Andreea ikut menoleh saat mendengar suara pintu kamar Anshara di ketuk lalu tidak lama terbuka.
Anggara di depan sana sedang menatapnya, kemudian berjalan menghampiri.
“Apa belum selesai tugasnya?” Anggara ikut duduk di sofa , tepat di samping Andreea yang sedang mengerjakan tugas kuliah dengan laptop di depannya.
Andreea hanya mengangguk dengan menunduk. “Sedikit lagi.”
“Baiklah. Akan aku tunggu disini.” Anggara menyandarkan kepalanya.
Andreea reflek menoleh dengan mata mendelik. “Ini hanya tinggal sedikit lagi.”
Sekarang jelas terlihat wajah nya yang sembab dan hidungnya yang memerah karena banyak menangis.
“Tidak apa-apa. Lanjutkan.” Anggara membelai pelan rambut istrinya membuat Andreea berdegup kencang.
Jantung pengkhianat! Bisa-bisanya berdebar hanya dengan belaian di kepala.
Anshara memicingkan matanya. “Kak Gara pergilah, jangan mengacau!” Ia masih sangat kesal.
“Aku tidak akan bicara.” Pria itu seperti tidak tahu malu, tidak ada yang menginginkannya disini tapi tetap memaksa tinggal.
“A.. aku akan kembali ke kamarku. Kita lanjutkan besok saja.” Andreea bicara pada Anshara. Padahal tadi mereka sudah sepakat bahwa Andreea akan tidur disini malam ini.
Andreea lantas bangkit setelah membereskan beberapa buku dan laptop miliknya. Diikuti oleh Anggara yang terus saja menangkap tatapan mematikan adiknya.
"Berhenti membuatnya sedih! Atau aku akan meminta Ayah mengusir kakak dari rumah." gumam Anshara sedikit berbisik agar Andreea tidak mendengar.
Anggara memutar bola matanya malas. Tentang adiknya ia akan urus nanti. Anak itu benar-benar ingin di sentil.
"Kak Gara dengar tidak?" Anshara tidak puas hanya dengan lirikan mata kakaknya. Ia butuh jawaban pasti.
"Jika Ayah mengusirku , aku akan bawa Andreea bersamaku." Anggara mengalah , membiarkan Andreea lebih dulu kembali ke kamarnya , sedang ia meladeni sedikit kekesalan adiknya.
"Beraninya!"
"Tentu saja. Andreea istriku, dia harus ikut aku dimanapun aku tinggal." Sudah lama ia tidak menjahili adiknya. Tatapan kesal Anshara terlihat sangat menggemaskan.
"Tinggal saja dengan pacarmu! Dasar jahat!"
Anggara maju satu langkah, membuat Anshara beringsut mundur karena mungkin kakaknya itu akan marah.
"Aku tidak akan menyakiti Andreea , aku janji. Dia istriku, jangan khawatir."
"Cih. Tapi tadi kau--"
"Itu hanya salah paham. Kakak akan bicara pada Andreea." Anggara melunak , menyebut dirinya sendiri 'Kakak' artinya ia sedang bicara serius dan Anshara tidak boleh menyela.
**
Andreea masuk ke dalam walk in closet mengambil piyamanya setelah tadi meletakkan buku dan laptopnya di atas meja. Ia lantas masuk ke dalam kamar mandi, tidak peduli Anggara yang baru saja masuk terus menatapnya.
Di dalam kamar mandi, Andreea membuang nafasnya kasar. Ia memegang sendiri dadanya yang sejak tadi berdegup kencang. Bayangan Anggara yang bersikap lembut membelai kepalanya muncul lagi membuat Andreea tanpa sadar tersipu.
Tapi tidak lama ia kembali ingin menangis , matanya berkaca-kaca saat mengingat kejadian siang tadi dimana Anggara berpelukan dengan seorang wanita.
“Cih , apa menyenangkan mempermainkanku.” Andreea bergumam kesal sambil menghapus kasar air matanya.
"Ah , kenapa aku menangis lagi. Benar kata Shara, tidak usah peduli apapun yang dia lakukan. Biarkan saja dia punya pacar diluar sana, apa masalahnya." Andreea menatap wajahnya di cermin seolah sedang berbicara dengan wanita di dalam sana.
"Tapi dia suamiku , bermesraan dengan wanita lain bukankah tidak baik?" ia bicara lagi. Terus seperti itu, seolah ada dua sisi dirinya yang berlawanan dan saling unjuk kekuatan mana yang benar dan mana yang salah.
Setelah beberapa menit , Andreea mencuci wajahnya dan berganti pakaian. Mengambil nafas dalam-dalam sebelum keluar dari kamar mandi.
Andreea berjalan menuju ranjang. Ia akan langsung tidur saja, tidak ingin terus mengingat apa yang terjadi siang tadi.
Anggara masih disana, duduk tenang di sofa sambil terus menatapnya. Andreaa sadar itu, tapi ia tidak ingin bertanya. Kalau bisa, ia ingin menghindari pria itu selamanya, ia takut jika mulai bicara, Anggara akan membahas perceraian dan itu menyakitinya.
Andreea memekik kaget saat tangannya ditarik Anggara.
“Kak Gara bisa tidak, bersuara? Aku terkejut.” Ditatap sedekat ini dengan tangan Anggara yang masih terus memeganginya membuat Andreea melemah, rasanya ia ingin menangis lagi.
Anggara tidak menjawab. Ia membawa Andreaa ke sofa lalu menjatuhkan gadis itu di pangkuannya. Andreea memberontak pelan.
“Jangan bergerak.” Anggara malah memutar tubuh Andreea agar berbalik mengahadapnya dengan kedua kaki di kanan dan kiri.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Reni Anjarwani
doubel up thor bagus bgt ceritanya
2023-09-03
0