Bab 14

Salsa mendorong Husnul ke samping agar ia bisa lewat kemudian ia melangkahkan kaki mendekati Rudi yang masih berdiri di atas panggung, ia berhenti tepat di hadapan Rudi dengan jarak yang begitu dekat.

"Aku pernah bertemu dengan laki-laki bajingan, tapi gak ada yang sejahat kamu. RUDI"

Setelah mengatakan itu, Salsa pergi dari tempat itu dengan tetesan air mata yang tumpah karena sakit hati. Telinganya masih terus mendengar olok-olok dari Husnul dan suara orang-orang yang ikut terpancing untuk menghinanya.

.

.

Flashback On

Rudi mencintai Husnul Atiah, perempuan yang sangat susah ia dapatkan dari semenjak duduk di bangku SMP.

Husnul Atiah bukanlah model, atau perempuan cantik yang membuat Rudi tergila-gila. Husnul Atiah adalah perempuan pertama yang menolak Rudi, sementara semua perempuan selalu menginginkannya.

Rudi memanggilnya Tia, terobsesi untuk memiliki Tia membuat Rudi rela melakukan apapun. Termasuk menuruti semua perintah dari perempuan itu, salah satunya melakukan pembalasan dendam pada Salsa.

"Aku mau kita pacaran, tapi ada syaratnya dan aku serius kali ini"

Rudi seperti laki-laki yang terhipnotis dengan sang idola, ia menerima syarat tersebut.

"Buat Salsa jatuh cinta padamu, setelah itu aku yang urus"

Rudi bertanya mengapa harus Salsa, Tia pun menjelaskan tentang segalanya barulah Rudi mengerti. Husnul Atiah memiliki dendam pribadi pada Salsa, karena cinta pertamanya lebih memilih Salsa.

Padahal menurutnya laki-laki itu hanya jadi mainan saja buat Salsa, hingga laki-laki itu pun meninggal dunia bahkan di sisa hidupnya laki-laki itu tetap menyebut nama Salsa. Husnul Atiah adalah anak kepala sekolah SMA Pancasila.

Husnul lah yang mengatur tour persahabatan antara SMA Pancasila dengan SMA Garuda. Ia yang ingin Salsa datang, terkesan seolah tak sengaja meski sebenarnya telah ia atur dengan sangat matang.

Flashback Off

.

.

"Aku pernah bertemu dengan laki-laki bajingan, tapi gak ada yang sejahat kamu. RUDI"

Kata-kata itu begitu membekas di ingatan Rudi, bahkan yang tak bisa hilang dari ingatannya adalah sorot mata Salsa ketika mengatakan kata-kata itu.

"Sayang, terima kasih ya berkat kamu aku bisa balasan sakit hati aku dengan perempuan itu. Sekarang aku milik kamu sepenuhnya" Husnul merangkul lengan Rudi sembari menunjukkan cincin pertunangan mereka

Entah ini resmi atau tidak, bertunangan karena sebuah rencana. Tanpa ada kedua orang tua mereka yang hadir, hanya di saksikan oleh teman-teman mereka saja bahkan orang luar.

Rudi tersenyum tipis, bukan kah seharusnya ia bahagia tapi entahlah efek dari rasa bersalah membuatnya tak mampu membuatnya meluapkan rasa bahagianya saat ini.

"Sayang, kamu kenapa sih diem aja dari tadi? Seharusnya kita berpesta kan" ujar Husnul begitu bahagia karena telah mempermalukan Salsa

Rudi mengusap kepala Husnul dengan sangat lembut sembari tersenyum manis, ia juga melihat cincin putih yang melingkar di jari manisnya. Hampa, itu yang di rasakan oleh Rudi saat ini.

"Haii, bro. Selamat ya" Ibra dan sahabatnya Rudi yang lain mengucapkan selamat pada Rudi

Keempat sahabat Rudi tau persis kalau Husnul adalah prioritas utama dalam hidup Rudi, mereka semua turut bahagia ketika Rudi telah berhasil mendapatkan Husnul meski caranya salah.

Rudi mengangguk.

"Tapi apa yang tadi gak berlebihan, Rud?" tanya Andi setengah berbisik

"Itu pantas buat dia" bukan Rudi yang menjawab melainkan Husnul

"Tapi terlalu jahat, Nul" balas Robin

"Dia lebih jahat" sahut Husnul lagi

Keempat sahabat Rudi hanya bisa diam untuk menghargai Rudi dan pilihannya, walau mereka semua tak setuju dengan cara itu semua apalagi sampai membuat Salsa di permalukan di depan umum tadi.

Keempat sahabat Rudi pamit pergi untuk mengisi perut mereka dahulu, lalu keempatnya berjalan mendekati meja tempat hidangan makanan yang terlihat sangat penuh dengan aneka macam makanan.

Hanya selang berapa detik Rudi juga pamit dengan Husnul ingin menghampiri keempat sahabatnya, karena terlalu bahagia Husnul tak bisa melihat ekspresi berbeda dari Rudi dan ia pikir Rudi merasakan hal yang sama.

.

.

Selama perjalanan pulang ke kosannya dengan menggunakan taksi, air mata Salsa tak henti-hentinya menetes membasahi kedua pipinya. Ia menangis tanpa suara, sembari membayangkan betapa jahatnya Rudi.

Salsa mulai teringat perlakuannya dengan semua laki-laki yang jadi target kesenangannya selama ini, apakah ini karma yang menghampirinya sehingga ia merasakan sakit hati yang luar biasa.

"Neng, udah nyampe" ujar Supir taksi mengagetkan Salsa

Salsa pun mengeluarkan uang dari dalam tasnya kemudian di serahkannya pada supir taksi tanpa menunggu kembalian ia turun dari taksi tersebut, lalu berlari ke arah pintu kosannya.

Segera ia mengeluarkan kunci cadangan kosannya lalu masuk, Nabila tampak terkejut melihat Salsa yang masuk ke dalam kamar padahal ia sendiri baru pulang mengantar sahabatnya itu.

"Salsa, kamu kenapa?" tanya Nabila penuh selidik mengenai air mata yang terus mengalir di kedua pipi sahabatnya itu

Salsa bukannya menjawab ia malah sibuk membongkar lemari, mengeluarkan semua isinya dan menjatuhkannya ke lantai. Tak cukup disitu, ia juga membuang semua kosmetik miliknya.

Nabila mengikuti tiap Salsa bergerak sembari terus melempar pertanyaan ada apa, ia terkejut saat Salsa melempar perhiasannya yang berhamburan ke atas tumpukkan tas-tas mahal milik Salsa.

"Salsa, kamu kenapa?" tanya Nabila sekali lagi

"NABILA, BAKAR SEMUA INI, BAKAR SAMPAI TAK ADA YANG TERSISA SAMA SEKALI" teriak Salsa

Nabila terkejut, melihat Salsa yang belum selesai membuang semua barang-barang mahalnya membuat Nabila lelah dan menghela napasnya panjang. Ia pun menyentak tubuh Salsa lalu memegangi pundak sahabatnya itu.

"Kamu kenapa?" tanya Nabila berteriak

Salsa terisak kemudian menghampur kepelukan Nabila dan menangis sejadi-jadinya.

"Rudi jahat, dia jahat, Nabila. Sakit....." lirih Salsa

"Rudi, ngapain kamu? Hah, kasih tau aku" Nabila melepas pelukan Salsa kemudian menatap Salsa, ia sangat marah saat ini

Salsa pun di bimbing Nabila untuk duduk di atas kasur kemudian Nabila memberi minum pada Salsa, setelah agak tenang Salsa mulai menceritakan segala yang terjadi tadi dari awal kedatangannya sampai kepulangannya dari tempat laknat itu.

"Setan, dia itu bukan manusia. Salsa" maki Nabila geram sambil beranjak ingin menemui Rudi

"Jangan, Nabila. Kita justru akan mempermalukan diri kita sendiri" Salsa melarang sahabatnya

"Tapi Rudi harus di kasih pelajaran, Salsa"

Salsa diam kemudian ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, ia berbaring telungkup dan kembali menangis untuk memuaskan diri agar tak ada lagi tangis-tangisan ke sekian kalinya.

Nabila memeluk sahabatnya dari belakang, ia mencoba memberi kekuatan agar sahabatnya tak terus-menerus menangisi hal yang tak pantas untuk ditangisi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!