Part 11

Ternyata Rick sama sekali tidak memiliki kehidupan keluarga yang bahagia seperti yang selalu dibayangkan oleh Ursula.

Namun begitulah gambaran kehidupan, bukan? Kita selalu mengira orang lain memiliki kehidupan yang lebih menarik dan lebih memuaskan.

Ursula menghirup tehnya dan teringat kata-kata yang dilontarkan Jane kepadanya. Aduh! Komentar Jane mengenai berat badan Ursula sangat brutal, tapi Jane memang mengatakan yang sebenarnya. Ursula jadi bertanya-tanya apakah ia sedang dalam tahap menjadi bahan cemoohan. Wanita bijaksana namun buruk rupa yang sedang melaju menuju usia tiga puluh tahun dengan masa depan suram di hadapannya.

Adiknya sudah hidup bersama Finn Fitzgerald dan tampak sangat bahagia, itulah sebabnya belakangan ini Ursula jarang bertemu Amber.

Barangkali sudah saatnya ia berusaha mencari kekasih—dan kelas Apresiasi Bahasa Perancis sama sekali tak akan mempertemukannya dengan pria-pria yang berprospek! Tidak, jika ia mau belajar dari pengalaman masa lalu.

Ursula menghapus make-up dari wajahnya lalu mandi berlama-lama. Kemudian dengan hati-hati ia menggantungkan setelan blus dan celana panjang kremnya di lemari agar tidak kusut. Ia duduk di tempat tidur dan berusaha membaca majalah yang dibelinya di stasiun kereta tadi pagi, tapi sekali ini artikel-artikel bagus di dalamnya tidak lagi menarik perhatiannya.

Ursula sadar ia sedang terjebak dalam rutinitas. Mungkin ia harus menuruti apa yang dilakukan oleh kebanyakan wanita single lainnya yang berusia dua puluh tujuh tahun, yaitu bergabung dengan biro jodoh…

Rick sedang jengkel; hal itu tampak jelas ketika ia menerobos masuk ke kantor pada pukul sepuluh lewat.

Ursula menengadah dari tumpukan surat-surat yang telah disortirnya sejak tadi.

Rick melirik sekilas pada gundukan amplop itu dan mengernyit.

“Surat penggemar?” erangnya.

Sejak Rick muncul dalam acara televisi mengenai keuntungan bekerja dalam bidang periklanan, laki-laki itu terus-menerus dihujani permintaan untuk melakukan wawancara dan memberikan tips bagi para calon jutawan.

“Semacam itu,” jelas Ursula. “Barangkali kau harus menulis buku yang berjudul Cara Cepat Menjadi Kaya Tanpa Bekerja! Aku yakin bukumu akan menjadi buku paling laris di seluruh dunia!”

“Akan kuingat,” sahut Rick datar. “Di sela-sela aku mengantar-jemput Katy ke sekolah, berusaha mencari pembantu baru, menulis pidato yang bagus untuk upacara Anugerah Pariwara—dan bekerja dengan baik di sini!”

“Kedengarannya seperti keluhan zaman lampau!” ujar Ursula terheran-heran, karena Rick biasanya mampu mengatasi beban berat tanpa perlu mengerjapkan bulu matanya yang panjang dan gelap.

“Keluhan!” Rick berseru. “Mengapa pula aku harus mengeluh?” Ia menguap dan menjatuhkan kepalanya ke belakang. “Aku pusing, Ursula!”

Ursula mengambil biola khayalan dan mulai memainkannya. “Oh, Rick yang malang!” ia menyanyi lembut. “Bosku yang kelelahan! Sementara seluruh dunia dengan senang hati menghindari tugas mereka, Sheridan yang tekun tak pernah berhenti bekerja!”

“Lucu sekali.” Senyum menghiasi sudut bibir Rick. “Sebenarnya, cukup bagus, mengingat kau mengarangnya secara spontan. Mungkin kau bisa mengambil alih tugasku sebagai copywriter, sebab kau punya banyak bakat terpendam!” Tapi kata-kata Rick sepertinya tidak serius karena laki-laki itu lantas menguap lagi. “Dan aku perlu potong rambut. Apa jadwalku besok?”

“Rapat, rapat, dan rapat lagi,” jawab Ursula penuh penyesalan. “Dan sore hari ada—“

“Biar kutebak—rapat lagi?”

“Begitulah.”

Ursula meraih tumpukan kertas dan menyerahkannya pada Rick seraya berpikir bahwa lelaki itu memang tampak lelah. Sama sekali tidak seperti Rick yang dikenalnya. “Mengapa kau harus mengantar-jemput Katy ke sekolah?” tanya Ursula. “Biasanya, Jane yang melakukannya, bukan?”

“Memang. Tapi akhir-akhir ini tidak lagi, kecuali jika sangat terpaksa. Belakangan ini ia terlalu sibuk merancang kostum untuk tur Connection yang akan datang. Dan, tentu saja, tak ada yang bisa memuaskan Julian Stringer.”

“Oh,” sahut Ursula pelan. Sesuatu dalam nada suara Rick membuatnya merasa tak enak, entah mengapa. “Apakah turnya panjang?”

Tawa Rick terdengar dangkal, bahkan penuh penyesalan. “Mereka akan tampil di seluruh dunia—dan Julian telah menghabiskan dana besar untuk membuat panggung. Menurutku efek khusus itu diadakan untuk mengalihkan perhatian penonton agar mereka lupa bahwa album terbaru Connection tidak terlalu laku di pasaran.”

“Lalu apakah Jane harus ada di sana?”

“Harus dan ingin adalah dua hal yang cukup berbeda,” jawab Rick datar. “Menurut Jane ia harus. Tampaknya banyak adegan robek-merobek pakaian di sana. Julian memiliki koleksi pakaian panggung yang terus-menerus harus diperbaiki oleh Jane. Walaupun, seperti yang kukatakan pada Jane, jika saja Julian tidak berkeras menuangkan berbotol-botol sampanye di atas kepalanya lalu mengelilingi panggung seperti seorang penjaga gawang, barangkali Jane tak perlu ikut dalam tur itu. Kemarin malam ia mendampingi Julian sampai dinihari…”

“Tapi kau tidak keberatan?” tanya Ursula lalu menahan napas. Kata-kata itu meluncur keluar sebelum ia sempat mencegahnya.

Rick mengangkat alisnya dan Ursula sadar bisa saja ia telah melewati batas. Mungkin saja Rick menyesal telah membiarkan Ursula mengintip kehidupan pernikahannya pada hari ulang tahun Katy.

Hari ini Rick jelas-jelas berusaha bersikap diplomatis mengenai kelakuan istrinya, pikir Ursula. Dia setia.

“Aku adalah laki-laki mandiri yang bisa mengatur kehidupanku sendiri,” hanya itu jawaban Rick. “Tapi malam ini adalah pertunjukan akhir tahun Katy dan Jane telah berjanji akan pulang tepat waktu untuk menonton.”

“Oh.” Ursula menelan kembali kegeramannya. Ia ingin sekali mengkritik kualitas Jane sebagai ibu, sebaliknya, ia mengagumi kualitas rick sebagai seorang ayah. Terutama karena Ursula memang lebih berpihak pada Rick. Tapi kenyataan tak pernah semudah itu, apalagi dalam suatu hubungan. Bahkan adiknya dan Finn, yang demikian mencintai satu sama lain, juga sempat mengalami masa-masa sukar. “Begitu. Lalu mengapa kau mencari pembantu baru?”

“Karena Mrs. Wilson memutuskan berhenti.”

“Benarkah?”

“Benar. Si pemain saksopon Connection membuat Mrs. Wilson marah. Laki-laki dengan berlian di lidahnya. Kau ingat?”

“Pria itu memang sulit dilupakan,” sahut Ursula kering. “Kenapa Mrs. Wilson marah padanya? Ia menumpahkan bir di karpet?”

“Tidak juga,” gumam Rick kering. “Tapi setelah kau pulang, ia terus minum seperti tak ada hari esok. Akhirnya ia mabuk berat lalu terkapar di sofa dan tidur di sana sepanjang malam…” Suara Rick mengecil dan tampaknya ia menyesal telah memulai percakapan tersebut.

Ursula mengangkat bahu. “Lalu apa masalahnya? Memang kelakuan laki-laki itu sunggu kekanak-kanakan, tapi ia sama sekali tidak melakukan kejahatan!”

“Kecuali bahwa ia kebetulan telanjang.”

“Oh!” Ursula melontarkan senyum lugu ke arah Rick. “Tapi pembantumu sudah punya anak, kan?”

“Apa hubungannya dengan hal itu?”

“Barangkali ia belum pernah melihat pria telanjang sebelumnya.”

Bersambung…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!