Part 15

Mata Katy yang besar menatap ayahnya. “Mummy akan menelepon, Daddy? Sungguh?”

Ursula melihat bayangan gelap melintasi wajah lelaki itu.

Ia tahu Rick sedang bergulat antara mengatakan

kenyataan yang sebenarnya atau tetap memelihara harapan gadis kecil itu.

“Aku tidak tahu, Sayang,” ucap Rick akhirnya. “Dan

itulah kenyataannya. Tapi aku yakin Mummy pasti akan menghubungi. Setidaknya ia pasti memikirkan dirimu. Karena kau tahu betapa ia sangat mencintaimu.”

“Ya,” jawab Katy patuh, tapi tak mampu menyembunyikan keraguan dalam suaranya.

“Bagaimana, jadi mandi tidak?” Ursula mengingatkan dengan lembut. “Kau kan hendak manggung.”

“Baiklah!” sahut Katy dan ia berlalu, tampak cukup

senang.

“Tampaknya Katy tidak terlalu kesal,” ungkap Rick

bijaksana seraya mengamati langkah putrinya.

Begitu pula Rick saat itu. “Begitulah anak-anak,” kata

Ursula. “Menit ini mereka sedih sekali dan menit berikutnya sudah menikmati es krim dengan gembira. Mereka hanya bisa memusatkan perhatian untuk jangka pendek.”

Rick mengangguk seraya mengambil setumpuk surat dari meja telepon, melihat tulisan di balik amplop, lalu melemparkannya lagi. “Di sini juga tidak ada apa-apa,” erang Rick.

“Jadi bagaimana sekarang?”

Rick mengangkat bahunya. “Bagaimana aku tahu? Aku tidak terbiasa menghadapi situasi seperti ini dalam keseharianku!”

Diam-diam Ursula menghitung sampai sepuluh. Laki-laki ini jelas-jelas sedang kehilangan akal. Tapi saat seperti itu pun… “Kau tahu, tak ada gunanya marah-marah kepadaku, Rick,” kata Ursula pelan.

Dengan kasar Rick menyapu rambutnya yang hitam ke belakang. “Ya. Kau benar. Kemarahan tak akan menyelesaikan apa pun. Aku hanya berharap aku tahu apa yang sedang direncanakan Jane saat ini!” Mulut laki-laki itu berkerut ketika menyadari bahwa kata-katanya memiliki makna ganda. “Meskipun aku punya beberapa terkaan yang bagus.”

Ursula menatap Rick dengan takjub. Meskipun pernikahan mereka bermasalah, dan itu diakui Rick dalam pesta Katy, namun rumah tangga mereka bertahan lebih dari sepuluh tahun. Pastilah laki-laki itu merasa cemburu jika memikirkan Jane kabur bersama Julian Stringer, laki-laki yang dikenal

sebagai “seks berjalan” dalam dunia musik?

Tapi kini Ursula berada di sana hanya untuk memberikan bantuan praktis, bukan untuk mencoba menebak apa yang terlintas dalam kepala Rick.

“Mau kubuatkan teh?” tanya Ursula. “Atau makanan? Katy perlu makan sebelum pertunjukan. Dan sementara aku memasak, kau dapat mencari

tahu kemana Jane pergi. Menelepon beberapa orang. Paling tidak melakukan sesuatu, Rick, jangan hanya diam mematung begitu!”

Mata cemerlang Rick mengilaukan kekaguman dengan segan. “Mengapa kau tak pernah memerintahkanku saat kita ada di kantor?”

Ursula membalas tatapan Rick dengan seulas senyum. “Karena di kantor aku bekerja untukmu. Sekarang ini, aku ada di sini sebagai teman. Anak-anak tetap perlu makan, apalagi bila sedang dalam situasi yang sulit! Begitu pula ayahnya. Nah, bagaimana kalau aku masak telur dadar?”

“Kedengarannya enak.” Rick mengangguk. Tepat ketika Ursula akan berlalu, Rick mengulurkan tangannya, menahan bahunya. Jantung Ursula

nyaris melompat keluar dari dadanya. Gerakan Rick yang tak terduga itu langsung menghentikan langkahnya.

Sebenarnya tak lebih dari sebuah sentuhan ringan,

namun Ursula tak mampu menghentikan getaran nikmat yang menjalari tulang punggungnya. Napasnya tertahan. Ursula tak ingat apakah ia pernah berada sedekat ini dengan Rick, dan, sentuhan itu adalah pengalaman paling mendebarkan dalam hidupnya.

Ursula ingin sekali mendekat, melingkarkan lengan di leher Rick dan memeluknya erat-erat, tapi ia sadar tak boleh melakukannya. Tidak boleh. Barang kali istrinya memang sudah meninggalkan Rick, tapi

laki-laki itu tetap masih berstatus menikah…

Mata Rick berkilat, dipayungi redaman amarah yang

hanya mampu ditutupi oleh sebagian bulu matanya. Ursula dengan jelas melihat ketegangan di mulut laki-laki itu, menggantikan senyum yang biasanya membiaskan ejekan. Ia memandang tajam ke arah Ursula, seolah-olah berusaha menembus ke

dalam hatinya. “Mengapa kau melakukan semua ini untukku, Ursula?” tanyanya tanpa basa-basi. “Apa untungnya bagimu?”

Jantung Ursula berdebar semakin kencang. Ia tak ingin menambah kemarahan Rick. Bagaimana mungkin Ursula tidak melakukan semua ini demi laki-laki yang disayanginya? “Karena aku menyukaimu, dan aku menyayangi Katy. Karena saat ini kau membutuhkan seorang teman yang bisa memaklumi segala kelakuanmu,” Ursula berbicara dengan sangat perlahan. “Dan akulah temanmu.” Ia

mengangkat bahu. “Itu saja.”

Rick menyambut jawaban itu dengan keheningan. “Itu saja?” ulangnya seraya mengamati tangannya yang masih melekat di bahu Ursula, tapi tak melepaskannya. “Tidak banyak orang yang akan bersikap sepertimu. Kurasa kau meremehkan dirimu sendiri, Ursula.”

“B-begitukah?” Ursula terperanjat, kecewa sekaligus

lega ketika Rick menurunkan tangannya. Seperti lelaki itu juga, ia berpendapat Rick juga telah meremehkan dirinya sendiri. Ursula yakin tak ada satu wanita pun yang akan menolak kesempatan untuk berperan sebagai malaikat pelindung Rick

Sheridan dan putrinya. Ursula melangkah. “Lebih baik aku mulai memasak.”

“Tentu.” Mata Rick mengikutinya sampai gadis itu

hampir mencapai pintu dapur. “Oh, Ursula?”

Ursula berbalik, terkejut karena tanpa diduga

mendapati pandangan penuh kelembutan di wajah Rick. “Mmm?”

“Terima kasih,” kata Rick sederhana.

Bagaimana mungkin sebuah kata dapat mengungkapkan demikian banyak perasaan? Barang kali itulah kalimat paling indah yang pernah

diucapkan Rick pada ursula, dan gadis itu takut sekali jangan-jangan ia akan melakukan hal yang bodoh. Misalnya menangis. Atau memeluk Rick untuk menghiburnya. Atau berkata bahwa ia akan berjalan ke ujung dunia bolak-balik jika Rick yang

meminta!

Sudah saatnya keluar dari sini!

“Aku akan segera menyiapkan makanan,” sahut Ursula pendek dan membuka pintu dapur.

# # #

Ursula senang ia telah memilih untuk menyiapkan

makanan yang sederhana seperti telur dadar—karena dapur Rick dan Jane sama sekali tidak memenuhi syarat untuk masakan yang eksotis. Bahkan untuk kebanyakan masakan umum sekalipun. Ruangan itu jelas-jelas telah dirancang oleh seseorang yang menyukai gaya, tapi tidak suka memasak. Ada beraneka macam peralatan—misalnya, alat pemecah kenari dan alat pembuat kopi dari krom mengilap. Tapi lemari persediaan nyaris kosong kecuali bahan-bahan dasar seperti garam, merica, cuka, dan beberapa botol saus.

Ursula terpaksa menggunakan keju Cheddar, bukannya Parmesan, untuk telur dadar tersebut. Lagi pula tak tersedia cuka rempah untuk

menambah aroma saus Prancis-nya. Tapi Ursula menemukan roti Perancis dalam lemari es, yang hanya perlu dihangatkan selama sepuluh menit. Tak lama kemudian ruangan itu langsung dipenuhi oleh aroma yang lezat.

Rick masuk bersama Katy ketika Ursula sedang

memindahkan telur dadar terakhir ke dalam piring. Ursula menatap Rick dengan pertanyaan di matanya namun Rick menggeleng. Ia tidak bicara sepatah kata pun.

Berarti, tebak Ursula, Rick sama sekali belum menemukan petunjuk ke mana Jane pergi.

Bersambung…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!