Jam pelajaran kedua pun dimulai. Nuha mengingat janjinya dengan Rafly untuk bertemu di taman sekolah. Dia tidak pernah berbohong atau mencari alasan yang tidak-tidak untuk izin keluar kelas, kecuali saat dia terserang panik dan langsung keluar kelas tanpa izin. Dia sedikit kebingungan.
"Aku harus izin apa?" gumamnya sambil kedua tangan menyangga dagu dan menatap kosong ke arah guru.
"Hm.."
"Kamu kenapa Nuha?" tanya Fani.
"Fani, alasan apa ya supaya aku bisa izin keluar kelas sekarang?" tanya Nuha.
"Eh? Apa? Hm.. mau ketemu Naru ya?"
"Deg!"
"Bukan dia sih" batin Nuha merasa bersalah.
"Bilang aja mau ke toilet, gitu" lanjut Fani.
"Ta- tapi, mulutku kayaknya gak kuat ngomong deh" balas Nuha, "aku tau aku bohong, jadi mulutku tidak bisa berkata" lanjutnya di dalam hati.
Guru pun mulai menyampaikan materi pembelajarannya. Seperempat jam berjalan dan Nuha masih belum bisa bertindak. Bertambah lagi lima belas menit, Nuha masih belum bisa mengambil keputusan.
Perasaannya risau. Keringat dingin dan perasaan cemas mulai menganggu pencernaannya. Akhirnya, dia benar-benar merasa tidak enak badan.
"Ck! Perutku jadi sakit" keluhnya.
"Nuha? Kamu gak papa?" tanya Fani.
Nuha mulai beranjak dari tempat duduknya dan berkata kepada Fani, "Fani, aku ke toilet dulu ya". Setelah itu dia berjalan maju ke depan kelas.
"Ada apa mbak?" tanya guru.
"Maaf bu, bisakah saya izin ke kamar kecil?"
"Oh, baiklah. Silahkan"
"Terima kasih" balas Nuha sedikit membungkuk menahan rasa sakit di perutnya.
Sampai di luar kelas, Nuha duduk sejenak di bangku panjang. Dia mengatur nafas untuk menenangkan perasaan cemasnya itu.
"Okei, tenang. Gakpapa telat. Yang penting aku sudah bisa keluar di jam pelajaran kedua" ucapnya untuk mulai berjalan menuju taman sekolah.
Sampai di taman sekolah, Nuha melihat Rafly sudah duduk di taman. Dia berjalan tenang untuk menghampirinya. Suasananya benar-benar sangat sepi.
Tanpa menyapa, Nuha sudah hadir di hadapan Rafly. Rafly tersenyum melihat kedatangan Nuha. Dia pun mengajaknya duduk bersama.
"Makasih ya Nuha, sudah mau datang" ucap Rafly.
"Kalo aku lama harusnya kamu gak perlu menungguku" balas Nuha dingin.
"Tapi akhirnya kamu datang juga kan, aku tau kamu pasti orang yang bisa menepati janji"
"Iyaa bukan gitu sih" balas Nuha merendahkan suaranya, membuat Rafly jadi kurang jelas mendengarnya.
"Oya, nih. Sesuatu yang ingin aku tunjukkan kepadamu" ucap Rafly seraya memberikan dua buku sketsanya.
Nuha menerimanya.
Di lorong kelas, terlihat Naru sedang berjalan keluar dari laboratorium MIPA. Sepertinya, dia ingin ke kamar kecil tapi langkahnya terhenti karena melihat ke arah taman. Di sana, terlihat Nuha sedang bersama Rafly.
Tanpa basa-basi Naru langsung melangkah untuk menghampirinya. Tapi, karena penasaran dia jadi sedikit mengendap-endap.
"Nuha, kenapa kamu bohong sama aku? Ekspresi apa yang harus aku tunjukkan kepadamu setelah aku melihatmu sedang bersama dengan dia?"
Nuha melihat-lihat hasil gambar milik Rafly. Meski tatapan wajahnya terlihat tenang, tapi batinnya menjerit. Dia benar-benar kagum melihat gambaran Rafly yang sangat luar biasa.
"Bagus sekali" ucap Nuha terpana.
"Hobi kita, ternyata sama ya Nuha" ucap Rafly.
"Eh?" Nuha menoleh.
"Aku gak tau kalo kamu ternyata punya bakat menggambar. Jika begitu, aku kan bisa bantu kamu ngembanginnya" lanjut Rafly.
"Ti- tidak perlu" tolak Nuha seketika dan kembali membalik halaman demi halaman buku sketsa milik Rafly.
Banyak karakter 2D yang telah Rafly gambar. Penuh dengan imajinasi. Karakter cowok dan karakter cewek. Mulai dari yang sederhana bergaya anak sekolah, casual sampai ke mode game atau fantasy. Mode pendekar dan penuh dengan senjata juga ada.
Nuha benar-benar terpana melihat hasil gambar tersebut. Bakat yang luar biasa, Nuha tidak henti-hentinya berdecak kagum.
"Di komunitas jepang aku, aku punya senior yang bisa bantu aku ngembangin hobi menggambarku ini. Jadi, yaa seperti itulah hasilnya. Kamu bisa melihatnya sendiri kan? Gambar itu, bisa dihargai lho"
"Dihargai? Wah, kamu hebat" balas Nuha. Saat dia mengangkat pandangannya, Naru memanggilnya.
"Nuha!"
"Naru?" balas Nuha hanya dengan wajah kaget. Tapi, Kemudian tersenyum dan berlari menghampirinya.
"Haruskah aku marah padanya?" batin Naru.
"Naru!" ucap Nuha sekali lagi dan langsung memeluk tubuh sang kekasih. Membuat Naru sangat kaget dengan reaksi tersebut.
"Aku tadi, lihat gambarannya Rafly. Bagus bangettt, tauu. Aku gak bisa berhenti senang karena merasa kagum" ucap Nuha memperlihatkan wajah senangnya kepada Naru.
Ekspresi bahagia itu, cukup membuat Naru terganggu. Tapi dia senang, karena Nuha memperlihatkan ekspresinya hanya kepada dirinya. Dia pun semakin erat memeluk sang kekasih.
"Ternyata, gue belum bisa mencuri perhatiannya" gumam Rafly di dalam hati. Tapi, dia tidak menyerah. Rafly akan membuat rencananya kembali.
Rafly berjalan dan sejenak berbisik di sisi kanan Naru, "Tunggu aksi gue selanjutnya ya"
"Ck!"
"Naru, aku senang kamu datang kemari. Aku sungguh senang kamu datang kemari" Nuha tidak henti-hentinya memperlihatkan rasa senangnya kepada Naru.
"Seneng banget ya?" tanya Naru.
"Hu um!" balas Nuha tegas.
"Karna Rafly?" sindir Naru sedikit memalingkan mata dan merendahkan suaranya.
"Apa?"
"Jika aku tidak kesini, mungkin kamu akan kegirangan sendiri bersama dia, kan?" lirih Naru.
"Kruesss!" seketika Nuha menggigit tengkuk leher Naru. Pandangan matanya menggelap dan dia jadi kecewa mendengar respon Naru tersebut. Meski begitu, Naru benar-benar terbelalak tak berkutik.
"Sa- sakit Nuha" ucapnya sedikit mendorong tubuh Nuha yang berjinjit itu.
"Naru jahat"
"Nuha, ma-"
"Jahat! Benar-benar jahat. Mmooo!!"
"Injek!" pungkas Nuha dengan menginjak keras kaki Naru. Dia pun beranjak pergi dengan perasaan penuh kesal. Pipinya menggembung dan matanya sangat tajam menusuk.
Dia pergi dan langsung acuh melihat kakaknya ternyata sudah berada di belakang mereka dengan jarak lima meter.
"Au, sakit sekali" keluh Naru menyentuh bekas gigitan Nuha. Gigitan Nuha tidak main-main hingga memberikan bekas luka dan darah.
"Elo bisa membuatnya marah juga ya bocah" sahut Muha datang mendekati Naru.
"Ka- kakak?!"
"Apa yang membuatnya marah sampe begitu?"
"Iya, itu.." Naru bingung memberikan alasannya.
"Ternyata benar, dia sedang terlibat dengan seseorang. Sepertinya ada rubah berbulu kucing"
"Yang benar serigala berbulu domba" tandas Naru memicingkan matanya.
"Gak perlu dibenarkan!" gertak Muha seraya mencengkeram erat kepala Naru dan melanjutkan, "beritahu gue siapa cowok itu"
"Dia.."
Di samping itu, Nuha sedang berada di kantin. Dia membeli dua gelas hanya penuh dengan es kristal. Sepuluh menit lagi jam istirahat berbunyi. Nuha tidak mempedulikannya.
Gadis itu, terus saja mengunyah es batu kristal tersebut, "krees kreeuss," "kreus kreuus"
"Kress kress.. Kreeus kreuss"
"Jahat. Sungguh jahat Naru bisa bilang kayak gitu. Kamu nyebelin, NARU NYEBELIN!! SANGAT NYEBELIN!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments