek itu.

“Tentu saja. Aku dapat memainkan lagu apa pun yang kalian inginkan. Bisakah kita memasukkan

peralatan?” gumamnya pada anggota band lainnya.

Tapi anggota band lainnya sedang sibuk membuka botol-botol sampanye. Mereka kelelahan sehabis melakukan tur dan kurang tidur. Mereka sama

sekali tidak berniat melakukan apa pun selain minum sampai mabuk pada sore yang gerah itu.

“Biarkan kami istirahat, Julian! Lagi pula sekarang terlalu gerah, Bung! Mengapa kau tidak menyanyi diiringi gitar akustik saja?” usul pria berkulit gelap dengan bahu penuh tato dan lidah bertindik berlian kecil.

Sayang sekali ia begitu mabuk, pikir Ursula sementara Julian menyetem alat musiknya.

Suaranya datar dan sumbang dan kata-katanya tidak cocok. Dan di tengah-tengah lagu andalannya, Julian lupa lirik lagunya!

Di bawah kakinya sekelompok gadis kecil duduk

mengelilinginya dengan mimik kecewa. “Sama sekali tidak mirip rekamannya!” bisik salah seorang.

Ursula tak tahu pada siapa ia paling kasihan. Katy. Atau Rick. Atau Julian Stringer.

“Mungkin kita bisa memesan pizza sekarang?” usul Rick tak sabar sementara dengan susah payah Julian mengakhiri lagunya.

Jane memelototinya. “Jangan kasar begitu, Rick. Julian belum selesai menyanyi!”

Wajah Rick tetap tenang. Ia menatap putrinya serta

teman-teman anak itu. “Jadi apa pilihan kalian, Anak-anak? Pizza? Atau musik lagi?”

Mereka saling berpandangan seperti konspirator. “Pizza!” mereka berseru serempak.

Jane menundukkan kepalanya untuk bicara. Ia bicara pelan sekali, tapi Ursula dapat mendengar dengan jelas kata-kata yang didesiskan Jane

di telinga suaminya. “Kau bajingan! Aku tak akan pernah memaafkanmu untuk hal ini, Rick!”

Dan Katy juga mendengarnya. Mulut anak itu bergetar.

“Nah, mengapa kau tidak menunjukkan hadiah ulang tahunmu pada kami semua sambil menunggu pizza, Katy?” Ursula mengusulkan dengan riang.

Tiba-tiba, Ursula ingin sekali pulang.

# # #

Ursula memerlukan beberapa hari untuk memulihkan keriangannya setelah ulang tahun Katy. Benih-benih kebencian telah disebarkan di tanah yang sangat subur. Ursula tak dapat berhenti bertanya mengapa Jane Sheridan tidak bersyukur memiliki seorang putri yang hebat dan suami yang sama hebatnya. Mengapa ia malah berperilaku seperti seorang anak manja?

Jika Jane dibiarkan mengatur semuanya, pesta itu pasti akan segera padam seperti api unggun basah.

Nyanyian Julia telah menghancurkan suasana. Bukan hanya gara-gara Jane, tapi karena kesalahan Julian juga. Ursula sempat mencuri dengar keluhan Julian mengenai Rick. Lelaki itu mengatakan “pengaruh buruk” Rick-lah yang menyebabkan ia melupakan lirik lagu yang ditulisnya sendiri. Hal ini

menyebabkan pandangan marah diam-diam terpancar dari para tokoh utama di sekeliling ruangan.

“Ini gara-gara kau!” Jane membentak Rick. “Kau telah merusak daya kreatif Julian! Kau tak tahan jika orang lain yang menjadi pusat perhatian, bukan?”

“Maksudmu selain Katy?” tanya Rick datar. “Yang kebetulan hari ini berulang tahun?”

Ursula mencuri pandang ke arah Rick. Ia tak pernah melihat Rick begitu marah sebelumnya, walaupun laki-laki itu tetap mampu menyembunyikannya dengan baik. Tapi Ursula dapat membaca apa yang ada di wajah Rick—ia telah mempelajarinya dalam berbagai situasi! Dan Ursula tahu bahwa Rick

tengah mengerahkan semua kendali diri yang dimilikinya agar tampak menyenangkan.

Ursula mulai tak sabar menghadapi situasi seperti ini. Seharusnya ini adalah pesta anak-anak—bukan pergolakan! Sekarang para anggota Connection

mulai minum anggur merah. Ursula ketakutan saat memikirkan akan seberapa mabuk mereka nantinya jika tidak segera makan sesuatu. Ia hampir menangis kegirangan ketika mendengar sepeda motor berdecit di depan rumah.

“Pasti itu si tukang pizza!” ujar Ursula senang dan ia

melihat Katy tersenyum. “Biar aku yang buka, aku sangat kelaparan!”

“Ya-ah.” Jane mengangkat alis matanya ke arah Julian. “Menurutku memang begitu…”

Julian menjawab dengan tawanya. “Ya! Benar! Perlu banyak bahan bakar untuk menjalankan mesin yang besar. Benar kan, Sayang?”

Rick menyipitkan matanya. “Kurasa lebih baik kau…”

“Rick!” suara Ursula menggema dalam ruangan tersebut dan mereka semua menoleh ke arahnya. “Jangan,” pinta Ursula. “Aku tak peduli apa pun yang dikatakan orang mengenai aku. Sungguh.”

Tapi Rick menggeleng, suaranya penuh ketegasan. “Oh, tentu saja itu masalah,” ia bersiteguh dengan keras kepala. “Aku tak akan diam saja mendengar kau dihina, Ursula.”

“Tapi aku yakin Julian tidak bermaksud mengejekku,” sahut Ursula seraya melemparkan pandangan lugu penuh pengertian kepada bintang Rock itu sehingga Julian tiba-tiba meronda dan merasa tidak enak. “Bukankah begitu, Julian?”

“Oh… ya,” gerutu Julian.

“Maksudku, aku memang memiliki selera makan yang sehat,” Ursula membenarkan. Dengan pandangan muram ia melihat ke tubuhnya yang montok terbungkus celana panjang dan blus krem. “Seperti yang kalian lihat sendiri!”

“Sehat?” tanya Jane tajam. “Memiliki lemak lebih dari sepuluh persen tidak bisa disebut sehat!”

“Tapi mengganti makanan dengan kopi kental dan rokok kauanggap sehat?” tantang Rick.

Sikap Jane langsung berubah. Barangkali ia sadar bahwa serangan berkesinambungan tak akan membuatnya mencapai tujuan. Apa pun itu,

kepribadian Jane seolah-olah mengalami transformasi di depan mata mereka,

seolah-olah ia adalah perpaduan antara wanita penggoda dan ibu rumah tangga super. “Tapi aku telah berhenti merokok, Rick,” ia memberitahu suaminya dengan suara serak. “Kau tahu itu.”

“Benarkah? Kalau begitu kau tak akan keberatan jika aku membuang rokok yang kutemukan di lemari bawah tangga?” tanya Rick dengan penuh kepolosan.

Sejenak mulut Jane menjadi garis tipis yang tampak buruk. “Oh, demi Tuhan—haruskah kau begitu terobsesi untuk memegang kontrol?” serunya.

“Berkeliaran dan memeriksa aku!”

Rick tak bereaksi. “Kelihatannya suhu mulai naik,” ucapnya tenang. “Mengapa kita tidak makan dulu?”

“Bukankah Daddy bilang kita boleh makan di luar jika cuaca cerah?” tanya Katy sambil melompat berdiri.

Rick tersenyum pada putrinya. “Tentu saja! Mengapa kalian tidak memasang tikar di halaman?”

Katy dan teman-temannya tampak senang bisa terbebas dari pertengkaran orang-orang dewasa di ruangan tersebut. Ursula menolong Rick membawa beberapa kardus berisi pizza hangat ke halaman, sementara Jane dan para anggota Connection mengatur baki minuman.

“Jangan lupa Cola-nya, Mum!” seru Katy muram. “Kami belum cukup dewasa untuk minum anggur!”

Ursula berpikir betapa mereka adalah suatu kumpulan yang aneh.

Bersambung…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!