Bab 3

Semakin terus di puji, membuat Nia semakin besar kepala bahkan ia jadi terus menundukkan kepalanya untuk menutupi rona merah yang ada di pipinya membuat ia juga semakin tersipu malu.

"Kamu sudah punya pacar?" tanya Rudi

Nia hanya menjawab dengan gelengan kepala, kemudian Rudi menghentikan laju mobil miliknya di pinggir jalan lalu menatap Nia dengan tatapan yang membuat siapa saja akan meleleh melihat.

Belum lagi Rudi yang tiba-tiba mengecup punggung tangan Nia dengan begitu lembut, membuat Nia merasa ada getaran menyengkat di lubuk hatinya karena ini pertama kalinya ia di perlakukan seperti ini.

"Kamu mau jadi pacar aku?"

Mata indah milik Nia langsung melebar mendengar pertanyaan Rudi barusan, antara tak percaya dan malu sehingga membuat hati Nia bersorak bahagia tanpa pikir-pikir Nia langsung mengangguk kepalanya.

Setelah itu Rudi tentu tersenyum penuh kemenangan mendapat mainan baru, kemudian ia mencuri ciuman pertama di pipi Nia membuat Nia merasa semakin termiliki oleh Rudi.

Rudi playboy yang memang suka dengan perempuan-perempuan polos yang belum tersentuh sama sekali, karena ia ingin menjadi orang pertama yang selalu mencuri ciuman pertama dengan mainannya.

.

.

Keesokan harinya

Perwakilan dari SMA Garuda tiba di SMA Pancasila pukul 10.00 pagi, ada sekitar 50 murid yang di pilih oleh kepala sekolah dengan berbagai macam prestasi, mereka datang dengan menaiki tiga bus.

Bahkan kedatangan mereka di pimpin langsung oleh kepala sekolah dan dua wali guru dalam bidang akademik maupun olahraga, tiba di SMA Pancasila satu persatu murid dalam bus turun.

Sedangkan para murid SMA Pancasila berbaris dengan sangat rapi menyambut kedatangan murid perwakilan dari SMA Garuda, Pak Hermanto selaku kepala sekolah SMA Pancasila menyalami Pak Candra dan dua wali guru tadi dengan ramah.

"Lihat, Salsa. Gedung di SMA Pancasila keren banget ya, kayak gedung di film Korea gitu. Seragam sekolah apalagi, keren banget" kata Nabila sembari menyenggol lengan sahabatnya itu

"Biasa aja, kali" kata Salsa datar

Mendengar itu Nabila jadi mengerucut bibirnya, bisa-bisa sahabatnya mengatakan hal yang ada di depan mata mereka biasa aja padahal jelas semuanya tampak sangat luar biasa.

"Salsa" panggil Pak Candra

Salsa yang sadar di panggil segera menoleh ke arah Pak Candra, lalu Pak Candra meng-kode Salsa melalui kontak matanya, Salsa yang paham segera melangkahkan kaki menghampiri dua kepala sekolah tersebut.

"Pak Hermanto, perkenalkan ini Salsa. Juara umum di SMA Garuda" Pak Candra dengan bangga memperkenalkan Salsa

"Wah jadi ini murid tercerdas di SMA Garuda" Pak Hermanto mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Salsa

Salsa mengulas senyum ramahnya, setelah itu Pak Hermanto mempersilahkan para murid perwakilan dari SMA Garuda untuk mengikutinya berbaris di depan barisan para murid SMA Pancasila.

Pak Candra dan dua wali guru beserta para murid perwakilan SMA Garuda sudah berbaris rapi di depan para murid SMA Pancasila yang sebenarnya sudah sangat penasaran dengan kegiatan ini.

Acara pun segera di buka oleh Pak Hermanto langsung, beliau menyapa para murid dengan ramah setelah itu beliau juga memberi kesempatan pada Pak Candra untuk memberikan sambutan.

Cukup panjang Pak Candra berbicara di depan, kini Pak Hermanto mengambil alih mikrofon untuk memberikan pengarahan lebih lanjut buat seluruh anak muridnya yaitu SMA Pancasila.

"Hari ini kita kedatangan perwakilan murid SMA Garuda, yang sudah kita ketahui bahwa murid SMA Garuda terkenal dengan prestasi akademik. Itu juga tak lepas dari bimbingan para guru yang ingin membuat murid mereka jadi sukses, maka untuk itu tour persahabatan ini di selenggarakan untuk kita bisa termotivasi dengan prestasi mereka. Dan saya akan perkenalkan murid yang selalu menang dalam olimpiade Matematika, Fisika, Kimia serta mendapat piagam emas, bahkan bukan hanya itu murid ini juga telah mendapat tawaran kuliah di Universitas Indonesia tanpa test"

"Yaitu Salsa, silahkan maju ke depan" Pak Hermanto mempersilahkan Salsa untuk berdiri di sampingnya

Salsa pun dengan bangga maju ke depan dengan mata menatap semua orang serta wajah sedikit mendongak, bukan sombong tapi begitulah dirinya yang bukan tipikal kutu buku dan cupu.

Ia penuh percaya diri untuk menunjukkan dirinya di hadapan semua orang, karena ini adalah sebuah prestasi bukan sebuah kesalahan yang harus takut berhadapan dengan semua orang.

Begitu Salsa berdiri di depan dengan wajah yang sangat sempurna, membuat semua yang memandang langsung kagum apalagi para murid laki-laki SMA Pancasila itu bahkan mulai terdengar bisik-bisik dari semua orang.

"Selamat pagi teman-teman" sapa Salsa dengan ramah

"Pagi cantik" serentak semua murid laki-laki menjawab

Salsa membalas dengan senyuman, bahkan ia sesekali memperhatikan semua murid laki-laki SMA Pancasila dengan matanya yang indah itu, membuat semua murid laki-laki seakan terhipnotis akan kecantikan Salsa.

"Saya pertama kali menginjakkan kaki di SMA Pancasila, gedung-gedung dan fasilitas terlihat sangat mewah dan indah. Tapi sayang semua menipu, hanya terlihat indah di luar tapi minus dalam kualitas prestasi akademik"

Mendengar perkataan Salsa semula tadi berisik kini jadi hening, tak ada yang berani menyahut dan mereka sadar Salsa barusan bukan memuji sekolah mereka melainkan menyindir.

Pak Candra langsung berdehem menegur muridnya yang telah mengatakan hal yang tak seharusnya di katakan, tampak wajah Pak Candra memerah menahan amarahnya yang terasa di ubun-ubun.

Rudi yang dari tadi menundukkan kepala saat mendengar deretan kalimat yang di ucapkan Salsa, langsung mendongakkan kepala lalu melihat murid perempuan di hadapannya memperlihatkan murid perempuan di depannya itu begitu angkuh.

Salsa perempuan yang selalu di puja oleh semua guru karena prestasinya, ia terlihat tersenyum seperti tengah meremehkan semua orang yang ada disitu, tatapan tajamnya memikat semua orang.

Setelah itu Salsa mengakhiri pembicaraannya lalu segera kembali bergabung di barisan perwakilan murid dari SMA Garuda sekolahnya yang penuh prestasi, ia takkan menundukkan kepala meski telah mengatakan kalimat sindiran tadi.

"Gila tuh perempuan, punya otak pintar tapi mulutnya pedes amat kayak cabe rawit" celetuk Anwar pelan tapi bisa di dengar sahabat-sahabatnya

"Blak-blakkan banget" sahut Robin

Tersinggung, itulah yang mewakili perasaan semua murid SMA Pancasila, bahkan Pak Hermanto terlihat malu karena Salsa telah menyindir tentang prestasi akademik di sekolah mereka.

Dari tempatnya berdiri, Rudi terus memperhatikan Salsa yang telah bergabung dengan barisan murid SMA Garuda, murid perempuan itu benar-benar terlihat sangat angkuh.

"Rud, kayaknya murid perempuan itu perlu di kasih pelajaran deh. Cantik sih, tapi gayanya itu sombong banget" ujar Ibra menyarankan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!