Hari-hari Cahaya diisi dengan pekerjaan keras dan membantu ibunya dengan tugas-tugas rumah tangga.
Cahaya sedang bekerja paruh waktu di Cafe, kemudian temannya Dilan datang menemuinya dengan menjadi pelanggan di cafe itu. Melihat Dilan duduk di salah satu meja, segera ia pergi dan menghampirinya.
"Kau datang lagi? Apa yang membuatmu datang ke tempat ini?" tanya Cahaya.
"Aku datang karena kau ada disini, ngomong-ngomong aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Ucap Dilan.
"Apa itu? Katakan saja." Jawab Cahaya sambil duduk di depan Dilan.
"Jadi selama 3 Minggu di Amerika, kau tinggal di tempat pria itu?" tanya Dilan.
"Maksudmu Michael? Aku tidak punya pilihan lain saat itu dan aku tidak punya uang dan pasporku di tahan oleh polisi karena suatu masalah, kakakku pergi meninggalkan aku dan tidak ada seorangpun di tempat kakakku. Namanya pria itu adalah Michael, Apa kau tidak mengenalnya?" Ucap Cahaya.
"Aku hanya tahu namanya saja, tapi dia bukan pria baik-baik dan jangan dekat-dekat dengannya atau nanti kau terlibat dalam masalah besar." Ucap Dilan mengingatkan Cahaya.
"Apa kau tidak akan memesan sesuatu? Ini bukanlah tempat untuk nongkrong." Ucap Cahaya.
"Baiklah, bawakan aku segelas coklat panas dan roti." Ucap Dilan.
"Ya sudah, tunggu sebentar." Kata Cahaya.
Cahaya segera menyiapkan pesanan sahabatnya itu, setelah itu ia kembali duduk di meja dimana Dilan juga duduk.
"Hmm... Apa yang terjadi dengan kakakmu?" tanya Dilan.
"Aku tidak tau, dia melarikan diri, gadis jahat itu entah apa yang harus aku katakan pada ayah dan Ibuku nanti." Jawab Cahaya.
"Jangan khawatir dan tenang saja. Okey?" Ucap Dilan menyemangati Cahaya.
"Terima kasih." Ucap Cahaya meneteskan air matanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu di Amerika, terlihat Michael sangat tidak bersemangat, ia terus saja mengingat semua kenangan-kenangan saat ia bersama dengan Cahaya. Sesekali ia melihat akun Facebook Cahaya dan mencari tahu apa yang sedang Cahaya lakukan. Ia lalu melihat teman prianya mengunggah foto dan menandai Cahaya. Melihat foto Cahaya dan Dilan membuat hati Michael sedikit sakit.
"Terserah!" Ucap Michael dalam kekesalannya.
Demi menghindari rasa kesalnya, ia ingat bahwa Rahel tunangannya masih ada di Amerika, dan penerbangan Rahel ke Jepang sebentar lagi. Ia lalu pergi ke hotel dimana Rahel berada, Ia melihat Rahel sudah bersiap untuk kembali ke Jepang. Kemudian, Michael menelfon Rahel.
[Michael-ku menelfon....]
Melihat itu, Rahel tersenyum dan segera menjawab telfon dari Michael.
"Ada apa? Apa kau peduli padaku?" Ucap Rahel dengan suara memelas.
"Kau dimana?" Tanya Michael.
"Apa pedulimu? Aku sudah di Jepang." Ucap Rahel.
"Oh ya? Kalau begitu kembali ke Amerika." Ucap Michael.
Rahel menoleh dan melihat Michael sedang berdiri disampingnya. Ia kemudian mengatakan pada pengawalnya untuk menganti penerbangannya besok.
Kemudian Rahel dan Michael pergi jalan-jalan berkeliling di berbagai tempat, lalu Michael menemani Rahel untuk pergi berbelanja, mereka juga menghabiskan waktu bersama-sama selama seharian.
"Terima kasih untuk hari ini." Ucap Rahel.
"Tidak bisakah kau terlihat lebih tulus?" Kata Michael.
"Apa yang kau berikan padaku hari ini, bukankah pakaian atau perhiasan, tapi waktumu dan waktu yang kau habiskan untuk berbelanja denganku. Aku tahu kau benci berbelanja, tapi terima kasih untuk waktumu hari ini." Ucap Rahel.
"Kau tidak perlu mengucapkan terima kasih, aku suka berbelanja bersamamu karena jika kita melakukan hal lain, aku merasa seperti kita benar-benar sedang berkencan." Jawab Michael.
Mendengar jawaban dari Michael, hati Rahel seketika menciut.
"Apa dia sudah pergi?" tanya Rahel.
"Ya, Cahaya sudah pergi." Jawab Michael.
"Apa dia pergi sendiri atau kau mengusirnya?" Tanya Rahel.
"Semuanya terjadi sesuai dengan rencanamu." Jawab Michael.
"Sudah cukup! Tidak usah membahas tentang dia lagi." Ucap Rahel.
"Jangan salahkan aku, kau yang membahasnya lebih dulu." Jawab Michael.
Sementara mereka berdebat kecil-kecilan. Tiba-tiba handphone Rahel berdering.
[Marthen menelfon...]
"Halo..." Rahel menjawab panggilan telepon.
"Apa kau masih anak-anak? Kau tidak bisa datang sendiri, kan? Pastikan bahwa aku tidak perlu datang untuk menjemputmu. Apakah kau mengerti?" Kata Marthen kesal dan marah-marah.
Setelah mengatakan hal itu, Marthen mematikan teleponnya.
"Brengsek! Apa kau sudah tau? Marthen akan menjadi saudara tiriku. Ibuku dan ayahnya akan menikah." Kata Rahel pada Michael.
"Oh, aku sudah dengar. Bagaimana kabar Marthen?" Jawab Michael.
"Dia baik-baik saja dan dia melakukan semua hal yang dulu selalu kalian lakukan bersama." Ucap Rahel kesal.
"Rahel..!!!" Ucap Michael.
"Apa?" Jawab Rahel.
"Kita pertama kali bertemu saat kita berusia 8 tahun dan aku berpikir bahwa kau adalah seorang yang jenius karena umur 8 tahun, kau sudah bisa berbicara bahasa inggris dan Spanyol. Kemudian saat kau berusia 15 tahun, kau menyukai kakakku, kau bilang kau tidak menyukai aku." Ucap Michael.
"Jadi sebenarnya apa yang mau kau katakan, tak perlu berbelit-belit." Kata Rahel.
"Kau bilang, saat mereka berbicara soal pertunangan kita, dunia kita terlihat kecil. Berbicara tentang pertunangan kita, tidak ada kecocokan yang lebih baik." Ucap Michael.
"Lalu?" Tanya Rahel.
"Kau cantik dan dewasa, tapi kau tidak seperti itu sekarang. Jangan pernah lakukan itu lagi, terutama jika itu karena aku. Tidak ada alasan bagimu untuk mengacaukan dirimu sendiri karena aku. Kau bilang kau akan kembali ke Jepang besok. Aku akan menjemputmu besok di hotelmu. Aku pergi dulu." Kata Michael.
Setelah mengatakan itu, Michael pergi meninggalkan Rahel sendiri.
...----------------...
Keesokan harinya, Rahel telah bersiap untuk kembali ke Jepang, Michael datang seperti yang ia katakan dan menjemput Rahel di hotel kemudian mengantar Rahel ke bandara.
"Apa kau berencana untuk kembali ke Jepang?" Tanya Rahel.
"Aku selalu punya rencana untuk itu, tapi aku tidak punya keberanian untuk itu." Jawab Michael.
"Kau membutuhkan keberanian untuk kembali ke Jepang? Tapi kenapa?" Tanya Rahel.
"Iya. Keberanian, aku sangat membutuhkannya, Pergilah." Ucap Michael.
Rahel memeluk erat Michael sebelum ia pergi.
"Aku sangat membencimu." Ucap Rahel.
"Aku tahu itu." Jawab Michael.
Setelah itu Rahel pergi.
...----------------...
Sesampainya Rahel di Jepang, para pengawalnya telah menjemputnya di bandara. Rahel kemudian segera kembali kerumahnya dan saat ia tiba di rumahnya ia melihat nyonya Gebby sedang bersama dengan ibunya.
Melihat Rahel telah kembali, segera ibunya menghampiri Rahel.
"Rahel, kau sudah kembali? Dengarkan ibu baik-baik, aku tidak memberitahu orang-orang kalau kau pergi ke Amerika karena kau sangat merindukan Michael, tapi karena Michael yang memintamu untuk datang menemuinya." Ucap ibunya.
"Untuk apa dan kenapa ibu melakukan itu?" Tanya Rahel.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Nenie desu
semangat kak jangan lupa mampir di "Rasa yang terpendam"
2024-06-01
0
Elisabeth Ratna Susanti
top 👍
2023-10-23
1