Di rumah si kembar. Raffy dan Rafly adalah dua anak cowok yang hidup ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Mereka hidup di keluarga yang broken home. Saat mereka masih SMP, kedua orang tuanya bertengkar hebat dan memilih hidup dijalannya masing-masing.
Ibunya memilih hidup bersama kekasihnya di luar kota dan Ayahnya sibuk bekerja di luar negeri. Bersama keluarga pamannya yang berada di samping rumah, kebutuhan Raffy dan Rafly masih sering mendapat bantuan dari mereka.
Kini, Raffy menyambung hidup dengan membuka persewaan kostum cosplay dan Rafly open commision dengan menggambar karakter 2D. Uang yang mereka hasilnya bisa untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan sehari-hari, bahkan bisa memberikan lebih kepada keluarga pamannya.
Raffy sangat terbuka, dia sedang asik mengobrol bersama teman-teman komunitasnya untuk membicarakan tentang event, persewaan dan peluang kerja. Sedangkan, Rafly sangat tertutup. Dia lebih memilih sendiri di kamarnya untuk terus menggambar.
“Maaf ya Hawa, aku belum memenuhi keinginanmu” kata Rafly sambil menggambar.
“Kenapa Rafly? Aku sudah bosan dengan kondisiku sekarang. Ayo gambarkan sesuatu untukku!!” rengek Hawa berguling-guling di lantai kamar Rafly.
“Jika aku bisa, aku bisa langsung menggambarkannya sepuluh untukmu”
“Benarkah?” tanya Hawa senang langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Rafly. Membuat Rafly kaget dan berdebar-debar.
“Tapi, nyatanya gak bisa” cibir Rafly memalingkan mukanya.
“Ayolah, ayolah, ayolah!!” Rengek Hawa kembali berguling-guling di lantai.
“Hhfff..” Rafly jadi merasa sedikit kepayahan.
—
Di rumah Naru. Naomi sedang belajar berbicara bahasa indonesia bersama Dina. Naomi sangat asik diajak berbincang, membuat Dina semakin cerewet dan terus saja berbicara kepadanya.
“Btw, Kak Naru mana ya, kok belum pulang?” tanya Dina menyelidik.
“Dia mungkin masih di jalan, karna dia sekarang kan pake sepeda” balas Naomi.
“Iya juga sih kak, huff.. dasar Kak Naru. Ngapain juga harus pake sepeda kalo diantar pak Sopir itu lebih enak, kan Kak Naomi?”
“Hu um”
Dalam hati, Naomi berbicara. Dia tahu alasan kenapa Naru lebih memilih naik sepeda daripada naik mobil, karena Naru sendiri tidak mau satu mobil dengan dirinya. Dan juga, pasti Naru lebih ingin bersepeda bersama Nuha.
“Sangat sulit mengambil hati Naru” batinnya.
“Tapi, itu tidak sulit kalo aku bisa mengambil dunia milik Nuha. Rasa sayangnya Dina kepada Nuha, aku juga bisa mengambilnya. Hubungan sahabat Nuha, aku bisa menarik perhatian mereka. Paman dan bibi (Orang tua Naru) juga sangat dekat kepadaku. Bahkan, kakak Nuha sendiri mempercayaiku. Haha”
“Orang seperti Nuha, tidak pantas mendapatkan kesempurnaan hidup. Harusnya aku, aku yang berasal dari keluarga terpandang, harus bisa memiliki semua kebahagiaan itu. Bukan, Nuha!” batin Naomi semakin geram.
“Kak Naomi, kita keluar yuk beli jajan” ajak Dina.
“Wah, bener tuh. Ayuk” Naomi menyetujuinya dengan ramah.
Kembali lagi di rumah si kembar. Rafly masih fokus menggambar. Lalu, dia ingat sesuatu yang ingin dia sampaikan kepada Hawa, “Hawa” panggilnya.
“Hmm?” jawab Hawa yang masih rebahan.
“Tentang kamu menampakkan dirimu menjadi manusia waktu lalu itu, jangan kamu lakukan lagi ya” pinta Rafly menoleh ke arah Hawa berada.
“Kenapa?”
“Yaa..” sejenak Rafly memutar bola matanya ke atas. “Aku gak mau aja kamu kenapa-napa” lanjutnya sedikit sungkan.
“Kamu perhatian banget sama aku” cengir Hawa.
“Aku kan harus bertanggung jawab, Hawa. Aku yang telah mewujudkanmu, jadi aku harus benar-benar bisa menjagamu”
“Chupp” seketika Hawa mencium pipi Rafly dengan wujud manusianya. Lalu dia kembali menjadi bayangan. Perbuatan Hawa tersebut benar-benar mengejutkan Rafly sendiri.
“Ka- kamu tadi ngapain?!” tanya Rafly tidak percaya. Hawa pun langsung menghilang dari hadapannya. Rafly jadi menoleh kesana kemari untuk mencari-cari keberadaannya.
“Tidak bisa dipercaya. Aku bisa dia ci-”
“Umm..” Rafly terpejam sejenak merasakan keromantisannya.
—
Nuha dan Naru sudah sampai di rumah Nuha. Ibu menyambut kedatangan mereka berdua. Beliau mempersilahkan Naru masuk di ruang tamu, sedangkan Nuha berjalan menuju kamarnya di lantai dua.
“Kok repot-repot banget nganter Nuha pulang, Nak Naru?” tanya Ibu.
“Ndak bu, dak repot” balas Naru sungkan.
“Sebentar ya, ibu buatkan minum dulu”
“Iya”
Di tempat Naru yang sedang duduk di sofa ruang tamu, dia melihat kandang kucing yang dia belikan sebagai hadiah ulang tahun Nuha. Di dalamnya, ada Soya (kucing) yang sedang tertidur lelap.
“Kamu jadi semakin baik tinggal di rumah Nuha ya Soya” ucap Naru tersenyum.
Ibu masih sibuk di dapur, lalu Nuha datang menuruni tangga. Mendengar langkah kaki anak perempuannya itu, Ibu langsung memanggilnya, “Nuha”
“Iya Ibu?”
“Nih udah siap. Bawain tuh buat Naru kesayangan” pinta Ibu seraya memberikan satu nampan berisi dua jus jeruk dan camilan.
“Umm iya Ibu” balas Nuha ramah.
“uuh.. manis sekali” goda Ibu.
Nuha datang menghampiri Naru yang sangat tenang duduk di sofa. Naru mengarahkan pandangannya kepada si DOI dan Nuha jadi tersipu malu. Nuha meletakkan minuman untuk Naru dan camilan di meja. Setelah itu, dia akan kembali ke dapur untuk mengembalikan nampan.
“Nuha” panggil Naru.
Nuha pun menoleh. Naru memberikan senyuman tapi pipi Nuha malah semakin merah.
“Apa dia sakit lagi?” gumam Naru khawatir.
“Ibu, aku lapar” ucap Nuha kepada Ibu yang sedang memasak.
“Iya Ibu tau. Ajak Naru kesini buat makan bareng kalo gitu” pinta Ibu.
“Okkei” jawab Nuha ceria.
Nuha kembali berjalan menemui Naru. Dia duduk terpisah di sofa yang satunya lagi. Sejenak melenguh karena lelah dan lapar.
“Nuha.. anak gadis yang baik itu harus bantuin Ibu masak di dapur donk” kata Naru.
“Hehe, tapi aku lagi capek”
“Ya udah, aku aja ya yang bantuin Ibu kalo gitu” ucap Naru langsung beranjak. Seketika Nuha menangkap tangannya dan membalas, “Iya iya baik”
Nuha dan Naru menghampiri Ibu yang sedang memasak. Naru menawarkan bantuan dengan ramah dan berani, “Ibu, kita bantu masak ya”
“Eh?” Nuha dan Ibu jadi kaget.
“Apa yang bisa saya lakukan dengan ini?” tanya Naru melihat beberapa sayuran masih utuh di wadah, sedangkan Ibu sedang mempersiapkan bumbu-bumbu masakan.
“Mau modus yaa..” sindir Nuha terkekeh.
“Nuha. Gak boleh ngomong gitu” sanggah Ibu membela kebaikan Naru.
Naru pun jadi merasa tertusuk dengan sindiran dari Nuha. Tidak disangka, si DOI berkata seperti itu, “Gak papa, Ibu” balas Naru.
“Ya udah. Kamu bisa bantu ibu kupas dan memotong sayuran. Hati-hati ya saat menggunakan pisaunya” sahut Ibu.
Nuha duduk di meja makan. Naru pun juga duduk di sampingnya. Mereka berdua membantu Ibu menyiapkan sayurannya. Nuha terlihat tidak gesit melakukannya.
“Ketahuan kan kalo gak pernah bantuin Ibu masak?” sindir Naru tidak mau kalah.
“Eh? Uppss!!” Nuha langsung membungkam mulut Naru dengan kedua tangannya. Sangat malu jika Naru benar-benar tahu tentang semua sifat Nuha sendiri. Tapi Naru sendiri tidak mempermasalahkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments