PTLove 2B8

“Gadis itu sungguh ajaib. Bagaimana bisa dia punya jiwa imajinasi seperti ini”

Bayangan Nuha muncul di hadapan Rafly. Malam hari, Rafly sedang duduk di bangku meja belajarnya sambil membuka kembali buku sketsa milik Nuha. Sketsa yang telah dia sempurnakan akhirnya berhasil terwujud menjadi sosok bayangan yang Rafly sendiri bisa melihatnya.

“Aku seperti hidup di dunia fantasi. Bahkan gambarku saja tidak bisa terwujud seperti ini. Kalo aku menginginkannya, aku hanya bisa menghidupkannya di komputer, heh” ucap Rafly terkekeh sendiri.

“Siapa namamu?” Tanya Rafly.

“Aku Hawa” balas sosok Nuha yang tidak terlihat oleh siapapun itu.

“Hawa, pemilikmu sudah tau bahwa kamu sedang bersamaku. Apa kamu tau?”

“Tidak. Aku tidak mengerti dengan itu, yang aku tau kamulah yang berhasil mewujudkanku”

“Lalu, apa yang bisa kamu lakukan Hawa? Apa kamu punya sihir?”

“Kalo kamu bisa mengimajinasikanku aku bisa berubah apa saja”

“Gimana cara mengimajinasikanmu?”

“Gambar aja aku di sketsamu sesuai apapun yang kamu inginkan”

“Lalu, apa lagi?”

“Apa lagi? Umm.. aku bisa diajak ngobrol” balas Hawa ceria.

Rafly sejenak kaget, “Jika dia memang Nuha, seperti inikah apabila Nuha sedang tersenyum? Tapi, Nuha sendiri suka menutup diri” gumam Rafly termenung.

“Baiklah, aku akan menggambarmu lagi”

Rafly mencoba menggambar sosok Hawa lagi di lembar halaman lain. Dia menambahkan gambar sayap dan mengubah pakaiannya. Sekitar setengah jam, akhirnya gambar itu selesai. Tapi, apa yang terjadi? Gambar itu tidak bisa terwujud ditubuh Hawa. Dia sedikit tercengang.

“Ada apa?” Tanya Hawa.

“Tidak- tidak ada apa-apa” balas Rafly abai.

“Ternyata tidak bisa ya.. gak semudah yang diharapkan”

Sementara itu di rumah Nuha. Nuha bersama Ibu dan Kak Muha sedang makan malam bersama. Selesai makan, Muha membereskan meja makan dan Nuha membantu ibu mencuci piring.

“Pelajaranmu di sekolah gimana Nuha?” tanya Ibu.

“Sepertinya baik-baik saja Ibu” balas Nuha tersenyum.

“Sepertinya? Prediksi macam apa itu?” sanggah kak Muha.

“Ibu percaya kok sama kamu. Kamu selalu rajin belajar pasti akan mendapat nilai yang sangat bagus. Ibu yakin, kamu akan lulus sekolah nantinya”

“Iya donk Ibu. Aku akan berikan yang terbaik untuk Ibu”

“Tidak bisa dipercaya” sindir Kak Muha.

“Ya sudah, ibu tinggal ke depan dulu ya buat matiin lampu dan mengunci pintu”

“Iya”

Sebelum Nuha beranjak untuk kembali ke kamar, dia ingin mengambil sesuatu di dalam kulkas. Puding dan rujak buah yang dia beli saat pulang sekolah. Tapi, puding yang ada di dalam kulkas sudah tidak ada. Dia pun langsung bisa menangkap siapa pelakunya.

“Kakak!!” teriaknya.

“Nuha?! Kamu kesurupan ya? Kakak ada disini kamu teriak seperti singa”

“Puding aku, kakak yang makan kan?!”

Muha langsung terdiam dengan terkekeh tidak merasa bersalah, “Iya” jawabnya singkat.

“Kakak! Dasar pencuri! Aku gak mau ya kakak seenaknya ngutil makananku di dalam kulkas. Itukan punyaku, punyaku KAKAK!!”

“Pe- pencuri? Ngutil? Kasar sekali kamu Nuha sama kakak sendiri”

“Ganti!” gertak Nuha sambil mengulurkan telapak tangannya dengan sungguh-sungguh.

“Baiklah baik. Tapi kakak tegasin ya, kulkas ini untuk umum Nuha. Siapapun boleh mengambil apapun yang ada di dalamnya” ucapnya sambil terkekeh lalu, “lagi pula, kamu juga kebiasaan srupat sruput es yang kakak bawa, juga sering banget mengendap-endap cemal-cemil kayak kucing. kebiasaan siapa yang lebih buruk?”

“Kakak lah! Kakak langsung mengambil habis makananku, aku kan gak suka!”

“Tapi kakak biarin tuh kamu ngutil kayak kucing”

“Bedalah kakak! Beda ya beda-”

“Deg!”

“Ack!” Seketika Nuha seperti langsung terkena serangan jantung.

“Deg!”

Dia jatuh terduduk. Nafasnya menjadi berat dan dia terus mencengkeram tubuhnya dengan kuat. Keringatnya menetes dengan cepat. Apa yang terjadi, dia merasa nyawanya sedang direnggut oleh sesuatu.

“Nuha, ada apa?!” Tanya Kak Muha cemas.

“Kakak, ada apa?” tanya Ibu yang baru tahu.

“Muha akan bawa Nuha ke kamarnya dulu ya Ibu. Ibu tidak perlu khawatir, Ibu tunggu saja di sini” pinta Muha seraya mengangkat tubuh Nuha dan membawanya ke lantai dua.

“Kakak, ini sakit sekali. Jantungku sakit, aku tidak bisa bernafas” ucap Nuha terbata-bata dengan nafas yang berat.

“Apa yang sedang terjadi? Jika seperti ini, aku tidak bisa berbuat apa-apa” keluh Muha di dalam hati semakin khawatir.

“Hawa! Ingat aku. Jangan renggut aku dengan semudah itu” batin Nuha.

“Kamu sedang terlibat dengan siapa? Nuha, apa kamu masih menginginkan Hawa untuk kembali?” tanya Muha.

Nuha hanya bisa diam. Dia terus terengah-engah menahan rasa sakit itu.

Hawa yang bersama Rafly sedang menampakkan wujudnya seperti manusia. Dia tidak tahu konsekuensi apa yang harus diterima oleh dirinya yang satunya. Apabila dia menampakkan wujud seperti manusia, maka Nuha sendiri akan merasa kesakitan. Nyawa Nuha serasa ditarik karena keinginan Hawa untuk mewujudkan diri menjadi nyata seperti manusia.

Jika itu terjadi dengan waktu yang lama, Nuha akan benar-benar kehilangan nyawanya.

Tapi sekarang, Hawa malah mengobrol asik dengan Rafly.

“Ternyata, aku bisa juga ya menjabat tanganmu, Hawa” ucap Rafly.

“Habisnya, saat aku dalam wujud bayangan, aku tidak bisa menyentuh apapun. Jadi, supaya aku bisa menjabat tanganmu aku harus menjadi manusia” balas Hawa.

“Apakah itu tidak berbahaya?”

Hawa hanya mengangkat kedua bahunya saja. Dia pun bisa makan camilan milik Rafly. 

“Hawa. Hentikan perbuatanmu” pinta Nuha di dalam sugesti.

“Deg!”

Mata Hawa pun langsung bergetar. Dia pun ikut merasa kesakitan, “Pe- perasaan apa ini?” keluhnya sedikit berkunang-kunang.

“Hawa, kamu kenapa?”

“Sepertinya, wujud manusia sangat menyusahkan bagiku” balas Hawa yang membuat Rafly tidak mengerti.

“Aku, tidak tahan lagi” Hawa pun menghilang. Rafly pun tidak tahu Hawa menghilang kemana. Yang jelas, dia tetap bahagia bisa memiliki Hawa. Jiwa Nuha yang sedang dia sandera.

“Kuharap, Nuha tidak menganggapku orang jahat. Jika dia mau dekat denganku, aku akan mengembalikan Hawa kepadanya” ucap Rafly tersenyum.

Nuha akhirnya tertidur. Nafasnya sudah teratur dan detak jantungnya perlahan membaik. Kak Muha merasa lega. Dia menyeka keringat di dahi Nuha dan menyelimutinya dengan rapi.

Kecurigaannya pun muncul di benak hatinya. Untuk menyelidiki hal itu, dia berencana akan kembali lagi ke sekolah Nuha.

“Aku tidak bisa ambil diam. Besok, kakak akan memata-mataimu lagi Nuha. Jadi, jangan halangi kakak” ucap Muha serius dengan mata tajamnya.

Sangat disayangkan apabila Hawa tidak mengingat Nuha. Tapi, hati mereka tetap saling terikat satu sama lain. Perasaan mereka akan terus terhubung meski berada di jarak yang berbeda. Nuha sudah mengetahui dengan jelas dimana Hawa berada, sedangkan Hawa sendiri sedang tersesat dan tidak tahu menahu tentang siapa pemiliknya yang sebenarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!