Siang itu Andreea dan Anshara memilih untuk pergi ke mall. Membeli banyak buku dan perlengkapan kuliah hanyalah alasan, tujuan sebenarnya tentu saja baju sepatu dan tas baru.
Mereka keluar dari sebuah toko sepatu dengan tertawa riang. Menggenggam erat banyak paperbag di kedua tangan masing-masing. Sudah puas berbelanja, kini mereka menuju sebuah restoran untuk mengisi perut.
Tapi belum sampai di tujuan , Anshara menghentikan langkah.
“Kau tidak beli itu?” tunjuk Anshara pada sebuah butik yang memajang lingerie di manekin bagian depan.
Andreea bergidik. “Menggelikan.”
Keduanya terkikik hingga mengundang perhatian penjaga toko yang sedang berjaga di depan, memandang mereka dengan tatapan kesal. Menyadari itu Anshara segera menarik tangan Andreea pergi dari sana.
“Semalam kau bisa tidur?” Anshara membuka percakapan saat pelayan restoran beranjak setelah mencatat pesanan mereka. “Cih, padahal aku serius dengan ucapanku tidak akan mengunci pintu dan kau boleh kabur ke kamarku.” Lanjutnya lagi sebelum Andreea sempat menjawab.
Andreea tertawa. “Aku sangat lelah."
“Kak Gara tidak mengganggumu?”
“Tidak, dia tidur dengan tenang.”
“Saat tidur, pakai selimut yang tebal karena ada freezer tiga puluh liter di sampingmu.”
Keduanya tertawa.
“Malang sekali nasibmu, tapi untunglah kau memiliki aku sebagai adik ipar.” Anshara bertopang dagu diatas meja, menatap Andreea dengan tatapan iba.
“Benar juga, kau akan di pihakku kan jika kak Gara menyiksaku seperti suami-suami di televisi?”
“Tentu saja, aku akan meminta Ayah untuk mengusirnya dari rumah.”
Mereka terkekeh lagi. Melewati siang itu dengan banyak tawa, entah kenapa mereka berdua sangat bahagia. Mungkin karena akhirnya kini Andreea dan Anshara benar-benar jadi saudara.
Setelah berbelanja dan makan siang , Anshara dan Andreea pergi ke komplek pemakaman umum. Sebelumnya mereka sudah mampir ke toko bunga saat dalam perjalanan.
“Ibu, Ayah, maafkan aku kemarin tidak ikut bersama Ibu Anita dan Ayah Thomas kesini.” Ucap Andreea sesaat setelah meletakkan buket bunga di masing-masing makam kedua orang tuanya yang bersebelahan.
“Sekarang aku datang bersama Shara.”
“Ibu dan Ayah tenanglah disana.” Andreea menjeda ucapannya sejenak.
“Aku tidak sendiri , ada Ibu Anita dan Ayah Thomas yang menjagaku.” Suaranya mulai bergetar.
“Kak Gara dan Shara juga memperlakukanku dengan baik. Ibu dan Ayah tidak usah khawatir.”
“Aku sudah menikah kemarin Bu, dengan Kak Gara. Apa Ibu senang? Kak Gara laki-laki yang baik bukan?” Kali ini Andreea sudah tidak tahan lagi, ia terisak pelan.
“Bibi dan Paman tenang saja, aku akan ada di pihak Andreea jika kak Gara jahat padanya.” Anshara yang sejak tadi hanya diam kini mulai terisak juga.
Cukup lama mereka berdua disana menceritakan banyak hal, sesekali tertawa tapi lebih banyak terisak. Meski begitu Andreea yakin kedua orang tuanya bisa tenang karena putri mereka kini berada di dalam keluarga yang tepat.
Diam-diam Andreea menatap terharu pada Anshara yang tersenyum riang saat menyusun kelopak bunga di atas pusara ibunya. Matanya mulai berkaca-kaca rasanya ingin sekali memeluk sahabatnya itu dan berterima kasih, mengatakan bahwa ia tidak kesepian dan sangat bahagia memiliki sahabat sekaligus adik ipar seperti Anshara.
**
Sudah jam empat sore saat andreea dan Anshara tiba di rumah. Mereka berdua lekas naik ke atas untuk membersihkan diri. Setelahnya Andreea turun lebih dulu, menghampiri Anita di ruang tengah.
“Ibu.” Andreea memeluk Anita dan membenamkan kepalanya di dada wanita itu.
Anita tersenyum. Senang sekali karena Andreea mulai mengikis canggung kepadanya.
Ia membelai lembut kepala menantunya.
“Ibu, terima kasih karena membawa anggrek jingga kesukaan Ibuku.” Ucap Andreea setelah puas menghirup aroma tubuh Anita.
Anita mengernyit. “Anggrek jingga? Benar, itu kesukaan Miranda.” Tatapannya menerawang, ada rasa sedih yang tergambar disana meski Anita tersenyum tipis.
Andreea mengangguk lalu lagi-lagi berterima kasih. Sejak pagi Andreea sudah membayangkan akan membawa Anggrek Jingga ke pusara Ayah dan Ibunya. Tapi dua toko bunga yang ia datangi tidak memiliki satupun anggrek yang Andreea maksud. Lalu di toko bunga ke tiga, Anshara menyarankan membeli mawar merah saja karena lagi-lagi Anggrek jingga tidak ada disana.
Tapi saat mereka sampai di pemakaman, Andreea senang luar biasa karena ada Anggrek jingga di atas pusara Ayah dan Ibunya.
Ah pasti Ibu Anita yang bawa. Batinnya, mengingat sehari sebelumnya Anita dan Thomas datang sesaat sebelum pernikahan Andreea dengan Anggara digelar.
“Bukan Ibu.” Sela Anita sambil tetap membelai Andreea.
“Ibu juga hanya membawa mawar merah kemarin.” Ucapnya lagi membuat Andreea sedikit terkejut.
Jika bukan Anita lalu siapa lagi? Apa mungkin Paman Gilang atau Bibi Melani? Mereka tidak sedekat itu sampai tahu apa bunga kesukaan mendiang Ibunya.
“Mungkin Kak Gara, tadi pagi Kak Gara bilang akan mampir ke makam Ayah dan Ibumu sebelum pergi ke kantor.” Ucap Anita lagi.
Membuat Andreea mengerjapkan matanya gemas karena terkejut.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Reni Anjarwani
lanjut
2023-08-27
1