Cahaya baru saja keluar dari lingkungan sekolah SMA konglomerat Kings Jaya.
"Sebagai sebuah sekolah yang didominasi oleh para siswa dari keluarga konglomerat terkemuka, Sekolah Elite ini seharusnya menjadi tempat di mana kehidupan pelajar berjalan mulus. Semoga aku bisa lulus dari sekolah ini tanpa masalah, amin!" Gumam Cahaya sambil menatap gerbang sekolah tersebut.
Namun, kebenaran yang tersembunyi adalah bahwa di balik kilauan mewah sekolah itu, ada cerita yang gelap dan tidak terlihat oleh mata orang dewasa. Sejumlah siswa yang lemah atau berbeda status sosialnya akan menjadi sasaran bullying yang kejam. Mereka terjebak dalam lingkaran kekerasan dan intimidasi yang diselubungi oleh kekuatan dan pengaruh keluarga-keluarga konglomerat.
Cahaya mempunyai harapan besar di sekolah itu, namun ia juga segera menyadari bahwa kehidupannya di sekolah itu adalah mimpi buruk. Kini ia menjadi sasaran utama bullying karena status sosialnya yang berbeda.
Cahaya harus terus menjaga rahasianya agar tidak ditemukan oleh para pelaku bullying yang lebih kuat di sekolah konglomerat itu.
Cahaya kembali ke rumah tempat dimana ibunya bekerja dan dimana mereka juga tinggal, Cahaya mengatakan pada ibunya jika ia akan pergi ke rumah ayahnya di pinggiran kota karena ia merindukan ayahnya.
"Ibu, aku ingin pergi mengunjungi ayah, aku merindukannya." Kata Cahaya.
"Baik pergilah, besok pagi dan katakan pesanku padanya bahwa aku tidak bisa ikut bersamamu karena pekerjaanku tidak bisa ku tinggalkan untuk saat ini." Ucap ibunya.
" Iya ibu." Jawab Cahaya.
"Tidurlah." Ucap ibunya.
...----------------...
Keesokan harinya, Cahaya bangun pagi-pagi sekali dan Ia mengambil sepedanya dan pergi ke rumah kecil mereka di pinggiran kota, ia berencana untuk pergi mengunjungi ayahnya.
Rumah kecil yang ia tinggali bersama ayahnya sangat sederhana. Pintu dan jendela berlubang, dan lantainya penuh retakan. Meskipun kekurangan yang melingkupi keluarganya, Cahaya selalu menjaga semangat positif. Ia mencuci wajahnya dengan air dingin dan memakai pakaian lusuh yang sudah lama ia miliki di rumah itu.
Setelah memberi makan ayahnya, Cahaya pergi kesekolah, dan baru saja ia masuk kedalam lingkungan Sekolah, ia melihat murid-murid tengah berkumpul di ruang utama entah sedang membahas apa,Cahaya merasa sangat terganggu dengan mereka. Ia pun akhirnya mengambil jalan lain dan naik ke atap gedung sekolah.
"Ada apa dengan mereka semua? Mereka benar-benar menakutkan, mereka semua lebih menakutkan daripadanya ketika aku disisihkan." Kata Cahaya.
"Kau masih saja belum berhenti membuat keributan." Kata Joshua.
"Kakak Joshua, Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Cahaya.
"Kebiasaan yang sangat menakutkan! Tidak ada yang berubah disini sejak kau pergi, Apakah kau benar-benar berpacaran dengan Jackson?" Tanya Joshua.
"Ah itu... Sebenarnya..." Kata Cahaya.
"Oh begitu rupanya, jadi semua itu ternyata benar. Apakah aku benar-benar sudah terlambat? Dulu aku pertama kali melihatmu aku berpikir akan mengajakmu kencan." Kata Joshua.
"Haaaah...??!" Cahaya terkejut.
"Aku hanya bercanda, bagaimana jika kita berkencan diam-diam tampa diketahui oleh Jackson?" Kata Joshua.
"Maksudnya?" Tanya Cahaya.
"Sudahlah! Lupakan saja. Ayo turun." Kata Joshua.
Setelah mengatakan semua itu, Joshua pun pergi. Setelah ia pergi Cahaya juga ikut turun.
Beberapa waktu kemudian, bel tanda pulang sekolah berbunyi.
Cahaya segera bergegas keluar dari sekolah.
"Aku harus pergi bekerja. Aku hampir terlambat." Kata Cahaya.
Bekerja sebagai pelayan di kafe lokal. Pendapatannya di tempat itu hanya cukup untuk menyambung hidup sehari, ia bermimpi tentang kehidupan yang lebih baik dan Ia harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi dirinya dan membantu meringankan beban ayah dan ibunya.
"Setidaknya hari ini aku bisa memasak sesuatu untuk ayahku." Gumam Cahaya.
Meskipun lelah dan terkadang disia-siakan oleh pelanggan kasar, Cahaya tetap menjalani pekerjaannya itu dengan penuh tanggung jawab yang tinggi.
Sore harinya, Cahaya pulang ke rumah ayahnya yang sudah gelap. Ia menyiapkan makan malam sederhana untuk ayahnya dan mereka duduk di teras rumah. Mereka berbicara tentang harapan dan mimpi mereka, termasuk mimpi Cahaya untuk suatu hari akan menjadi orang sukses dan bisa membawah ayah dan ibunya meninggalkan lingkungan yang keras.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu di kediaman Jaya Group, Nyonya Jessica menelepon nyonya Gebby dan mengundang nyonya Gebby untuk datang ke rumahnya. Setelah 30 menit kemudian nyonya Gebby tiba di rumah nyonya Jessica.
"Aku minta maaf, karena kau meminta untuk bertemu denganmu." Ucap nyonya Jessica.
"Kau adalah orang yang sibuk. Aku tidak melakukan apa-apa, Namun ini sulit." Jawab nyonya Gebby.
"Ini adalah satu-satunya waktu bebas ku. Kenapa kau selalu berpakaian lebih baik? Akulah yang bekerja di industri fashion. Kau melahirkan Michael begitu terlambat. Bagaimana kau bisa menjaga tubuh seperti itu?" Tanya nyonya Jessica.
"Aku lahir dengan itu dan aku juga telah menghabiskan banyak waktu dan uang. Aku dengar, Rahel pergi ke Amerika. Ia pergi menemui tunangannya, dia sangat lucu." Kata nyonya Gebby.
"Alasanku, ingin menemui mu hari ini karena, aku yakin kau sudah dengar kalau aku akan menikah. Aku merasa kalau aku harus memberi tahu besanku sebelum itu." Ucap nyonya Jessica.
"Aku sudah mendengarnya. Dia presiden Febriyan dari hotel Zeus. Selamat!" Kata nyonya Gebby.
"Terima kasih." Jawab nyonya Jessica.
"Putra Febriyan, juga masuk ke sekolah kami." Ucap nyonya Gebby.
"Ya, Marthen. Aku ingin bertanya. Apakah sesuatu telah terjadi antara Michael dan Marthen? Rahel mengatakan, kalau mereka tidak berteman lagi." Tanya nyonya Jessica.
"Ah, mereka adalah sahabat sampai Michael pergi ke Amerika." Jawab nyonya Gebby.
Setelah bercerita dan membahas beberapa hal, nyonya Gebby berpamitan untuk pulang.
...----------------...
Setelah nyonya Gebby pergi, nyonya Jessica memanggil anaknya Rahel untuk pergi makan siang bersama Tuan Febriyan calon ayah tirinya dan Marthen calon kakak tirinya.
Terlihat, Rahel sepertinya menolak, namun iya tidak bisa menolak ajakan ibunya untuk pergi.
Mereka kemudian bertemu di salah satu restoran milik keluarga Marthen. Setelah semua pesanan sudah siap, mereka mulai makan dan membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan pernikahan.
"Uhm ini enak dan sangat sempurna. Benar-benar bagus membawah master Chef itu kesini." Ucap nyonya Jessica mencicipi makanan yang di sajikan.
"Ya, kau benar. Penjualan menjadi naik. Mantan koki sebelumnya juga baik. Tapi dia meninggalkan kami saat dia mendapatkan tawaran yang lebih bagus." Jawab tuan Febriyan.
"Pada akhirnya ini adalah sebuah kemenangan. Segala sesuatu terjadi untuk alasan yang terbaik." Kata nyonya Jessica.
"Begitulah. Kau bisa mengatakan itu, jika kau melihat hasilnya. Segala sesuatu yang lain hanyalah sebuah proses. Aku rasa keluarga kita berada dalam konteks yang sama." Jawab tuan Febriyan.
Saat kedua orang tua mereka membahas beberapa hal, terlihat Rahel dan Marthen tidak bersemangat dan merasa bosan.
"Tapi aku berpikir mereka berdua telah membuat kita kuat hari ini. Aku senang karena kalian berdua sudah saling mengenal. Ulang tahun Marthen lebih awal dari Rahel." Ucap nyonya Jessica sambil menatap Rahel dan Marthen.
"Perkenalkan dirimu dengan benar. Dia adalah adik tirimu." Pinta tuan Febriyan pada Marthen anaknya.
Marthen menarik nafas panjang dan menatap Rahel.
"Halo adik." Ucap Marthen.
Rahel tertawa kecil mendengarnya.
"Jaga Rahel, Kau harus menjaganya dengan baik sebagai kakaknya." Ucap nyonya Jessica pada Marthen.
"Tentu saja! Adikku adalah tipeku!" Ucap Marthen.
Seketika suasana menjadi tegang, lalu Marthen berdiri dan hendak pergi meninggalkan mereka.
"Duduk! Duduk kataku!!" Kata tuan Febriyan.
"Aku punya acara lain." Jawab Marthen.
Tuan Febriyan menarik tangan Marthen dan seketika wajah tampan Marthen di tampar oleh ayahnya.
"Duduk!" Ucap tuan Febriyan lagi.
"Sekarang aku benar-benar tidak bisa duduk lagi. Kau sudah mempermalukan aku di depan adikku. Selamat makan dengan keluargamu. Aku pergi." Ucap Marthen lalu meninggalkan ruangan itu.
"Maafkan aku karena perilaku buruknya. Aku akan meminta maaf untuk menggantikannya." Ucap tuan Febriyan pada Rahel.
"Tidak perlu. Aku ingin mendengar permintaan maaf langsung darinya." Ucap Rahel dan menyusul Marthen keluar.
"Rahel sama seperti dirimu!" Kata tuan Febriyan.
"Marthen juga sama seperti mantan istrimu." Jawab nyonya Jessica.
"Jangan pernah bicara tentang dia lagi." Kata tuan Febriyan.
"Apakah dia cantik?" Tanya nyonya Jessica.
"Inilah kenapa aku menyukai dirimu. Kau tau itu?" Kata tuan Febriyan menggoda nyonya Jessica.
"Ya, aku tahu." Jawab nyonya Jessica.
Sementara itu, Marthen bersiap hendak pergi. Rahel tiba-tiba memanggilnya.
"Hey brother! Kau terlihat seperti tipe yang layak dapat pukulan." Kata Rahel.
"Aku hanya memberi pesta yang menarik. Kenapa kau tidak makan saja disana? Jika kau disini hanya untuk menyuruh aku masuk lagi. Maaf aku tidak akan masuk ke tempat itu lagi." Kata Marthen kesal.
"Aku kesini untuk membiarkanmu pergi. Itulah satu-satunya cara untukku bisa meninggalkan tempat itu." Jawab Rahel.
"Jadi, bersenang-senanglah." Ucap Marthen.
"Kau tau kalau aku bertunangan dengan Michael, kan? Jika kita menjadi kakak dan adik, kau dan Michael akan menjadi saudara ipar." Kata Rahel.
"Lalu?" Tanya Marthen.
"Kau bukan satu-satunya orang yang membenci ini. Tapi kurasa kalian berdua akan membenci pernikahan ini melebihi aku. Aku mengatakan ini hanya untuk berjaga-jaga saja. Sekarang kau boleh pergi." Kata Rahel.
"Aku tidak pernah mengatakan kalau aku menentang pernikahan ini." Kata Marthen.
"Apa maksudmu?" Tanya Rahel.
"Apakah kau tidak tahu pernikahan apakah ini? Kau melakukannya sendiri." Ucap Marthen.
"Apa maksudmu? Katakan padaku." Ucap Rahel kesal.
"Pernikahan berarti, penggabungan dan penerimaan. Siapa yang akan memiliki saham mentari grup yang ibumu miliki? Jadi hentikan pernikahan ini jika kau bisa." Kata Marthen.
Rahel terdiam membisu tak mengatakan apapun. Sedangkan Marthen pergi meninggalkannya di depan restoran itu.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
like 👍
2023-12-04
0