"Kakakmu bilang, pacarnya itu adalah orang yang baik dan bertanggung jawab, jadi dia tidak ingin kehilangannya. Itu saja sudah cukup, apalagi yang kita minta darinya?" Jawab ibunya.
"Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi, pokoknya aku akan pergi ke pernikahan kakak dan aku tidak akan mentransfer sedikitpun uang padanya. Aku sudah terlambat bekerja, Aku pergi dulu." Ucap Cahaya dengan mata yang berkaca-kaca.
Cahaya segera berlari meninggalkan ibunya itu, Cahaya tidak menghiraukan panggilan atau perkataan ibunya samasekali. Tekadnya sudah kuat kalau dia akan menyusul kakaknya di Amerika.
Sinar matahari terbenam memantulkan cahaya keemasan di gedung-gedung pencakar langit kota itu. Cahaya sedang berjalan melalui jalan yang ramai, terlihat seakan-akan dia adalah seorang pejalan kota biasa. Namun, di dalam hatinya, ada api yang berkobar. Dia selalu ingin tahu apa yang ada di balik pintu-pintu mewah itu, di balik dinding-dinding yang tinggi dan kokoh yang mengelilingi kehidupan para konglomerat.
Sepulangnya Cahaya dari tempat ia bekerja, ia langsung menemui ibunya.
"Ibu, aku menukar mata uang hari ini, Bukankah akan lebih baik jika salah satu dari kita ada disana? Aku telah membuat paspor, ini akan memakan waktu selama beberapa hari." Ucap Cahaya.
Ibunya, hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.
"Aku akan jadi orang yang sukses, tunggu aku kembali ibu." Ucap Cahaya dalam hatinya dengan mata yang berkaca-kaca.
Setelah itu, ia masuk kedalam kamarnya, disana ia mencurahkan semua tangisnya. Ia menangis dalam diam agar tak di dengar oleh ibunya yang sudah larut malam masih tetap bekerja itu, Karena kelebihan menangis Cahaya pun mengantuk dan akhirnya ia tertidur.
Setiap hari, Cahaya bangun dengan harapan baru dan mencoba untuk tetap optimis dan percaya bahwa mimpinya untuk mencapai kesuksesan melalui ilmu pengetahuan dan kerja keras akan menjadi kenyataan.
Tiga hari kemudian paspor Cahaya telah jadi, ia segera pergi dan mengambil paspor itu, lalu langsung memesan tiket pesawat ke Amerika.
Setelah penerbangan yang cukup lama, Cahaya akhirnya tiba di Amerika.
Ia sangat gugup karena kakaknya sekalipun tidak menjemputnya di bandara, Ia menarik nafas panjang dan menyemangati dirinya sendiri.
"Wah aku benar-benar ada di Amerika." Ucap Cahaya.
Sampailah Cahaya di rumah dimana kakaknya itu berada, ia mengetuk-ngetuk pintu rumah itu dan seorang pria bertanya dari dalam rumah itu.
"Siapa disana?"
"Kakak, ini aku Cahaya." Jawab Cahaya senang akhirnya bisa menemukan tempat tinggal kakaknya.
Pria itu membuka pintu dan membiarkan Cahaya masuk kedalam rumah itu. Cahaya sangat terkejut melihat rumah itu begitu sangat berantakan, terlihat botol-botol minuman keras ada dimana-mana.
"Hey, apakah kau suami kakakku?" tanya Cahaya.
"Suami? Tidak kau salah! Kami hanya hidup bersama saja, dan aku bukanlah suaminya." Jawabnya.
"Bukankah kau dan kakakku akan segera menikah?" tanya Cahaya.
"Menikah? Kenapa aku harus menikahi kakakmu?" Jawab pria itu cekikikan sambil minum minuman beralkohol.
"Dimana universitas kakakku itu?" tanya Cahaya pada pria bule itu.
"Universitas? Kakakmu tidak kuliah disini." Jawab pria bule itu.
Mengetahui kalau kakaknya telah menipunya dan keluarganya selama ini membuatnya sangat marah dan merasa tidak percaya dengan semuanya, selama ini mereka mengirim uang dan bekerja keras demi kakaknya, namun kenyataannya mereka semua telah tertipu.
"Dimana wanita jahat itu sekarang?!!" Teriak Cahaya.
...----------------...
Segera Cahaya pergi ke sebuah cafe sesuai dengan arahan pria bule itu, ia tiba di cafe itu dan berdiri di luar cafe. Ia melihat Kakaknya sedang bekerja di cafe itu, Cahaya memperhatikan kakaknya dari depan cafe itu dan tiba-tiba ia menjadi sangat marah melihat kakaknya yang membawahkan Coffee pada salah satu meja pelanggan di cafe dan di beri tips uang namun dengan cara yang tidak biasa. Para pelanggan itu menyelipkan uang itu di dalam pakaian kakaknya.
Dalam keadaan Emosi Cahaya berjalan dengan sangat terburu-buru untuk masuk ke dalam cafe dan melabrak kakaknya.
Saat itulah, sebuah kejadian tak terduga terjadi. Karena terburu-buru, Cahaya tidak sengaja menabrak seseorang pria yang sedang berjalan untuk masuk ke dalam cafe itu dan membuat buku-buku yang dia bawa terjatuh ke lantai.
"Maafkan saya." kata Cahaya dengan cepat dan membantu orang itu mengumpulkan bukunya.
Orang yang Cahaya tabrak ternyata adalah Michael, seorang pria muda yang sangat tampan, dengan jas yang mahal dan sepatu kulit yang mengkilap. Sejenak ia terkejut melihat seorang gadis yang dari negara sama dengannya ada di lingkungan itu.
Michael tersenyum lebar, "Ah, Its okay, don't worry."
Kemudian ia masuk ke dalam Cafe dan memesan pada salah satu pelayan di sana.
Saat salah seorang pelayan menghampiri Michael untuk menawarkan Coffee, Pelayan itu seketika terkejut melihat Cahaya yang telah berdiri di depan cafe dengan tatapan mata yang berkaca-kaca, segera pelayan itu pergi dan keluar dari cafe untuk menghampiri Cahaya.
Hal itu menarik perhatian Michael. Ia adalah pewaris dari salah satu konglomerat terbesar di negaranya.
"Cahaya, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa ada disini dan apa yang kau lakukan disini? Bagaimana dengan ibu?" tanya kakaknya.
"Bagaimana dengan ibu? Apa kau berhak menyebut itu sekarang?" Ucap Cahaya dengan mata berkaca-kaca.
"Kapan kau sampai? Harusnya kau menelfon dulu." Ucap kakaknya.
"Jika aku menelfon, kau akan menunjukkan sesuatu yang berbeda dari sekarang! Apa ini terlihat seperti perguruan tinggi bagimu?" Ucap Cahaya sambil menangis.
"Siapa yang beritahu kau, kalau kau bekerja disini." Tanya kakaknya.
"Siapa lagi? Tentu saja pacar bule kakak itu!" Jawab Cahaya kesal.
Terjadilah pertengkaran antara kakak dan adik itu di depan cafe. Michael yang berasal dari negara yang sama dengan mereka terus memperhatikan mereka.
"Kau datang jauh-jauh ke Amerika hanya demi untuk membayar biaya minum-minum pacar bule kakak itu, huh?" Teriak Cahaya pada kakaknya.
Cahaya melampiaskan semua kekesalannya pada kakaknya, dimana kakaknya telah menipu dirinya dan seluruh keluarga yang katanya sedang kuliah dan akan menikah dengan pria baik-baik, namun kenyataannya semua itu adalah bohong dan sandiwara kakaknya semata.
Tampa berpikir panjang, kakaknya merampas koper cahaya dan menggeledahnya.
"Apa kau membawah uang?" tanya kakaknya sambil mengeluarkan semua isi koper Cahaya.
"Kau benar-benar putus asa sekarang? Aku meninggalkan ibu demi bertemu denganmu, namun apa yang kau lakukan," Ucap Cahaya.
"Dimana uang itu, huh?" Teriak kakaknya.
"Berhenti! Aku bilang berhenti!" Teriak Cahaya mencoba menghentikan kakaknya yang menghamburkan barang-barangnya di koper.
"Kakak, kau satu-satunya harapanku." Kata Cahaya sambil menangis.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Nenie desu
Hai aq mampir kak sudah aq favoritkan
2024-06-01
0
Elisabeth Ratna Susanti
like and favorit ❤️ di sini 😍
2023-09-16
2
◌ᷟ⑅⃝ͩ● °°~°°Dita Feryza🌺
maaf baru kasi jejak thor, jgn lupa saling dukung ya thor🙏
2023-09-10
1