“Ayah ! Ibu !” Anshara berteriak sambil berlari menuruni tangga.
Anita yang sedang membantu ART memasak pun menoleh.
“Jangan biasakan berteriak sambi berlari ! Kau ini anak gadis, kenapa tidak bisa anggun sedikit?”
Thomas yang sedang duduk di meja makan hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Anshara mendengus. “Ibu ayo kita bicara.” Anshara menarik kursi di meja makan , mengambil posisi berhadapan dengan Thomas dan Anggara.
“Ada apa?” tanya Anita tanpa menoleh, hanya sibuk memotong sayuran.
“Duduklah disini Bu.” Anshara bahkan menarik kursi di sampingnya.
“Bicara saja, Ibu mendengarkan.”
“Bu..” Anshara terus merengek.
“Jangan mengganggu Ibu! Apa kau tidak ingin segera makan malam?” Anggara menyahut kesal.
Anshara hanya mendecih, melempari kakaknya dengan tatapan permusuhan.
“Kak Gara masuklah ke kamar, nanti aku akan panggil jika makan malam sudah siap.” Titahnya ketus.
“Aku ingin bicara hal rahasia dengan Ayah dan Ibu!” teriaknya lagi karena Anggara tidak beranjak, hanya menatapnya kesal.
“Ayah tidak merasa memiliki rahasia denganmu.” Thomas menyahut cuek , membuat Anshara semakin kesal.
“Apa yang ingin kau bicarakan? Tentang pernikahan Kak Gara dengan Andreea?” Anita akhirnya duduk di samping Anshara.
Anshara tersentak, kaget. Dan seketika menoleh menatap kakaknya. “Kak Gara sudah tahu?” tanyanya karena Anggara tidak terlihat terkejut. Kakaknya itu hanya terus fokus pada ponsel di tangannya.
“Aku yang akan menikah kenapa juga aku tidak tahu.” jawab Anggara tanpa menoleh.
“Bu lihat ! Apa kau tega Andreea menikah dengan pria seperti itu?” Anshara semakin kesal. “Malang sekali nasib sahabatku.”
“Shara jaga bicaramu.” Thomas menginterupsi. “Memangnya kenapa dengan kak Gara? Dia tampan dan bisa diandalkan. Hanya sedikit tua tidak membuat Andreea jadi bernasib malang.”
Anita hampir menyemburkan tawanya. Sedang Anggara mendelik. Selama ini dia tidak pernah merasa tua, apa iya dia sudah tua?
Baru ingin melempar protes , ponsel di tangannya berdering. Ia menoleh sebentar kepada Thomas , dan seakan mengerti isyarat putranya , Thomas mengangguk lalu sedikit mengedikkan dagu sebagai tanda mengizinkan putranya menjauh untuk menjawab telepon.
“Aku ke kamar saja.” Anggara beranjak, malas sekali meladeni Anshara dan Ayahnya yang sedang berdebat.
“Lihatlah Bu, aku bahkan tidak bisa membedakan antara Kak Gara dan freezer tiga puluh liter.” Rengek Anshara yang masih terdengar oleh Anggara.
“Andreea bahkan takut padamu !!!” Anshara berteriak lebih kencang karena kakaknya itu semakin menjauh menuju anak tangga.
“Pelankan suaramu, jika Andreea mendengar ia akan merasa tidak nyaman.” Anita mencubit pelan pipi putri bungsunya.
Anshara terus saja merengek. Membayangkan Andreea akan menikah dengan kakaknya sudah pasti hidup gadis itu tidak akan mudah. Siapa juga yang mau menjadi istri dari freezer tiga puluh liter itu.
Thomas dan Anita hanya menggelengkan kepalanya, malas menanggapi atau memberi penjelasan apapun.
Sementara di lantai dua rumah, Andreea baru saja menutup pintu kamar Anshara saat dilihatnya Anggara berjalan ke arahnya. Kamar Anggara ada di ujung, harus lebih dulu melewati kamar Anshara lalu kamar Andreea sebelum sampai di kamarnya.
Melihat Anggara, Andreea mendadak gugup. Di mata Andreea, Anggara memang selalu dingin, tapi sejak Thomas dan Anita melamarnya entah kenapa Andreea tidak bisa bersikap seperti biasa.
“Kak Gara.. maaf aku sedang mencari Shara.” Ucapnya spontan saat Anggara semakin mendekat.
Anggara mengernyit.
Andreea semakin gugup, kenapa juga dia minta maaf. “Ah mungkin Shara ada dibawah, aku akan ke bawah.” Ucapnya lagi dan setengah berlari turun ke lantai bawah.
Jantungnya berdegup sangat kencang.
“Kenapa wajahmu?” Anshara mengernyit heran saat melihat Andreea yang datang ke meja makan dengan wajah panik dan nafas sedikit tersengal.
“Minumlah.” Anita menyodorkan segelas air putih.
“Terima kasih Bibi.” Andreea meneguk habis air putihnya.
“Ada apa?” tanya Thomas yang juga penasaran.
“Tidak paman.” Andreea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Kau berpapasan dengan Kak Gara diatas?” tebak Anshara dengan tepat.
Lagi-lagi Andreea menggaruk tengkuknya dan mengangguk pelan. Senyum canggung yang terlihat menggemaskan di mata Thomas dan Anita.
“Bu apa aku bilang? Dia takut pada Kak Gara. Tega sekali kalian akan menikahkan mereka.” Anshara semakin kesal.
Andreea mendelik. Menyenggol pelan lengan Anshara.
“Itu bukan takut, tapi malu-malu.” Anita terkikik geli lalu mengerlingkan matanya. Membuat Andreea semakin malu. Apalagi saat dilihat Thomas juga terkekeh.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments