“Apa tidak ada cara lain selain menikah?” Tanya Anggara pelan.
Anggara dan Thomas sedang duduk di dalam ruang kerja Thomas setelah tadi mereka menyelesaikan makan malam.
“Kau punya pacar?” Thomas penasaran.
“Aku tidak punya waktu untuk menggoda para gadis.” Anggara mendecih.
Thomas tertawa. “Kau hanya perlu tersenyum, maka Ayah jamin banyak gadis mengantre untukmu.” Ia menatap serius Anggara. “Perbaiki sikapmu, Andreea bahkan takut kepadamu.” Thomas tertawa lagi.
Anggara memutar bola matanya malas. “Kenapa juga Ayah percaya pada Shara.”
“Andreea mengatakannya sendiri.” Thomas tertawa lagi mengingat Andreea minta waktu berpikir karena takut pada Anggara.
“Gara dengar ! Ayah dan Ibu bukan ingin memaksamu. Tapi Andreea adalah gadis yang baik. Keluarga kita mengenalnya sejak ia lahir ke dunia. Selama kau tidak punya pacar dan tidak ada gadis yang ingin kau jadikan kekasih, Ayah pikir tidak ada salahnya menikahi Andreea.” Thomas menarik nafas pelan. “Kau juga ada disana saat Paman Ardhan meminta kita menjaga Andreea.”
“Huh, aku merindukannya.” Tatapan Thomas menerawang.
"Apa Damar mengatakan sesuatu?" tiba-tiba Thomas teringat sore tadi saat Anggara pergi dari ruang makan untuk menerima telepon.
Anggara menggeleng. "Belum ada petunjuk lebih. Damar bilang sedang menyusun rencana baru dengan Doni."
Thomas hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia memang memerintahkan Doni --asisten pribadinya-- agar bekerjasama dengan Damar --asisten pribadi Anggara-- untuk mengungkap sesuatu.
"Ayah, apa aku bisa membuka brankas pribadi Paman Ardhan?" Anggara tiba-tiba menegakkan tubuhnya.
Thomas menghela napasnya kasar. "Tidak , kecuali kau telah secara resmi menikahi Andreea."
**
Setelah berbicara sebentar di ruang kerja, Thomas dan Anggara kembali ke ruang keluarga dimana semua orang sedang berkumpul. Tidak terkecuali Andreea.
Melihat Ayahnya menghampiri , Anshara lekas merengek sebuah mobil baru. Siang tadi, ia dan Andreea mendaftarkan diri di salah satu universitas swasta di Jakarta.
“Aku dan Reea sudah delapan belas tahun. Apa kata teman-teman kami nanti jika kemana-mana di ikuti oleh supir.” Rengeknya sambil bergelayut di lengan kanan Thomas.
“Sopir hanya mengantar, tidak mengikutimu kemana-mana.” Sahut Thomas malas.
“Apa bedanya!” Anshara bersungut-sungut.
Anita menggelengkan kepalanya pelan. Entah darimana sifat kekanakan Anshara berasal.
“Reea katakan sesuatu. Apa kau juga ingin mobil baru?” tanya Anita , menatap Andreea teduh.
Andreea mendongak. “Tidak Bibi, kami satu jurusan , aku bisa kemanapun bersama Shara.”
“Benar. Satu mobil saja cukup Bu.” Sahut Anshara dengan mata berbinar.
“Berarti tidak ada masalah lagi. Ayah tidak perlu mencari sopir tambahan untuk Andreea.” Thomas memasukkan sepotong pepaya kedalam mulutnya.
“Ayah ! Aku tidak mau dengan supir!” Anshara bersikeras.
Thomas mulai jengah. “Dengan supir atau Kak Gara, pilihlah!”
Andreea mendelik, mendadak gugup menatap Anggara di seberang sofa.
Sedang Anggara hanya fokus pada ponselnya.
“Ck. Itu bahkan lebih buruk.” Anshara menghentakkan kakinya sebal, sembari melirik Anggara yang terlihat tidak terusik.
Anggara beranjak. “Aku akan ke kamar lebih dulu.”
“Sebentar, Ayah bahkan belum mulai bicara.” Thomas menahan lengan putranya. Membuat Anggara menjatuhkan kembali bokongnya di atas sofa.
“Aku besok akan tes untuk SIM.” Anshara masih saja merengek.
“Diamlah Shara, Ayah meminta kalian berkumpul bukan untuk ini.” Thomas menyingkirkan tangan Anshara dari lengannya. Membuat Anshara mencebik dan menggeser duduknya sedikit menjauh.
“Karena Reea sudah setuju untuk menikah denganmu, sebaiknya tidak perlu lama-lama lagi.” Thomas menatap Anggara.
Andreea seketika terbatuk. Ucapan Thomas yang tiba-tiba, membuatnya gugup setengah mati. Andreea memukul-mukul dada perlahan untuk meredakan batuknya.
“Apa kau tersedak ludahmu sendiri? Kau tidak sedang makan apapun.” Anshara terkikik, ia tahu Andreea gugup karena tiba-tiba Thomas membahas pernikahan.
“Shara , berhenti menggodanya!” Thomas melarang Anshara menggoda, tapi dia sendiri tertawa pelan.
Anita juga sama, terkekeh sambil tangan kanan mengelus pelan punggung Andreea. “Lucu sekali calon menantuku.”
Membuat Andreea semakin terbatuk-batuk.
Diujung sana, Anggara mengulum senyumnya tipis. Sangat tipis hingga tidak ada yang menyadarinya.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments