"Adik Gara? Cih.” Andreea bergumam sebal saat masuk ke dalam lift.
Tadi , ia putuskan hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Rachel dan segera pergi darisana. Tidak lama Anggara menyusul ke ruangan Thomas. Tidak ada yang bertanya kenapa Andreea dan Anggara tidak datang bersama, semua orang makan dengan tenang.
“Jangan keluyuran!” sahut Thomas saat Anshara pamit untuk pulang, dan gadis itu hanya memutar bola matanya malas.
“Ree, tidak ingin tinggal? Nanti pulanglah bersama Kak Gara.” Anita menyela saat Andreea ikut bangkit mengikuti Anshara.
“Apa pekerjaanmu banyak?” kali ini Anita beralih menatap Anggara.
Pria itu menggeleng sebagai isyarat ia tidak keberatan jika Andreea ingin tinggal.
“Tidak Bu, aku akan pulang saja bersama Shara.” Andreea meraih totebag miliknya.
“Kenapa? Kau sakit?” Anita bangkit meraba kening menantunya. “Makanmu sedikit sekali tadi, kau baik-baik saja?” lanjutnya lagi.
“Aku hanya lelah.” Kali ini Andreea menunduk, tidak berani menatap siapapun, matanya mulai berkaca-kaca.
Entah kenapa Andreea merasa cemas. Bagaimana jika wanita yang bersama Anggara tadi adalah kekasihnya. Bagaimana jika Anggara suatu saat meninggalkannya. Andreea tidak akan sanggup meninggalkan keluarga ini. Ayah, Ibu dan Shara. Hanya mereka yang ia punya.
Anita pun mengizinkan Andreea pulang bersama Anshara. Sedang ia sendiri akan mampir ke butik milik temannya.
**
“Apa? Siapa wanita itu?” Anshara berteriak marah. Baru saja Andreea menceritakan tentang Anggara yang sedang berpelukan dengan seorang wanita di kantornya.
Andreea menggeleng pelan. Dia terus terisak tanpa tahu kenapa, rasanya hatinya sakit sekali.
“Jangan katakan apapun pada yang lain. Aku tidak ingin Kak Gara marah.” Ucapnya disela tangisnya.
“Akan aku adukan pada Ayah!” Anshara masih memekik kasar.
Pantas saja selama perjalanan tadi Andreea hanya diam, menatap malas ke luar jendela seperti sedang bersedih. Begitu sampai dirumah gadis itu tidak dapat lagi menahan tangisnya.
“Tidak, kumohon.” Andreea memelas.
“Jangan menangis! Ayah dan Ibu pasti ada di pihakmu.”
“Bagaimana jika Kak Gara ingin menikahi wanita itu dan menceraikanku?” Andreea terisak lagi.
“Bercerai saja. Apa masalahnya? Jangan bersama pria jahat.”
Entah Anshara sadar atau tidak, yang ia sebut jahat itu adalah kakak kandungnya.
Andreea menggeleng. “Aku tidak mau. Aku hanya punya kau , Ayah dan Ibu.” Isaknya semakin kencang.
Anshara mulai melunak. Ia kesampingkan dulu amarahnya meski sejak tadi rasanya ingin menelpon Ayah atau Ibunya.
“Kau bersedih karena takut tidak bisa tinggal disini lagi?” Anshara membelai kepala Andreea dan gadis itu mengangguk.
“Bagaimana jika Ayah dan Ibu tetap memintamu untuk tinggal disini meski bercerai? Biarkan saja Kak Gara menikah dengan perempuan lain.”
Andreea semakin menangis kencang. “Sepertinya aku akan tetap sedih.” Tangisnya semakin tidak tertahan lagi.
Anshara melongo. Sepertinya sahabatnya telah jatuh cinta pada kakaknya yang brengsek itu.
**
Setelah Ibu, Anshara , dan Andreea pulang, Anggara memilih tinggal sebentar di ruangan Thomas. Ada hal yang harus mereka diskusikan.
"Kau menemukan sesuatu?" Thomas menatap putranya. Mereka kini duduk berhadapan, Thomas di sofa single , dan Anggara di sofa panjang sebelah kanan.
Anggara menggeleng, lalu menghela napas lelah. "Sepertinya tidak akan mudah. Wanita itu benar-benar, memang siapa yang ia pikir bisa di bodohi. Apa tidak bisa kita mengancam saja? Aku tidak cukup sabar."
Thomas berdecak. "Tidak. Perlahan saja , atau kita tidak akan mendapat apapun."
"Ayah tahu dia adalah mantan kekasihku. Terlalu sering berdekatan dengannya membuatku tidak nyaman." Anggara mulai mengeluh. Ia tidak berbohong, berdekatan dengan Rachel memang tidak nyaman , apalagi saat wanita itu memeluknya tadi.
"Jangan menemuinya terlalu sering. Biarkan dia yang kembali mengejarmu!"
"Ayah!"
"Bersabarlah , kendalikan dirimu! Perkara Rachel dan Darmawan bukan satu-satunya , kita masih harus memikirkan cara agar Andreea tidak semakin terluka."
Anggara menghela napasnya, yang dikatakan Thomas adalah benar. Jika mereka gegabah , entah apa lagi yang akan terjadi pada Andreea.
Mengingat Andreea , Anggara tersenyum tipis. Ah istrinya tadi terlihat sangat cantik, ia merindukannya.
"Kenapa tersenyum?" Mata Thomas benar-benar jeli , padahal Anggara hanya tersenyum sangat tipis tadi.
"Ehm. Tidak."
"Apa kau ingin pulang saja menyusul istrimu? Ayah masih sanggup jika harus mengurus pekerjaanmu." Thomas menahan tawanya melihat ekspresi sebal Anggara.
Anggara hanya memutar bola matanya malas , lalu beranjak dari duduknya. "Aku kembali ke ruanganku."
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments