PTLove 2B11

Hujan turun sangat deras. Malam hari di rumah Naru. Kediaman keluarga Hartono Rudi, seorang rektor sekaligus pemilik badan usaha percetakan buku dan digital printing.

"Benar-benar dingin. Apakah aku bisa bertahan di hawa sedingin ini" keluh Naru menatap langit dari pintu kaca balkon kamarnya.

"tok tok tok" suara pintu yang diketuk oleh Ibundanya. "Naru" panggil beliau.

Putra sulungnya itu pun membukakan pintu untuk sang Ibu. Mempersilakan masuk dan bertanya, "Ada apa Bunda?"

"Gimana kabar Nuha di sekolah, Naru?"

"Ka- kabar Nuha? Kenapa Bunda malah menanyakan kabar dia, daripada kabarku sendiri?" tanya Naru heran kemudian sedikit merendahkan suaranya.

"Kamu tidak perlu Bunda khawatirkan" canda Bunda.

"Dia.. Baik-baik saja. Hanya saja.."

Jawaban Naru sambil memalingkan wajahnya itu membuat Bunda sedikit menyelidik tapi beliau mencoba untuk percaya. Mereka berdua pun memandang langit bersama-sama.

"Bunda tau, kehadiran Naomi di sekolah pasti membuat Nuha tidak nyaman. Apalagi kamu, Naru. Tapi, jangan selalu mengabaikan Naomi, ya. Dia anak yang baik sebenarnya. Hanya karna dia punya rasa kepadamu, suasananya jadi canggung seperti ini"

"Maaf Bunda. Naru tidak bisa"

"Naru.."

"Lagipula, dia bisa berbaur sendiri kok dengan teman-temannya, juga sudah berteman dengan Nuha. Jadi, Naru gak perlu jagain dia"

"Nuha benar-benar anak yang baik ya"

"Tapi, aku sendiri malah khawatir" balas Naru di dalam hati. Gadis itu, selalu saja membuat Naru khawatir ^_^,, Nuha.. Nuha.. Segitu pentingnya kamu bagi Naru.

Sementara itu, di rumah Nuha. Nuha sedang belajar di kamarnya, kakaknya nyelonong boy langsung masuk ke kamarnya tanpa meminta izin.

"Nuha.."

"Wa! Ha- hantu!!!" sambut Nuha dengan kaget.

"Gimana nilai-nilai pelajaranmu?" tanya Muha sambil membuka buku-buku pelajaran Nuha yang sedang tertata rapi di rak meja.

"Kenapa?"

"Cukup pintar juga ternyata kamu. Tapi.." balas Muha karena melihat nilai-nilai Nuha yang semua berada di atas rata-rata tapi semuanya mengambang antara nilai 70 sampai dengan 80.

"Ha? Tapi? Tapi, apa?"

"Masih kurang pintar untuk bisa mendapat nilai sempurna" balas Muha sambil menutup buku dengan tegas.

"Aku gak butuh nilai sempurna, kakak" jawab Nuha enteng. Muha pun langsung merasa aneh.

"Kamu gak tau pepatah berkata, "gantungkan cita-citamu setinggi langit, Raih prestasimu setinggi langit?!"

"Kakak ini kenapa? Udah sana keluar, jangan gangguin aku belajar" sinis Nuha tidak peduli.

"Nuha, kalo kamu tau akan kemampuanmu, harusnya kamu bisa lebih meningkatkannya donk"

"Enggak mau kakak. Itu terlalu sulit. Aku gak bisa berfikir lebih dari standar rata-rata otak aku"

"Gubrak! Adik macam apa itu"

"Panggil Naru untuk mengajarimu belajar!"

"Weh? Kenapa?"

"Kakak ingin bukti, seberapa pintar kah bocah yang selalu kamu banggakan itu"

"KAKAK!!"

"Udah gitu aja" pungkas Muha. Lalu dia keluar dari kamar adiknya.

Di balik pintu, Muha tersenyum penuh rencana. Demi bisa dikenal oleh bu guru yang cantik itu, dia ingin menunjukkan bahwa Nuha adalah gadis yang pintar. Menunjukkan bahwa dia memiliki adik yang berprestasi dan membanggakan.

Pagi hari pun tiba. Keluarga Nuha sedang sarapan bersama. Sambil makan, Nuha ingin memperjelas perkataan kakaknya dan membuat keputusan, "Kakak, daripada meminta Naru untuk mengajariku, lebih baik kan aku belajar sama Sifa, Fani dan Asa"

"Duh, bijaknya adik kakak. Lebih memilih sahabat daripada pacar sendiri. Tapi!"

"Tapi apa kak?"

"Belajar dengan sahabat itu memang asik tapi bikin gak fokus. Nanti kalian akan banyak gosip, ghibah dan ngomongin orang"

"Kalo gitu, sama kakak aja" pinta Nuha.

"Kakak sibuk"

"Muha.." sela Ibu dengan lembut.

"Ibu, tolong berikan izin untuk Nuha supaya dia mau diajarin Naru belajar di rumah" pinta Muha.

"Kakak!" gertak Nuha.

Ibu menoleh ke arah Nuha dan Nuha dengan jelas memberikan penolakan. Lalu, Ibu menoleh ke arah Muha dan Muha dengan jelas mengangguk pasti.

"Kalo Naru sih ibu boleh saja" balas Ibu meski tidak yakin karena bingung siapa yang harus beliau bela.

"Huwaaaa!!" teriak Nuha tidak berdaya.

Nuha pun berangkat ke sekolah sambil mengayuh sepedanya, "gimana aku harus bilang sama Naru, hadeeeh" keluhnya dengan bingung dan malu-malu kucing.

Sesampainya di parkiran, Nuha mulai berjalan menuju gerbang sekolah. Seseorang memanggilnya dari belakang.

"Nuha" Sapa Rafly, yang mana ada Raffy di sampingnya.

"Ra- Rafly?" balas Nuha bingung sambil celingak-celinguk takut Naru melihatnya.

"Haha.. Nih" ucap Rafly sambil menyerahkan buku sketsa milik Nuha.

"Eh?" Meski sejenak kaget, akhirnya Nuha menerimanya dengan perasaan lega. Dia senang bukunya akhirnya dikembalikan.

Tapi, entah kenapa ada senyum palsu di balik benak Rafly sendiri. Dia masih menyembunyikan sesuatu.

"Satu lagi, Nuha" ucap Rafly.

"Satu lagi?"

"Nanti, jam pelajaran kedua temui aku di taman sekolah ya, ada yang ingin aku tunjukkan kepadamu"

"Jam pelajaran?"

"Iya, aku akan menunggumu di sana"

"Ta- tapi, gimana caranya aku keluar di jam pelajaran?" tanya Nuha bingung.

"Ya minta izin donk" pungkas Rafly seraya menyentuh kepala atas Nuha dengan lembut. Membuat Nuha benar-benar kaget kebingungan.

"Elo mau nyatain cinta ke Nuha?" tanya Raffy polos.

"Haha.. Ngawur.." balas Rafly seraya berjalan mendahului dengan penuh percaya diri.

"Deg"

"Nuha.. Ada apa lagi ini.." batin Nuha sejenak terpana melihat kepergian dua cowok kembar itu.

Saat Nuha berjalan menuju kelasnya, Naomi memanggilnya dari arah belakang, "Nuha".

Nuha pun berhenti dan menoleh.

"Selamat pagi, Nuha" sapa Naomi.

"Se- selamat pagi, Naomi" balas Nuha sungkan.

"Oya Nuha, nih aku bawain kue. Nanti dimakan sama temen-temenmu yaa.."

"Uwa! Kue? Hmm.. Sepertinya enak nih" puji Nuha langsung terpana melihat pemberian Naomi.

"Hihi.. Aku buat sendiri lho. Semoga suka" ucap Naomi tersenyum dengan yakin.

"Hu um, pasti" balas Nuha ramah.

"Kalo gitu, aku pamit ya.."

"Iya, terima kasih, Naomi"

Meski Nuha masih merasa asing dengan pertemanan Naomi, dia ingin berusaha untuk berfikiran positif.

"Oke Nuha. Lupakan tentang kecemburuan. Jangan menjadi beban hati. Berteman itu kan baik. Jadi, ayo gembira" sahut Nuha sendiri dengan perasaan senang memasuki kelasnya.

Naomi sendiri merasa lega sambil duduk di kursinya. Dilan yang duduk di depannya kembali ingin tahu.

"Selamat pagi, Naomi" sapa Dilan.

"Oh? Iya, selamat pagi, Dilan"

"Apa ada kabar baik kok senyum-senyum gitu?"

"Hihi, ada deh"

"Kheh, gitu ya.."

"Um?"

"Gadis yang sedang dimabuk cinta tapi cinta yang bertepuk sebelah tangan tetap akan menjadi cinta yang bertepuk sebelah tangan" sindir Dilan.

"Tau apa loe tentang gue?" tanya Naomi dengan serius dan tidak suka.

"Kamu akan menjadi korban seperti gue, Naomi" balas Dilan dengan mudah.

"Korban maksudmu? Ha? Elo aja yang gak tau"

"Glek!"

"Dilan, asal kamu tau ya. Kamulah yang hanya korban, sedangan aku, aku akan menjadi pemeran utamanya di sini" balas Naomi dengan yakin.

"Glek!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!