"Rudi....Sakit"
"Aku bisa membunuh siapa saja yang berani nyentuh kamu, jadi jangan pernah pancing aku atau kamu akan menyesal. Salsa"
Jantung Salsa berdegup kencang karena ketakutan, Rudi berubah menjadi sosok sangat mengerikan. Seakan ada sosok lain yang di sembunyikan di balik wajah tampannya.
Matanya yang memerah menunjukan sosok lain yang di lihat Salsa saat ini, bahkan cengkeraman tangan Rudi di rambut Salsa semakin kuat, membuat Salsa merasakan sakit luar biasa hingga meneteskan air mata.
"Rudi kamu kenapa? Kamu menyakiti aku" lirih Salsa dengan sangat pelan
"Selama ini aku diam, kamu yang telah merubah aku menjadi monster. Tia"
Sesaat Salsa melupakan rasa sakit yang ia rasakan, ia justru menatap Rudi dengan tatapan penuh tanda tanya, apalagi saat mendengar nama Tia yang keluar dari mulut Rudi.
"Tia siapa, Rudi?" tanya Salsa seakan menuntut
Mendengar pertanyaan Salsa barusan, seketika membuat Rudi tersadar bahwa ia telah melakukan sebuah kesalahan kemudian ia pun langsung melepaskan cengkeramannya.
"Aku antar kamu pulang, ya" bukan menjawab pertanyaan Salsa, Rudi memilih mengalihkan pertanyaan Salsa
Sepanjang perjalanan pikiran Salsa berkelana kemana-mana, ia seakan tengah berbicara dengan diri sendiri siapa itu Tia. Apakah mantan Rudi atau masih menjadi pacar Rudi saat ini, semuanya seakan masih gelap.
Apalagi dari tadi Rudi diam saja, tak sedikit pun mau membahas tentang siapa itu Tia. Membuat ia jadi semakin penasaran, ia akan berusaha mencari tahu sendiri siapa sebenarnya itu Tia.
"Sudah sampe, kamu janji ya jangan kemana-mana lagi" Rudi kembali berkata dengan sangat lembut
Ia bahkan membelai rambut Salsa yang sedikit berantakan karena ulahnya tadi, sedangkan Salsa diam dan hanya menganggukkan kepala karena mood-nya sedang tak baik saat ini.
"Aku sangat mencintaimu" kata Rudi menatap Salsa dengan penuh cinta
Salsa tak menjawab ia tak yakin Rudi benar-benar mencintainya, bahkan ia juga tak tau apa ia mencintai Rudi juga. Kemudian Rudi mencium bib*r Salsa dengan lembut lalu di lum*tnya pelan-pelan agar Salsa membalas.
Tapi Salsa tetap diam tak membalas sama sekali, membuat Rudi menyudahi ciuman tersebut lalu mengusap bibir Salsa dengan lembut menghapus jejak ludah yang di tinggalkan olehnya.
"Maafkan aku" lirih Rudi sangat pelan karena merasa sangat bersalah
"Tia siapa?" tanya Salsa sekali lagi
Rudi hanya bisa menghela napas
.
.
Nabila keluar dari kamar mandi, ia terkejut melihat Salsa sudah pulang tapi tengah melamun menatap ke langit-langit kamar mereka bahkan di panggil berapa kali Salsa tak menyahut.
"Kamu kenapa sih?" tanya Nabila sembari menepuk pundak sahabatnya itu
Salsa tetap diam dengan wajah datarnya, Nabila pun memilih membaringkan tubuhnya di samping Salsa kemudian memiringkan kepalanya menatap wajah Salsa dengan seksama.
"Kapan mau cerita, dari tadi di tanyain diam aja?" tuntut Nabila
"Kalau laki-laki mengatakan pacar kamu, terus dia nyebut nama perempuan lain. Apa perasaan kamu?" tanya Salsa seraya menoleh ke arah sahabatnya
"Sakit hati lah, memang Rudi nyebut nama siapa?" Nabila menatap wajah Salsa dengan tatapan curiga
"Tia"
"Tia siapa?"
Salsa mengangkat kedua bahunya yang artinya ia pun tak tau sama sekali, keduanya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing lebih tepatnya Salsa lah yang lebih berpikir.
"Mungkin itu salah satu mantan Rudi yang segunung itu, secara dia kan playboy" tebak Nabila
Salsa kembali diam, Nabila tidak tau saja bagaimana perasaannya yang terganggu dengan nama Tia itu. Apalagi ketika ia melihat sorot mata Rudi yang menyebut nama itu, ekspresi wajahnya berubah aneh.
Salsa memilih membaringkan tubuhnya di samping sahabatnya lalu memejamkan kedua kelopak matanya, ia begitu pusing memikirkan hal tersebut lalu ia kembali membuka matanya ketika teringat Rudi menyebut nama Tia ketika sedang menyakitinya tadi.
.
.
Keesokan harinya
Rudi menjemput Salsa ketika pulang sekolah, meski jarak kosan milik Salsa dengan sekolahnya sangat dekat bahkan bisa berjalan kaki tapi Rudi tetap ingin menjemput Salsa.
Mengunakan mobil sport super mahal itu Rudi jadi gosipan seluruh murid SMA Garuda bahkan gosipnya pacaran dengan Salsa sudah tersebar luas, ada yang bilang kalau kedua sama-sama ingin mempermainkan.
"Itu benar pacarnya, Salsa?"
"Ahh paling juga cuma sehari"
"Mana mungkin yang begitu cuma sehari, kalau aku mah lebih baik jadi pacar seumur hidup"
"Iya, apalagi tampan banget kayak aktor Korea"
Berbagai sahutan itu terdengar oleh Salsa tanpa mereka ketahui tapi Salsa bukan tipe perempuan yang suka mempermasalahkan hal-hal seperti itu, ia justru melangkah melewati semuanya dengan angkuh.
"Kenapa jemput?" tanya Salsa saat sudah berada di dekat Rudi
"Memangnya gak boleh jemput pacar sendiri?" tanya Rudi
"Hem, tapi aku lagi malas jalan hari ini" Salsa sok jual mahal sembari menyandarkan tubuhnya di samping mobil sport milik Rudi
"Siapa juga ngajak jalan, hanya mau nganterin pulang"
Kedua bola mata Salsa melotot mendengar perkataan Rudi barusan, ia jadi kesal. Jika ia di paksa di ajak jalan oleh Rudi tentu ia tak akan menolak, saat ini ia hanya sekedar jual mahal saja.
"Ya udah, tapi aku mau makan" kata Salsa tak punya rasa malu setelah sok jual mahal
"Ayok, mau makan dimana?" Rudi langsung membukakan pintu mobil untuk Salsa
Begitu Salsa masuk, gosipan tadi seolah yang terdengar sebatas yang mendengar saja, nyatanya ada beberapa pasang mata yang kepo melihat mobil sport milik Rudi sampai benar-benar menghilang dari pandangan mereka.
Rudi melajukan mobil sport miliknya dengan kecepatan tinggi menuju sebuah restoran yang paling mahal karena itu request dari Salsa sendiri, hingga hanya berapa belas menit mobil sport itu tiba di sebuah restoran.
Sebuah restoran yang terkenal chef-nya begitu mahir membuat makanan yang lezat sehingga harganya jangan di tanya, tentunya sudah pasti sangat mahal sesuai dengan cita rasa makanannya.
Rudi dan Salsa di sambut oleh pelayan restoran dengan sangat ramah, meski mereka memakai seragam sekolah SMA tapi mereka melihat kalau keduanya turun dari mobil sport yang super mahal itu.
"Silahkan mbak mas, meja sebelah sana kosong"
Rudi dan Salsa pun mengikuti arahan pelayan restoran itu, meja yang dipilih memang sangat pas. Berada di sudut dan hanya ada dua kursi disitu, sangat cocok untuk mereka yang hanya berdua saja.
Pelayan restoran segera menyerahkan buku menu kepada keduanya, kemudian keduanya sama-sama melihat semua menu yang terlihat sangat lezat namun Salsa yang diet tetap memilih menu diet.
"Aku mau yang ini aja" tunjuk Salsa pada menu diet paling mahal
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments