Sangat tak pantas.
“Baiklah, aku akan menolongmu mengasuh Katy,” kata Ursula dengan lembut. “Hal itu sudah pasti. Dan aku akan melakukan apa saja untuk meredakan sakit serta kebingungan kalian.”
Ketegangan di sekitar mulut Rick mulai menghilang dan tatapan terima kasih di mata lelaki itu membuat Ursula merasa selegit cokelat.
“Tapi aku ingin kau berjanji satu hal padaku, Rick,”
kata Ursula.
“Sebutkan saja.”
“Aku tidak ingin adikku tahu sedikit pun mengenai
rencana yang telah kita buat.”
Rick mengernyit. “Tapi aku kan jarang sekali bertemu Amber?”
“Memang, tapi kau sering bertemu dengan Finn dan
kadang-kadang kau bicara dengan Amber ketika ia meneleponku. Aku minta agar mereka tidak perlu tahu bahwa aku akan menolongmu merawat Katy. Tidak sekarang. Aku akan mengatakannya pada saat yang tepat.”
Rick menatapnya tajam. “Ada alasan khusus?”
Ursula merasa tidak nyaman ketika pandangan cemerlang Rick menembus pertahannya. “Mereka pikir aku sudah bekerja terlalu keras,” kata Ursula. “Itu saja.”
Tapi Rick tak mudah tertipu oleh alasan semacam itu. Mata gelap itu terus menyelidik untuk sesaat, sebelum akhirnya mengerti. “Oh, kurasa aku mengerti,” ucapnya perlahan. “Mereka ingin melindungimu. Mereka tidak ingin kau terlibat dengan seorang laki-laki yang sudah menikah?”
“Tapi aku tak akan terlibat dengan seorang laki-laki
yang sudah menikah, bukan?” tanya Ursula dengan sabar, walaupun kepalanya berdenyut-denyut. “Aku hanya menolongmu menjaga putrimu.”
Pandangan Rick mencemooh. “Menurutmu kau dapat melakukan yang satu tanpa yang lain terjadi?”
Ursula berpikir sejenak. “Kurasa ya.”
Rick mengangguk. “Bagaimana aku harus berterima
kasih?” tanyanya dengan sangat lembut.
Hampir saja Ursula meminta agar Rick melingkarkan
lengannya kemudian memeluknya erat-erat—sekadar sebagai sahabat, tentu saja. Tapi hal itu sungguh mustahil. Karena di mata Rick, ia hanyalah Ursula Tua yang Baik, asistennya yang montok dan dapat diandalkan—yang demikian nyaman dan
membosankan seperti sepasang sandal tua. Laki-laki seperti Rick Sheridan bukan saja tak pernah jatuh cinta pada wanita seperti itu.
Tampaknya mereka juga tak akan pernah memeluknya…
# # #
-DESEMBER-
Bibir Katy nyaris mencibir saat ia memandang ayahnya. “Tapi, Daddy, mengapa Ursula tidak dapat merayakan natal bersama-sama kita?”
Rick melayangkan pandangan ke arah Ursula dalam ruang duduk rumahnya di Hampstead. Pandangannya seolah berkata, “Terserah kau,
O’Neil”! Dan dengan sengaja Rick terus-menerus menyunggingkan senyum saat menjawab pertanyaan putrinya, “Aku tidak tahu, Sayang—mengapa tidak kautanyakan sendiri?”
“Mengapa, Ursula?” ulang Katy perlahan, mimik wajahnya berkeras dan ingin tahu.
Seraya mengeluarkan hadiah-hadiah berbungkus merah dan keemasan dari keranjang besar bawaannya Ursula berkata, “Karena aku harus
merayakan natal bersama Amber, adikku.” Dengan hati-hati ia meletakkan bungkusan-bungkusan kado tersebut di bawah pohon natal yang sudah dihiasnya
bersama Katy. “Aku sudah pernah menjelaskan hal itu.”
“Tapi kau baru saja pulang berlibur!” sanggah Katy
murung. “Saat kau pergi mencari gaun pengantin itu!”
“Kau tidak rela aku berlibur, ya?” tanya Ursula sambil
tertawa.
Cibiran itu menghilang dan mulut Katy membentuk garis keras kepala yang persis seperti ayahnya. “Tapi kau selalu merayakan Natal dengan adikmu!” ujar Katy.
“Tepat!” sahut Ursula penuh kemenangan. “Jadi ia pasti heran jika tahun ini aku tidak datang. Benar, kan?”
“Mengapa tidak kau katakan saja bahwa tahun ini kau ingin mengadakan perubahan dengan merayakan Natal bersama Daddy dan aku?” Katy
memohon. “Karena sebenarnya kau memang ingin merayakan Natal bersama kami kan, Ursula?”
Ursula mendesah seraya mengirimkan isyarat “tolong aku” ke arah Rick melalui ekspresi wajahnya, tapi laki-laki itu sama sekali tidak memedulikan. Lelaki itu tetap bersikap pura-pura sopan—dia hanya
mengangkat bahunya tanpa ekspresi. Makhluk jahat!
Ursula mengernyitkan kening. “Tentu saja aku ingin
merayakan Natal bersamamu dan a…ayahmu,” ralat Ursula sambil mengeluh. “Tapi kita sudah bertemu hampir setiap hari sementara Amber adalah satu-satunya keluarga yang kumiliki, dan—“
“Tapi kata Daddy, adikmu sekarang sudah bertunangan!” ucap Katy dengan cerdik. “Dengan laki-laki pemilik agensi model itu.”
“Dengan Finn. Memang.” Kepala Ursula terasa panas. “Jadi?”
Katy mengacuhkan tatapan peringatan dari ayahnya.
“Jadi, tidakkah mereka lebih suka merayakannya berdua saja? Supaya mereka bisa bermesraan atau semacamnya! Bukankah kau akan menjadi kambing congek jika bersama-sama mereka?”
“Begitu? Apakah itu yang dikatakan Daddy kepadamu?” tanya Ursula dengan manis, tapi tatapannya kepada Rick memercikkan api
peperangan.
“Sudah waktunya kau naik ke atas dan bersiap-siap
untuk tidur, Katy,” cepat-cepat Rick menyela. “Karena lebih cepat kau tidur…”
“Lebih baik Hari Natal tiba!” sahut Katy dengan patuh. “Baiklah.” Katy mendekati ayahnya yang sedang bersandar di sofa, yang tampaknya
tidak tahu bagaimana cara bersantai. Gadis kecil itu membungkuk dan mencium puncak kepala Rick yang gelap dan bergelombang. “Daddy perlu potong rambut,” kata gadis kecil itu.
Rick menertawakannya. “Usul yang bagus, terutama
karena datangnya dari anak sepuluh tahun yang harus diseret-seret ke salon.”
“Oh, bukan aku yang bilang Daddy perlu potong rambut!” ucap Katy ringan. “Itu pendapat Ursula!”
“Begitukah?” tanya Rick perlahan, dan sekarang api
peperangan terpancar dari matanya.
Ursula mengalihkan pandangannya. Ia sama sekali tidak ingin menatap Rick. Sebagai gantinya Ursula mengangkat lengannya saat Katy mendekat dan memeluk serta menciumnya. “Aku akan naik dan mengucapkan selamat malam serta selamat Natal sebelum aku pulang,” kata Ursula pada anak itu.
“Kapan kita akan bertemu lagi?” tanya Katy menahan napas.
Ursula menyapu sejumput rambut dari pipi Katy. Ia
memutuskan bahwa masalahnya dengan Rick tak akan mempengaruhi hubungan Ursula dengan putrinya. “Aku bisa kemari besok malam, segera setelah aku pulang dari tempat Amber dan Finn, jika belum terlalu malam. Bagaimana?”
“Bisakah? Bagus sekali!” gumam Katy seraya
menggosokkan hidung ke leher Ursula, seperti seekor anak anjing.
“Dan aku akan ikut ke Prague bersamamu dan Daddy minggu depan, jangan lupa!” Ursula mengingatkan. “Pikirkan, betapa senangnya
perayaan Malam Tahun Baru kita nanti!”
“Dengan Mummy,” sela Katy ragu.
“Benar,” sahut Ursula datar. “Mummy akan berada di
sana pula…”
“Dan Julian.”
“Dan Julian,” ulang Ursula, kali ini ia tak perlu
melemparkan pandangan minta tolong pada Rick.
“Masuklah ke kamarmu sekarang, Sayang.” Rick
tersenyum, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan konflik emosi, padahal Ursula
tahu betapa sulit baginya melakukan perjalanan ke Prague. “Atau Sinterklas tak akan datang lewat cerobong asap nanti!”
Ayah dan putrinya saling bertatapan.
“Oh, Daddy!”
“Apa?” tanya Rick tanpa dosa.
“Kau tahu!” Mata Katy berbinar.
Rick mengangkat bahu. “Yang Daddy tahu, jika kau
percaya ia ada, maka Sinterklas tak akan datang."
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments