Ursula menggosok hidungnya seraya mengingat-ingat. Tapi di manakan Jane pada hari itu?
“Ya ampun, ia sudah akan berulang tahun lagi!” ucap Ursula. “Ia akan berumur sebelas tahun, kan?”
Rick menggelengkan kepalanya yang berambut gelap. “Sepuluh.” Laki-laki itu memutar pensilnya seperti tongkat seorang mayoret, sebagaimana
yang selalu dilakukannya jika ada sesuatu dalam pikirannya. “Hanya saja ia tampak lebih dewasa.”
“Bersikap lebih dewasa pula,” sahut Ursula hati-hati seraya mengingat pengendalian diri Katy yang mengagumkan. “Sekarang ia sudah menjadi
gadis muda yang sangat dewasa, dan ia tahu mengenai pembagian dan bilangan dasar lebih dari aku!”
“Hal itu tidak mengherankan,” goda Rick, sepercik kenakalan melintas di matanya yang gelap, “karena kau adalah orang yang paling tidak matematis
yang pernah kukenal!”
“Jika itu berarti aku membenci segala sesuatu yang berkaitan dengan hitungan, kau benar!” Ursula mengamati gerak-gerik yang terus dilakukan Rick dengan jemarinya. “Ada yang tidak beres, Rick?”
Jari-jari Rick berhenti dan matanya menyipit heran. “Tak beres?” ulang laki-laki itu keheranan. “Apa sebabnya kau menanyakan hal tersebut?”
Jika Ursula mengakui bahwa ia telah mengamati bahasa tubuh Rick dan dapat merasakan ketegangannya hanya dengan memperhatikan tangan laki-laki itu—itu akan tampak menyedihkan, bukan? “Kau kelihatan tidak konsentrasi pagi ini,” jawab Ursula jujur. “Terus terang, sudah seminggu ini…” Malahan sudah sebulan penuh, jika Ursula mau benar-benar jujur.
“Kau sangat mengenalku, Ursula,” sahut Rick perlahan, tapi kalimat itu lebih mirip tuduhan daripada pujian.
“Begitu?” Ursula mengabaikan pandangan Rick yang menyiratkan peringatan. “Ada apa?”
“Deadline-ku menumpuk…”
“Kalau begitu delegasikan!” tukas Ursula tegas. “Kau kan pemilik agensi ini!”
“Tapi para klien menginginkan aku.”
Itulah masalahnya—para klien selalu menginginkan Rick. “Mungkin kau tidak perlu menangani semua klien sendirian!” Ursula bersikeras. “Mereka bisa saja kauoperkan pada Oliver, atau salah satu staf kreatifmu yang kaugaji begitu besar!”
“Kita lihat saja nanti.” Rick mengangkat bahunya tak acuh, kemudian menyunggingkan senyum malasnya. “Jadi bisakah kau datang, Ursula? Katy
akan senang melihat kehadiranmu.”
Ursula berpura-pura memikirkannya. Ia selalu menolak menghadiri acara-acara sosial yang berkaitan dengan pekerjaan, tapi inilah pertama kali Rick mengundang Ursula ke rumahnya. Gadis itu berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia ingin sekali datang tapi hanya untuk merayakan ulang tahun
Katy. Dan hal itu memang benar. Tapi jauh di lubuk hatinya, Ursula benar-benar ingin mengintip seperti apa kehidupan Rick di rumah. Apakah laki-laki itu sama berantakannya seperti di kantor? Apakah Jane sibuk berkutat di seputar dapur seperti induk ayam? “Terima kasih banyak. Aku akan datang.”
“Bagus.”
“Hari Sabtu pukul berapa?”
“Sekitar pukul enam? Kami sudah berjanji pada Katy bahwa pestanya akan diadakan awal petang.”
Lagi-lagi penggunaan kata “kami” mengingatkan Ursula bahwa Rick sudah menjadi milik orang lain.
“Jadi tak akan ada agar-agar dan es krim?” tanya Ursula ringan.
“Oh, aku tidak bilang begitu! Jika kau bersikap baik, aku akan mengusahakan kue cokelat untukmu!” Rick menyeringai dan mulai melukis bentuk-bentuk kecil yang lucu pada sehelai kertas lebar di hadapannya. Ursula tahu laki-laki itu sedang berada dalam kondisi hati yang kreatif.
Memang di luar kebiasaan—namun sangat menguntungkan—Rick Sheridan berhasil memadukan bakat artistik dan naluri bisnisnya yang kuat. Dalam dunia periklanan yang penuh persaingan, Rick sudah menjadi semacam legenda, padahal ia baru tiga puluh dua! Sebagai seorang copywriter, Rick adalah yang terunggul, kesuksesannya menjadi panutan bagi orang lain. Seperti yang dikatakan orang: semua iklan yang ditangani oleh Rick Sheridan bagaikan
memiliki sentuhan Midas!
Perkembangannya seolah-olah terjadi begitu saja tanpa usaha, tapi Ursula tahu betapa kerasnya Rick bekerja untuk bisa berhasil seperti sekarang. Lelaki itu memulai kariernya di Wickens, salah satu agensi terbesar di London. Di sana ia segera menjadi seorang staf yang menonjol. Di awal kariernya ia telah memproduksi dua buah iklan yang sangat sukses sehingga memenangkan penghargaan tingkat nasional. Di sanalah ia bertemu dengan Ursula, yang baru pindah karena ditawari gaji lebih baik serta pekerjaan yang lebih menantang.
Dalam diri Ursula, Rick mendapati kemampuan yang akan melengkapi bakatnya. Ursula selalu tepat waktu, efisien, dan penuh pertimbangan. Ursula tak pernah menghabiskan waktu bicara di telepon dengan kekasihnya atau kembali sehabis makan siang dalam keadaan setengah mabuk.
Ketika Rick meninggalkan Wickens, ia mengajak Ursula bersamanya—ke agensi “paling panas”, tempat semua orang dengan bakat paling
cemerlang bergabung. Di tempat itu Rick bertemu dengan Oliver Blackman. Kemudian saat Oliver dan Rick mendirikan Sheridan-Blackman—agensi pariwara mereka sendiri—Ursula adalah staf mereka yang pertama.
Ursula telah bersama-sama dengan Rick demikian lama sehingga gadis itu kadang merasa menjadi bagian dari kertas pelapis dinding—sementara di
lain waktu terlintas dalam benak Ursula betapa kehidupan yang dijalanninya bersama Rick hanya terasa sekejap mata. Satu-satunya yang tak berubah adalah karisma Rick. Karisma itu tak pernah pudar, terus-menerus menarik dirinya ke arah lelaki itu, seperti laron yang terpikat cahaya lampu.
Seperti pribadi kreatif lainnya, Rick juga memiliki
kekurangan. Laki-laki itu kadang menjengkelkan dan penuh tuntutan, pemarah dan tidak sabar. Tapi ia mengimbanginya dengan antusiasmue, kecemerlangan, dan senyum sesekali yang mampu menyihir wanita dewasa.
Ursula mengamatinya sekarang, mencoba menganalisa daya tarik laki-laki tersebut.
Sheridan-Blackman tidak pernah mengharuskan pakaian resmi saat bekerja dan hari ini Rick mengenakan celana panjang yang membuat kakinya
tampak sangat jenjang. Rick memadankan celananya dengan kemeja leher terbuka yang tak dapat menyamarkan bahu bidangnya atau tubuh rampingnya yang menjadi impian setiap wanita.
Laki-laki itu menjulang setinggi seratus delapan puluh tanpa sepatu—semua orang tahu karena Rick sering melepas sepatunya setelah tiba di kantor! Rambutnya lebih terang dari hitam namun lebih gelap dari cokelat, berombak, tebal, dan biasanya dalam kondisi perlu dirapikan.
Ursula mendesah. Tidak mudah bekerja untuk seorang laki-laki yang lebih pantas menjadi bintang iklan jins!
Seraya memaksa diri berkonsentrasi pada hal lain. Ursul bangkit berdiri. “Kau mau kopi?” tanyanya pada Rick.
“Boleh.”
Ursula hampir sampai di pintu ketika menyadari bayangan biru-hitam di bawah mata Rick dan terpikir oleh gadis itu bahwa lelaki itu lebih membutuhkan tidur yang nyenyak. “Ya, Rick?”
“Bisakah aku minta dua aspirin bersama kopi itu?”
Rasanya Ursula bahkan bersedia menggiling kapur untuk membuat sendiri tablet yang diminta Rick saat lelaki itu menatapnya dengan mata besarnya yang gelap, seperti seekor anjing yang terlantar!
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments