“Lalu mengapa kau tiba-tiba tertarik pada umurku?” selidik Ursula. “Apakah kau telah memutuskan bahwa aku pantas menerima kenaikan gaji sebagai
penghargaan atas pengabdian panjangku? Atau barang kali atas penderitaanku yang berkepanjangan?”
Tanpa memedulikan pertanyaan Ursula, Rick mengambil pensil dan mencoret-coret selembar kertas buram. Saat itu ia benar-benar tampak seperti
menteri kabinet yang terlibat skandal percintaan dan sudah menjadi topik berita sepanjang minggu.
“Rasanya tak enak,” ujar Rick, setelah semenit, “jika memikirkan kau akan segera berumur tiga puluh tahun.”
“Memang tidak enak,” Ursula menyetujui, “jika kau mengatakannya seperti itu. Karena sebenarnya aku belum berumur tiga puluh! Sekarang siapa yang lemah dalam matematika? Masih dua tahun lagi aku berumur tiga puluh! Aku tidak bermaksud mengambil pensiun sekarang! Lagi pula,” tambahnya sengit, karena sikap tegas dapat menolong menyembunyikan ketakutannya akan usia tua yang sepi, “tiga puluh belumlah terlalu tua. Apalagi untuk zaman sekarang.”
“Memang tidak. Kau benar.” Suara Rick terdengar bijak sementara binar matanya yang gelap terpaku pada Ursula. “Apakah ada laki-laki dalam kehidupanmu?”
Ursula mengedip terkejut. Kenapa sebenarnya bosnya hari ini? Pertama, Rick mengundangnya ke pesta Katy. Dan sekarang, ini. Lekaki itu tak pernah bertanya tentang kehidupan cinta Ursula sebelumnya. “M-maksudmu… seorang kekasih?” tanya Ursula menahan napas.
Rick tersenyum aneh. “Kalau begitu kau punya, Ursula?”
Seandainya saja Rick tahu!
Tapi tak seorang pun tahu, tidak juga adiknya, walaupun Ursula merasa bahwa Amber pasti sudah menebak rahasianya yang memalukan. Bahwa
ia tlah mencapai puncak usia dua puluh tujuh tahun dan hanya pernah memiliki kekasih yang serius satu kali. Bahkan hubungan mereka tidak dapat dibilang
terlalu serius; jika dinilai menurut pendapat kebanyakan orang, yang menyangkut soal ****. Karena dalam dunia bebas di mana pengalaman adalah segalanya. Ursula O’Neil masih seorang perawan yang tak tersentuh.
“Tidak, aku tidak punya kekasih,” jawab Ursula, berharap ia tidak terdengar terlalu membela diri. “Aku cukup sibuk dengan pekerjaan dan kelas Apresiasi Bahasa Perancis. Dan aku banyak membaca. Aku tidak butuh seorang laki-laki untuk menegaskan keberadaanku, kau tahu!” Ursula mengernyit penuh kecurigaan. “Mengapa kau tiba-tiba tertarik pada kehidupan pribadiku?”
“Tidak kenapa-napa,” sahut Rick polos. Tak sadar laki-laki itu menggigit biskuitnya kemudia memandangi makanan di tangannya dengan takjub
sebelum menghabiskannya seperti orang kelaparan.
“Tidak sarapan tadi pagi?” selidik Ursula.
“Bagaimana kau tahu?”
“Karena kau hampir saja melahap jari-jarimu? Aku bisa menafsirkan petunjuk-petunjuk kecil!”
Rick tersenyum seraya menjilati remah-remah di jemarinya dengan ujung lidah. “Tahu tidak? Kau sungguh hebat, lucu dan penuh pengertian,
Ursula.” Ia terdiam sejenak seraya menatap Ursula di seberang meja. “Apakah pernah terpikir olehmu untuk berganti pekerjaan?”
Ursula boleh saja merasa tidak yakin tentang penampilan atau daya tariknya terhadap kaum pria, tapi ia sangat percaya diri pada pekerjaannya. Tak pernah terpikir oleh Ursula bahwa Rick ingin ia pergi. Gadis itu menampilkan mimik kaget yang dibuat-buat. “Kau benar-benar ingin aku menjawab pertanyaan itu? Pada hari Senin pagi, ketika kau sedang sakit kepala? Ada apa, Rick? Kau takut aku akan pergi meninggalkanmu kelimpungan sendiri?”
“Aku serius, Ursula.”
“Begitu pula aku.” Mata Ursula berkedip, bulu matanya yang gelap dan lentik menaungi mata birunya yang dalam. Itu bagian tubuhnya yang terbaik, atau begitulah yang selalu dikatakan oleh ibunya. “Kurasa itu bukan pembukaan yang baik untuk ‘menyuruhku pergi’ atau eufimisme yang biasa digunakan sekarang ini jika ingin memecat seseorang! Benar, kan?”
“Memecatmu?” Rick tersenyum menyeringai. “Aku tak dapat membayangkan tempat ini tanpamu, jika kau mau tahu.”
Kedengarannya seperti sebuah pujian, tapi membuat pikiran Ursula sedikit terganggu. “Menurutmu aku terjebak dalam rutinitas, Rick?”
“Sepertinya ada orang lain yang berpendapat begitu,” ucap Rick. “Seseorang yang kukenal?”
“Adikku,” Ursula mengakui.
Rick menautkan kedua alisnya yang gelap. “Amber? Yang pernah jadi model?”
“Akhir-akhir ini ia tidak lagi melakukan pemotretan, sejak ia berhubungan dengan Finn Fitzgerald—“
“Ia tidak setuju kau bekerja di sini?”
Ursula menggigit bibirnya, berharap mereka tidak pernah memulai percakapan konyol ini. Kehidupan akan terasa lebih mudah jika kita membiarkan diri hanya mengikuti aliran tanpa bertanya terlalu banyak. “Menurutnya enam tahun di tempat yang sama sudah terlalu lama.”
“Dan ia benar,” sahut Rick perlahan.
Ursula menengadah penuh kewaspadaan. Barang kali ia memang salah menilai segalanya. Menilai laki-laki itu. Mungkin secara tak sadar Rick
mengingikan kepergian Ursula.
Rick menangkap pandangan ketakutan di wajah Ursula dan menggeleng. “Nah, sekarang apa yang sedang terlintas dalam kepala kecilmu yang
cantik?”
“Jangan bohong!” sentak Ursula.
“Bagaimana aku bisa berbohong?”
“Aku tidak cantik!”
“Yah, hal itu benar-benar subjektif. Tapi menurutku kau memang cantik—sangat.” Rick melihat Ursula merona dan ia tersenyum. “Sebenarnya jika
aku mau benar-benar objektif, aku akan menggambarkan kedua mata besarmu sebagai
safir dengan kulit yang selembut dan sesegar mawar merah muda di bawah siraman hujan…”
“Kau sedang mempraktekkan keterampilanmu sebagai copywriter!” sela Ursula kering. “Sebenarnya apa yang ingin kaukatakan padaku, Rick? Bahwa kerja sama kita mulai basi? Bahwa ada wanita lain yang bernafsu menggantikan kedudukanku dan kau memang ingin agar kau pergi?”
Rick mengeluh. “Tidak, aku tidak ingin kau pergi. Saat ini aku sama sekali tidak berniat memberikan komentar apa pun tentang logika wanita. Atau lemahnya logika wanita,” tambah Rick dengan nada pahit. “Tapi aku sungguh tertarik mendengar bahwa adikmu keberatan kau bekerja untukku. Terutama
karena aku jarang sekali bertemu dengannya. Adikmu bahkan nyaris tidak mengenalku!” Rick mengakhiri dengan geram.
“Oh,” ucap Ursula sambil mengangkat bahunya tinggi-tinggi. “Kau tahu.”
“Tidak, Ursula. Aku tidak tahu.” Rick menatapnya.
“Ia… Ia…”
“Ia…?” Rick berusaha membantu.
Ursula tak berani memberitahu alasan sebenarnya mengapa Amber mendesak agar Ursula segera meninggalkan Sheridan-Blackman. Karena Amber
berpendapat bahwa Ursula tidak realistis. Menyia-nyiakan hidupnya dengan mengejar seorang pria yang tak mungkin dimilikinya. Tapi, tentu saja, aku tidak mengejar-ngejar Rick! Pikir Ursula marah. Atau bersikap tidak realistis.
Hanya karena Ursula kebetulan menyukai Rick sebagai seorang laki-laki dan menikmati bekerja dengannya, bukan berarti ia ingin melucuti pakaian Rick! “Menurut Amber, perubahan lingkungan akan baik bagiku.”
“Hal itu pantas dipertimbangkan,” sahut Rick mengejutkan.
“Benarkah? Apakah itu berarti…”
“Itu tidak berarti apa-apa,” sela Rick tak sabar. “Hanya sekadar masukan agar kau dapat mulai mempertimbangkan tawaran-tawaran lain yang
datang padamu.”
Tawaran-tawaran lain? Ursula memandang Rick penuh kebingungan.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments