“Kenapa wajahmu?” cecar Anshara saat melihat Andreea masuk ke dalam kamarnya dengan wajah tertekuk.
“Apa Ayah dan Ibu memarahimu?” Anshara mendekat. “Kau melakukan kesalahan?”
Tiba-tiba saja Andreea dipanggil ke ruang kerja Ayahnya saat tadi mereka baru selesai sarapan , tentu saja Anshara curiga, terlebih ibunya mengatakan kalau dia tidak diijinkan ikut ke dalam.
Andreea menggeleng pelan. Merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
“Paman dan Bibi memintaku menikah.”
“Kenapa?” Anshara menjerit kaget. “Apa kau melakukan kesalahan? Mereka tidak ingin lagi menampungmu?” cecarnya membabi buta , lalu mengambil posisi duduk di sisi kanan Andreea.
Andreea hanya menggeleng. Ia juga sama terkejutnya, masih butuh waktu untuk bisa memahami semua ini. Tiba-tiba saja orang tuanya meninggal, tiba-tiba saja ia harus tinggal dengan keluarga sahabatnya, tiba-tiba saja ia memikul tanggung jawab perusahaan Ayahnya. Dan karena tanggung jawab itulah, kini Anita dan Thomas memintanya menikah.
“Haiiiss apa Ayah dan Ibu mabuk? Tenang saja, aku akan bicara pada mereka. Kita bahkan belum pernah ke club malam, apa bagusnya menikah.” Anshara menggerutu. Langkahnya cepat menuju pintu keluar kamar.
“Diamlah! Kenapa pula kau marah-marah?” Andreea menoleh pada sahabatnya.
Anshara berbalik. “Kau tidak marah?”
“Memangnya kenapa aku harus marah?” tanyanya malas.
“Kau gila. Ibu dan Ayah menyuruhmu menikah dan kau tidak marah? Hei kita belum coba ke club malam!” Anshara berteriak frustasi.
“Keluarkan club malam dari otakmu!”Andreea lebih frustasi lagi. Dia mulai memukuli Anshara dengan bantal.
“HEI!!!” Anshara berteriak. Menyingkirkan bantal dari wajahnya. “Baiklah, menikah saja sana! Semoga kau mendapat Ibu mertua dan saudara ipar yang paling menyebalkan di dunia!!!” Dia mendengus kesal dan berbalik hendak meninggalkan Andreea.
“Aku tidak masalah dengan Ibu mertuaku.” Sahut Andreea cepat membuat Anshara menghentikan langkahnya.
“Cih. Seperti kau sudah mengenalnya saja.” Anshara berbalik lagi hendak keluar. Gadis itu menghentakkan kakinya. Entah bagian mana yang membuatnya begitu kesal. Karena orang tuanya meminta Andreea menikah? Apa artinya mereka mulai keberatan Andreea tinggal di rumah ini? Atau karena Andreea terlihat tidak marah? Apa Andreea juga berniat keluar dari sini?
“Aku hanya tidak yakin apa tidak masalah memilikimu sebagai adik ipar?” sahut Andreea lagi, sebelum Anshara benar-benar melewati pintu keluar.
Anshara mendelik. “Aku? Adik iparmu?” Dia melompat ke atas ranjang.
“Katakan! Apa Ayah dan Ibu memintamu menikah dengan Kak Gara?” cecarnya ingin tahu. Siapa lagi, dia hanya dua bersaudara. Anshara dan Anggara.
Andreea mengangguk. Lalu mendesah pelan.
“Hei itu sangat bagus, kita akan benar-benar menjadi saudara.” Anshara menjeda sejenak kalimatnya. “Haiss artinya aku tidak bisa memilih menjadi kakak padahal aku yang lahir lebih dulu beberapa bulan.” Tatapnya sebal.
Andreea memutar bola matanya malas. “Apa itu penting sekarang?”
“Jadi kapan kalian akan menikah? Aku tidak masalah menjadi adik.” Anshara bertanya dengan mata yang berbinar.
“Tidak tahu, aku meminta sedikit waktu untuk memikirkannya.” Jawabnya lesu.
“KENAPAAA???” Anshara berteriak lagi. “Bukankah bagus jika kau menikah dengan kak Gara? Kita akan… tunggu, apa itu malah tidak bagus? Haiish dia pasti akan semakin mengawasi kita.” Anshaara menendangkan kedua kakinya ke udara.
“Tamatlah riwayat kita. Seumur hidup tidak akan pernah tahu apa itu club malam.” Ucapnya lesu, lalu membalik tubuh tengkurap dan memukul-mukul bantal di depannya.
Andreea menggelengkan kepalanya. Mempunyai adik ipar seperti Anshara entah hal bagus atau malah bukan. Ia menendang pelan paha Anshara.
"Cih. Di dalam otakmu benar-benar hanya ada club malam." Andreea menggerutu.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments