Andreea meremat tangannya kuat. Kini ia resmi menjadi Nyonya Stockholm. Ia melirik Anggara yang berdiri di sampingnya. Suaminya itu tampak tampan dengan setelan jas berwarna hitam. Sedangkan ia mengenakan gaun putih panjang dengan cutting sabrina dibagian bahu. Andreea menelisik dirinya sendiri. Aku sangat pantas kan bersanding dengan Kak Gara? gumamnya di dalam hati sambil sekali lagi melirik Anggara di sisinya.
“Kau lelah?” Anggara yang tiba-tiba bertanya membuat Andreea gelagapan memalingkan wajahnya cepat.
“Ti.. tidak.” Jawabnya gugup, seperti sedang tertangkap basah memandangi suaminya.
“Jika lelah, aku antar ke kamar. Tidak masalah meninggalkan pesta lebih awal.”
Anggara bertanya lagi. Sudah hampir dua jam mereka berdiri menyalami tamu undangan yang datang.
Andreea menggeleng. “Aku baik-baik saja.”
Lagipula ini tidak akan lama lagi batinnya. Pesta ini tidak terlalu besar , meski tidak bisa dibilang sederhana. Mereka mengundang semua kerabat dan sahabat dekat keluarga Stockholm. Sedangkan keluarga Andreea hanya ada dua orang sepupu mendiang Ayahnya bersama dengan keluarga mereka.
“Terimakasih, karena mau menerima Reea menjadi bagian keluarga kalian.” Melani bergetar menahan tangis. Kedua tangannya menggenggam erat tangan Anita.
“Andreea adalah putriku juga.” Anita juga sama, berusaha menahan tangisnya.
Anita dan Melani saling mengenal meski tidak dekat. Melani adalah sepupu dari mendiang Ardhan. Ia datang bersama dengan suami dan putranya. Ada juga Gilang, kakak Melani yang datang bersama dengan istrinya.
“Semoga kau selalu bahagia Ree. Paman dan Bibi selalu mendoakanmu.” Gilang memeluk Andreea erat.
“Terima kasih Paman.”
“Maafkan paman dan Bibi Mela yang tidak bisa menjagamu.” Gilang membelai kepala Andreea.
Andreea tahu kedua sepupu Ayahnya itu tulus menyayanginya, tapi membawa Andreea untuk tinggal bersama mereka bukan perkara mudah.
“Tidak Paman, jangan minta maaf.” Andreea menyeka air matanya.
Kedua keluarga itu terbawa suasana haru. Melani dan Gilang yang merasa bersalah karena tidak inisiatif membawa Andreea tinggal bersama mereka ketika Ardhan meninggal. Dan Thomas serta Anita yang kembali teringat pada mendiang Ardhan dan Miranda.
“Aku akan menjaga Andreea seperti putriku sendiri.” Anita membatin seraya mengusap pelan air mata di pipinya.
Sedang Anshara, entahlah. Dia senang Andreea menjadi keluarga yang sesungguhnya, tapi gadis itu masih merasa bahwa Andreea menikah dengan Anggara bukan hal yang tepat.
“Kak Gara pasti akan semakin mengawasi kami, huh.” Ia bergumam kesal.
**
Pesta usai tepat pukul sepuluh malam. Seluruh anggota keluarga telah kembali ke rumah utama keluarga Stockholm.
Semua orang sudah sangat lelah. Kecuali Andreea, sepanjang perjalanan pulang tadi ia terus gelisah memikirkan bagaimana nanti canggungnya ia dan Anggara.
“Naiklah sayang, kau pasti lelah.” Anita mengusap pelan bahu Andreea.
Andreea mengangguk. “Selamat malam Bibi.” Andreea mendelik gugup. “Ehm maksudku Selamat malam Ibu, Ayah.” Ralatnya sambil tersenyum kikuk.
Thomas terkekeh. “Ah, Anak Ayah.” Ucapnya membelai kepala Andreea. “Bawa istrimu ke atas.” Titahnya pada Anggara.
“Ree kau boleh tidur di kamarku jika tidak nyaman berdua dengan Kak Gara.” Celetuk Anshara tiba-tiba.
“Kau ini, naiklah. Jangan mengganggu Reea , dia sekarang kakak iparmu.” Anita mengomeli putri bungsunya. Lalu melangkah masuk kedalam kamar bersama Thomas.
Anshara mencebik. “Kakak ipar, kaburlah ke kamarku jika kau tidak nyaman, aku tidak akan mengunci pintunya.”
Anggara menarik pelan tangan Andreea sebelum gadis itu sempat menjawab, tidak menggubris ucapan adiknya.
“Jangan macam-macam pada sahabatku!” pekik Anshara saat kakaknya mulai menaiki tangga.
“Dia istriku!” jawab Anggara tak kalah tajam.
Dan diantara mereka , Andreea lah yang paling canggung bingung harus bagaimana.
Jantungnya terasa akan meledak saat tiba-tiba ia sudah berada di dalam kamar Anggara.
“Semua baju dan barang-barangmu sudah di pindahkan kesini.” Anggara bicara sambil melucuti jas dan jam tangannya.
Andreea hanya mengangguk.
“Bersihkan dirimu, setelah itu istirahatlah.”
Lagi-lagi Andreea hanya mengangguk lalu berjalan kearah walk in closet. Memilih satu set piyama lengan panjang sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
**
Andreea turun menghampiri Ibu mertuanya yang sedang menyiapkan sarapan.
“Sayang kenapa pagi sekali sudah bangun?” Anita tersenyum menatap menantunya.
“Apa ada yang bisa Reea bantu Ibu?”
“Duduklah. Sebentar lagi sarapan siap.”
“Dimana Kak Gara?” Anshara yang baru datang menarik salah satu kursi yang ada di sana.
“Masih tidur.” Andreea melangkah mendekati Anshara, dan duduk di sebelahnya.
Anita mengernyit. “Naiklah sayang, temani dan siapkan dulu keperluan suamimu. Sebentar lagi pasti Kak Gara bangun.”
“Ck. Biasanya juga Kak Gara sendiri.” Anshara mencebik.
“Biarkan Reea disini Bu, aku masih ingin mengobrol.”
“Setelah Kak Gara pergi ke kantor , kalian bisa mengobrol seharian.” Anita menatap lembut Andreea.
Andreea pun bangkit menuju kamar anggara sambil terus membatin.
“Bagaimana ini. Jantungku rasanya mau meledak.”
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments