“Tapi tawaran itu tak akan datang sendiri, kan? Kecuali jika aku yang aktif melamar pekerjaan. Aku seorang asisten pribadi dan aku sama sekali tak akan menjadi incaran perusahaan mana pun!”
“Sepertinya memang demikian,” jawab Rick tak acuh. “Apakah kau sedang banyak pekerjaan, Ursula?”
“Tidak juga.” Ia berusaha menjawab dengan santai tapi hal itu tidak mudah karena Rick telah menebar bibit keraguan dalam pikiran gadis itu. Entah bagaimana, dalam waktu setengah jam rasa puas diri Ursula beralih menjadi kecemasan. “Kalau sibuk, aku tak mungkin duduk dan mengobrol denganmu.”
“Jika begitu bisakah kau pergi ke toko dan membelikan aku beberapa buah jeruk?”
Ursula tak berpikir sedetik pun, sebab ia memang telah terbiasa menghadapi permintaan-permintaan aneh sekarang. “Berapa banyak?”
“Selusin.”
“Dan jeruk-jeruk itu, untuk dimakan atau di pandangi?”
“Untuk dipandangi. Aku perlu inspirasi! Ada ilan jus baru yang harus kukerjakan—dan Oliver sedang berusaha mendapatkannya. Jadi kita memerlukan slogan yang sempurna supaya orang-orang akan memadati supermarket untuk membeli Jerry’s Juice. Begitulah. Ada gagasan bagus?”
Ursula mengernyitkan alisnya penuh konsentrasi. Apa yang paling disukainya dari jus jeruk? “Semua orang selalu menekankan betapa manis rasanya…”
“Ya. Lalu?”
“Nah, mengapa tidak melakukan yang sebaliknya? Tekankan ketajaman rasanya?”
“Bagaimana?”
Ursula mengangkat bahu. “Oh, kemungkinannya tak
terbatas—menajamkan selera—semacam itulah. Kau pasti tahu! Kaulah yang bekerja sebagai copywriter, Rick!”
“Mmm, memang,” gumam Rick perlahan. “Tapi tampaknya kau juga bisa. Kau bekerja dalam yang salah, Ursula.”
“Tidak, aku bekerja dalam bidang yang tepat!” Ursula membuka kunci tempat uang tunai dan mengambil sehelai uang sepuluh dolar. “Hanya karena aku memiliki khayalan yang subur dan pikiran yang aktif bukan berarti aku ingin menjadi copywriter!”
Rick tertawa, “Jadi kau akan datang ke pesta Katy pada hari Sabtu?”
“Oh, aku tak mungkin melewatkannya,” dengan ringan Ursula berjanji.
# # #
Terdengar suara “klik” saat hubungan tersambung. “Halo?”
Ursula terdiam sejenak sebelum berkata, “Kaukah, Amber?”
“Tentu saja ini aku! Kau pasti masih ingat suaraku, kan! Aku adikmu!”
“Kau terdengar… aku tak tahu… aneh.”
Amber mendesah berat. “Hanya bosan Finn, lagi-lagi, sedang lembur. Bagaimana keadaanmu?”
“Mmm, baik.” Ursula ragu-ragu. “Rick mengundangku ke pesta pada hari Sabtu.”
“Astaga. Apa kata istrinya tentang hal itu?”
Dalam hati Ursula menghitung sampai sepuluh. Ia sangat mencintai adiknya tapi kadang kala, sejujurnya… “Aku tak tahu,” sahut Ursula tak acuh. “Tapi aku yakin Rick pasti sudah bicara dengan istrinya sebelum mengundangku. Kuharap kau tidak berprasangka buruk, Amber. Aku sama sekali
bukan seorang saingan, lagi pula… aku menyukai Jane.”
“Ya, tentu saja.”
Sudah saatnya, putus Ursula tegas, utuk mengakhiri praduga Amber yang salah mengenai pesta yang akan dihadirinya. “Aku benar-benar menyukai Jane,” tegas Ursula lagi, lebih merupakan kewajiban daripada kesungguhan. “Hanya sedikit yang kuketahui tentang dia. Dan, ini pesta ulang tahun Katy.”
“Oh.”
“Mengapa kau bilang ‘oh’ dengan nada seperti itu?”
“Oh, tak apa-apa. Aku hanya mengira ia mengajakmu ke acara glamor yang berkaitan dengan periklanan.”
“Ternyata kau salah. Asal tahu saja, aku tak pernah
menghadiri acara semacam itu.”
“Jadi kau diundang menghadiri pesta minum teh anak kecil?”
“Makan malam di awal petang, sebetulnya.”
“Wow!”
“Jangan jahat begitu, Amber.”
“Tidak. Aku hanya bersikap objektif. Dan melindungi.”
“Melindungi?”
“Tentu saja. Aku agak khawatir jika pesta… ini… adalah acara sosialmu yang paling hebat dalam sebulan.”
“Memang bukan.”
“Jadi apa lagi yang sudah kaulakukan bulan ini?”
Ursula merasa kecut ketika menjawab pertanyaan adiknya. “Aku ada acara makan dengan kelas Apresiasi Bahasa Perancis minggu lalu…”
“Apakah ada laki-laki di sana?”
“Banyak!” sahut Ursula riang, seraya mengenang penjaga pintu Hotel Grandchester yang duduk di sebelahnya dalam kelas itu. Pria itu berencana
mengunjungi Marseiles pada saat libur untuk menelusuri riwayat nenek moyangnya dan kerah baju pria itu langsung basah karena keringat sebelum ia bertanya apakah Ursula bersedia menemaninya dalam perjalanan tersebut! Dengan sopan Ursula menolak.
Lalu ada pemahat muda yang cukup menyenangkan. Ursula selalu membayari minuman pria itu jika kelas mereka mengunjungi pub, karena pria itu tak pernah punya uang. Memang ia baru berumur dua puluh tahun, tapi sangat ramah. Dan sangat menarik.
“Laki-laki yang berprospek?” sela Amber tajam.
“Hal itu sangat subjektif. Aku tak mungkin menjawabnya!” elak Ursula dengan licin.
“Nah, jika semuanya demikian lancar, mengapa kau meneleponku, Ursula?”
“Karena aku tidak tahu harus memakai baju apa!” seru Ursula.
Hening sesaat.
“Oh, aku tidak bermaksud meminjam pakaianmu!” ucap Ursula buru-buru sebelum adiknya merasa sungkan. “Aku tidak mau berusaha mengempeskan
diriku sendiri agar muat dalam rok mini Lycra-mu yang berukuran delapan.”
“Sekarang ukuranku sepuluh,” kata Amber, kemurungan dalam suaranya menyiratkan terjadinya bencana tingkat nasional.
“Oh, sungguh menyedihkan, Sayang!” goda Ursula, walaupun ia harus menelan kembali komentarnya yang pertama, bahwa ia akan merasa terbang ke
surga ketujuh jika tubuhnya bisa mendekati ukuran tersebut! Ursula kelebihan berat badan saat remaja dan tak pernah berhasil menghilangkannya. “Tapi kau tetap harus menolongku memutuskan apa yang kukenakan!”
Ursula bisa saja menanyakan pada Amber bagaimana jika ia harus membeli pakaian yang syarat utamanya adalah tidak membuat pantat tampak besar dan gemuk saat mengenakannya. Tapi tentu saja Ursula tak dapat menanyakannya. Jika pantat Ursula lebih besar dari yang diidamkannya, itu adalah kesalahan Ursula sendiri. Jika makan terlalu banyak, makan akan menjadi
gemuk. Sebab dan akibat. Sederhana. Kadang Ursula memang menyalahkan masa lalunya yang muram sehingga ia menjadi gemuk, tapi fakta yang sederhana itu terus bergaung di telinganya.
“Pakailah jins,” nasihat Amber ringkas. “Jins selalu berguna di sekitar anak-anak.”
“Jins? Jika aku memakai jins, mereka akan segera mencari pakaian safari masing-masing, sebab aku tampak seperti seekor kuda nil!”
“Aku tak mau menyebutkan daftar usulan pakaian jika kau akan menolak semuanya! Apa yang ingin kaupakai?”
Suara Ursula menjadi ragu dan malu-malu. “Menurutmu celana panjang dan blus krem yang kupilih atas saranmu tempo hari akan tampak bagus? Aku belum pernah memakainya.”
“Sempurna!” sahut Amber seketika. “Warnanya akan menonjolkan betapa gelap rambutmu dan semakin menegaskan rona di pipimu. Oh, dan sematkan
rambutmu ke arah pinggir dengan sirkam mutiara yang kuhadiahkan saat ulang tahunmu yang kedua puluh satu.”
“Baiklah.”
“Oh, dan Ursula?”
“Uh-huh?”
“Bersikaplah yang baik.”
Kata-kata Amber terngiang di telinga Ursula pada hari Sabtu petang, saat ia berdiri di seberang rumah Rick seraya berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengetuk pintu.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments