Mencari Suami!
Gaun pengantin itu mengilaukan warna mutiara dan keemasan dalam cahaya pagi. Terbuat dari sutra satin terbaik dan organza mengilap. Dilengkapi dengan sejumput tile, bagaikan awan musim panas. Perlahan jemarin Ursula menelusuri pembungkus plastik yang melindungi gaun tersebut, dan ia
mendesah.
Gaun itu ramping, sederhana, dan memesona—gaun yang betul-betul membuat seorang pengantin kelihatan cantik. Untuk alasan itulah ia tak akan pernah mengenakan gaun tersebut.
Pertama-tama, gaun itu sangat kekecilan untuknya.
Kedua, laki-laki yang ia cintai sudah menikah dengan wanita lain…
# # #
-JULI-
“Ursula?”
“Ya, Rick?”
“Mmm… kau ada acara Sabtu ini?”
Ursula O’Neil adalah wanita praktis yang tak pernah berhenti dari kegiatannya sampai tengah hari. Tapi pertanyaan yang satu ini mampu membuat tangannya tertahan di atas pesawat telepon. Ursula menengadah dan memandang atasanya dengan takjub.
Ia terduduk dan memusatkan perhatian, bukan hanya karena isi pertanyaan Rick, tapi karena jeda “mmm” tadi.
Bila seseorang sudah enam tahun bekerja untuk seorang laki-laki, pasti ia akan mengenalnya dengan cukup baik. Laki-laki itu kadang tidak mengacuhkan apa pun jika ia sedang bekerja, menjengkelkan menjelang akhir tenggat waktu, dan selunak mentega terhadap putrinya. Tapi, pernahkah Rick
Sheridan ragu-ragu? Tak pernah!
Kata-kata adalah bisnisnya, modal utamanya. Rick dapat melakukan apa saja dengan beberapa patah kata… Ia dapat membuatmu menangis, atau tertawa, atau bergegas membeli merek makanan anjing tertentu, bahkan jikapun kau tidak punya anjing! Sekarang ini ia sudah menjadi pemilik agensi,
itu benar, tapi pada dasarnya Rick tetaplah seorang copywriter yang sederhana.
Dan seorang laki-laki yang tak pernah ragu-ragu.
Ursula langsung melupakan urusan telepon yang akan dikerjakannya. “Tolong ulangi apa yang baru kaukatakan, Rick.”
Rick mengamati pensil yang disematkan di antara jemarinya yang panjang bagaikan sebuah tombak. Kemudian ia menengadah dan tersenyum. Ursula pun jatuh dalam perangkap pancaran mata yang begitu gelap sehingga hampir menyerupai warna hitam. Pekat, cemerlang, dan tak terlupakan.
Tapi mata itu saat ini diliputi oleh kekhawatiran.
“Kubilang, apakah kau ada acara Sabtu ini?”
Yang pasti Rick tak mungkin akan mengajak Ursula berkencan. Tapi Ursula membiarkan dirinya sejenak tenggelam dalam fantasi tersebut sebelum
menyahut, “Yah, tidak ada. Kebetulan aku tidak ada acara. Mengapa?”
“Kami mengadakan pesta.”
“Kau akan mengadakan pesta?” ulang Ursula dengan hati-hati.
“Benar.”
“Di mana?”
“Di mana biasanya orang mengadakan pesta? Di rumah, tentu saja.”
“Oh. Aku paham.” Tapi sebenarnya tidak. Rick dan istrinya sudah beberapa kali mengadakan pesta sebelumnya, tapi tak pernah mengundang Ursula. Jadi mengapa tiba-tiba terjadi perubahan sikap?
“Aku ingin tahu apakah kau mau datang?”
Ursula terus menatap Rick, seolah-olah mencari petunjuk di wajah laki-laki itu. Wajah yang sangat menarik dan lebih dari sekadar tampan. Dan wajah itu semakin dekat…
“Aku?” tukas Ursula. Gadis itu menyadari betapa ia terdengar seperti Cinderella masa kin saat mengucapkannya!
“Ya, kau,” sahut Rick, kerutannya semakin dalam. “Astaga, Ursula, aku tak pernah melihatmu begitu bingung sebelumnya! Menurutmu apa yang akan terjadi? Aku tidak berencana untuk membuatmu pingsan kemudian menjualmu kepada penawar paling tinggi.”
Fantasi yang menari, pikir Ursula.
Rick menyandar di kursinya. “Apakah undanganku membuatmu demikian terguncang?”
“Bukan terguncang,” ralat Ursula tegas. “Kurasa aku tak akan terguncang hanya karena hal seperti itu, Rick! Heran merupakan deskripsi yang lebih baik. Maksudku, selama bertahun-tahun aku berkerja padamu…”
“Tak perlu kauingatkan berapa tahu lamanya.”
“Aku tidak bermaksud begitu.” Nyatanya entah sudah berapa tahun telah mereka lewati bersama. Seharusnya hal itu lebih mengganggu Ursula
dibandingkan Rick, tapi Ursula tak pernah membiarkan dirinya memikirkan hal itu. Karena bisa saja terpikir olehnya bahwa ia sedang menghadapi jalan buntu dan sudah waktunya membuat perubahan.
Dan Ursula tidak menginginkan perubahan. Karena orang waras mana yang bersedia kehilangan pekerjaan yang baik dan atasan yang sempurna?
“Sejak pertama kali aku memasuki dunia periklanan yang gila dan semrawut ini…” Ursula tersenyum, “…lalu kau mengeluarkan aku dari kekacauan
di kantor umum untuk menjadi asisten pribadimu…”
“Dan?” Rick menyela dengan tak sabar, seperti kebiasaannya jika ia berpendapat sesuatu tak ada sangkut pautnya. “Apa hubungannya dengan
undangan ke pesta itu?”
“Yah, sebelumnya kau tak pernah mengundangku untuk menghadiri acara apa pun di rumahmu.”
“Itu karena kau pernah menekankan bahwa kau tidak suka mencampur aduk bisnis dan kesenangan!”
Ursula memikirkannya sejenak. “Itu benar,” ia mengakui. Memang ia pernah mengatakannya, tapi tentu saja itu bukan berati ia sungguh-sungguh. Tidak serius. Hanya sekedar teknik untuk melindungi diri terhadap daya tarik atasannya yang berlimpah ruah. Sebenarnya Ursula akan senang sekali jika dapat melewatkan setiap malam bersama-sama Rick. Setiap makan siang. Setiap waktu sarapan. Setiap jam saat ia dalam keadaan terjaga, jika Ursula benar-benar mau jujur. Dan hanya satu hal yang menghalanginya.
Rick sudah menikah.
Tapi seandainya belum menikah pun—seandainya memang belum—tak mungkin Rick tertarik padanya. Laki-laki seperti Rick tak akan pernah terpikat pada wanita montok dengan pinggang gemuk dan buah dada seperti melon kematangan. Mereka menginginkan kekasih yang ramping. Bukan. Kurus. Dengan tulang-tulang menonjol, seperti kuda pacuan yang langsing. Wanita berkelas.
Seperti Jane. Istri Rick.
Jane, yang tinggi dan kreatif dan memiliki kualitas yang selalu dijadikan panutan oleh para pembaca majalah remaja. Jane yang dapat mengenakan gaun tua dari toko barang loak dan membuatnya tampak seperti gaun seharga satu juta dolar.
Ursula menelan kembali segala emosi bodoh yang membuat lehernya tegang. Ia menatap atasannya. “Jadi dalam rangka apa pesta ini?”
Untuk pertama kalinya sejak Ursula mengenal laki-laki itu, ia mendapati wajah Rick menjadi canggung, seolah-olah tak dapat memutuskan
harus menjawab bagaimana. Jadi begitu. Pertama keraguan. Sekarang ketegangan. Dan semuanya terjadi dalam sebuah percakapan sederhana. Alangkah ganjilnya.
“Kami berjanji pada Katy untuk merayakan ulang tahunnya,” ujar Rick lambat. “Dan Jane ingin menambah jumlah tamu yang hadir. Mengundang beberapa orang dewasa. Lantas aku langsung teringat padamu.”
“Ah!” Ursula tersenyum senang. “Sekarang aku mengerti!”
Katy adalah putri Rick, dan Ursula sangat mencintainya. Kadang kala Rick membaca putrinya ke kantor pada saat liburan sekolah, ketika Jane sedang sangat sibuk. Katy senang mengekor Ursula seperti seekor anak anjing kecil dan Ursula sangat menikmati kehadiran gadis kecil itu.
Ursula pernah mengajarkan Katy cara menggunakan komputer dan permainan gin rummy. Sebagai balasannya, Katy memberitahu semua hal terkini
dalam bidang mode dan musik! Sepertinya baru lewat lima menit sejak ulang tahun Katy yang terakhir, ketika—masih segar dalam ingatan Ursula—ia menemani Katy dan Rick melancong ke Kebun Binatang London.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments