Hari berlalu hingga tidak terasa sudah seminggu Anshara dan Andreea menjadi mahasiswi. Seperti remaja lainnya yang selalu pergi ke kampus dengan riang, lalu pulangnya jalan-jalan menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan.
Andreea dan Anshara pun begitu. Setiap hari hidup mereka berputar di kampus dan mall, bersenang-senang menghamburkan uang dari Anggara.
“Tidak apa-apa Yah, ada andreea disisiku.” Begitulah jawab Anshara saat Ayahnya mengatakan uang jajan yang diberi harus cukup untuk satu bulan.
Belakangan Thomas tahu kedua anak gadisnya itu menghambur-hamburkan uang yang Anggara beri pada Andreea.
Thomas dan Anita tidak bisa melarang, hanya selalu memberi nasihat untuk belajar mengatur keuangan.
“Setelah ini kita kemana?” Andreea dan Anshara berjalan beriringan setelah mata kuliah mereka selesai.
“Ke kantor Ayah, Ibu ingin kita makan siang bersama.” Anshara mendengus. Sejujurnya ia malas sekali, mungkin sudah sekitar enam tahun dia tidak pernah lagi masuk ke kantor Ayahnya.
Keduanya mengatakan pada supir supaya langsung ke gedung SG karena orangtua mereka menunggu. Lagipula ini sudah hampir jam makan siang.
Di sudut halaman parkir ada tiga remaja menatap mereka sebal.
“Andreea selalu mengikuti Anshara kemanapun, dasar tidak tahu malu.” Siska, salah satu mahasiswi baru bergumam.
“Saat SMA dia pakai beasiswa, sekarang dia menjilat anak majikan ibunya. Menjijikkan.” Giselle menyahuti dan bergegas mengajak Siska dan Imel pergi darisana.
Sesampainya di gedung SG Andreea dan Anshara langsung diantar menuju ruangan Thomas di lantai tiga belas, lantai paling atas.
“Kalian datang? bagaimana kuliah hari ini?” Sambut Anita yang sedang menata banyak makanan di sebuah meja panjang.
Ada sofa yang mengelilingi, cukup untuk lima sampai enam orang.
Sedang Thomas duduk di kursinya , masih sibuk membahas pekerjaan dengan asisten pribadinya, Doni.
“Baik.” Anshara menjatuhkan bokongnya di salah satu sofa.
“Kenapa makan disini Bu? Ayah pasti sibuk.” Anak itu mulai memprotes.
Anita memutar bola matanya malas. “Sudah lama kita tidak makan siang bersama.”
Thomas menghampiri anak-anak dan istrinya saat Doni pamit keluar.
“Sudah lama tidak makan siang masakan Ibu. Benar kan Reea?” Thomas menatap menantunya lembut, yang hanya menjawab dengan anggukan.
“Panggil Kak Gara di ruangannya, kita makan bersama.” Titah Anita sambil menyentuh pelan lengan Andreea.
“Kapan kak Gara kembali?” Anshara menyela.
“Tadi pagi dan langsung bekerja, makanya Ibu membawa makan siang ke kantor.” Thomas yang menjawab.
“Tapi Bu aku tidak tahu dimana ruangannya.” Jawab Andreea gugup berharap Ayah atau Ibu menyuruh orang lain saja.
“Turun saja ke lantai dua belas. Disana hanya ada ruangan Kak Gara, ada sekertaris dan asisten pribadinya di luar ruangan. Kau tidak akan tersesat.” Anshara menjelaskan tanpa menatap kakak iparnya, ia sibuk rebahan sambil memainkan ponselnya.
Terpaksa Andreea menuruti perintah ibu mertuanya. Apalagi saat tadi Thomas coba menghubungi ponsel Anggara, pria itu tidak menjawab.
Andreea turun satu lantai, dan saat keluar dari lift benar saja hanya ada satu ruangan tertutup seperti ruangan Ayah Thomas tadi.
“Apa kak Gara ada di dalam?” tanya Andreea pada wanita yang sedang duduk di mejanya, tepat di depan ruangan Anggara.
Raisa mendelik, menyadari yang ada di hadapannya adalah istri sang tuan.
“Ada Nona, maaf maksud saya Nyonya.” Raisa gugup setengah mati membuat Andreea juga tidak nyaman. “Tapi Tuan sedang ada tamu.” Ucapnya lagi.
Wanita itu terpesona. Ternyata Andreea sangat cantik jika sedang mode mahasiswi seperti ini. Sebelumya ia hanya melihat Andreea sekali, saat resepsi pernikahan Tuannya.
“Maaf kak,apa lama? Ayah dan Ibu menunggu untuk makan siang.”
Dipanggil Kak, Raisa semakin canggung. Bagaimana ini , di dalam ada Rachel yang ia tahu adalah mantan kekasih Anggara setahun yang lalu. Wanita itu mengumpat dalam hati karena di saat seperti ini Damar entah ada dimana.
“Eh, mungkin sebentar lagi Nyonya.” Jawab Raisa gugup.
Baru saja ia akan memprotes panggilan Nyonya yang diucapkan raisa, pintu ruangan Anggara terbuka, membuat Andreea dan Raisa menoleh bersamaan.
Anggara mematung, saking terkejutnya melihat Andreea ia bahkan tidak sadar jika Rachel masih terus memeluk lengannya mesra.
“Ehm , kak.” Andreea buka suara lebih dulu. “Di tunggu Ayah dan Ibu di atas.”
Setelah melihat Anggara mengangguk, Andreea berbalik hendak melangkah pergi. Namun terhenti saat Rachel menyapanya.
“Oh hai, apa kau adik Gara yang sekolah di luar negeri? Kapan kembali?”
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Reni Anjarwani
lanjut thor
2023-08-31
0