Salsa tak menjawab, membiarkan Rudi yang meletakkan buku Biologi itu di tengah-tengah meja. Kelas begitu hening yang terdengar hanya suara Bu Anisa, bahkan semua murid tampak serius memperhatikan penjelasan guru itu.
"Sudah paham belum?" tanya Bu Anisa
Semua murid langsung menggeleng pertanda bahwa mereka tak mengerti, Bu Anisa kembali menjelaskan materi secara perlahan. Salsa yang tadi konsentrasi seketika buyar ketika Rudi terus menatapnya tak henti-henti.
Rudi bukannya melihat ke arah buku atau Bu Anisa yang tengah menjelaskan materi, justru terus menatap Salsa tanpa sedikitpun berpaling membuat Salsa salah tingkah dan hanya bisa menghela napas panjang.
"Apakah masih ada yang belum mengerti?" tanya Bu Anisa sekali lagi
"Sudah mengerti, Bu" terdengar teriakan sebagian murid dalam kelas
.
.
Keesokan harinya
Selesai pengambilan nilai di jam olahraga bertepatan bunyi bel waktu istirahat, Salsa mengajak Nabila untuk pergi dari lapangan. Keduanya melangkah ke arah ruang ganti untuk mengganti baju olahraga dengan seragam sekolah.
"Salsa, menurut kamu sekarang Rudi beneran nyesel dan pengen balikan dengan kamu atau mau mempermainkan kamu lagi?" tanya Nabila
Salsa mengangkat kedua bahunya, meski sebenarnya di hatinya paling dalam bisa melihat ketulusan dari kedua bola mata Rudi tapi ia takut juga hatinya salah menilai jadi memilih acuh saat ini.
"Ya udahlah, ke kantin yuk laper" Nabila ikut mengangkat kedua bahunya lalu menarik Salsa keluar dari ruang ganti
Di kantin, Salsa dan Nabila memesan dua mangkuk mie ayam bakso untuk mengganjal perut mereka dan dua gelas es jeruk untuk melengkapi dahaga keduanya yang sedang kehausan habis olahraga tadi.
"Syukurlah kalau udah gak diet lagi"
Salsa menoleh, Rudi langsung duduk di sebelah Salsa sembari mengucap syukur melihat Salsa tak diet lagi. Kemunculan Rudi yang selalu tiba-tiba, sudah membuat Salsa jadi terbiasa dan tak terkejut lagi.
"Apa gak ada tempat lain harus duduk disini?" bentak Nabila
"Biarin, Nabila. Ini kantin sekolah, kita gak punya hak melarang siapapun untuk duduk disini"
Kemudian Salsa kembali bersikap acuh tak acuh, ia menyibukkan diri dengan menusuk sisa pentol bakso miliknya yang tinggal berapa biji mengunakan garpu lalu perlahan-lahan hendak memasukkan pentol bakso.
Baru saja pentol bakso menempel di dekat mulutnya, Rudi lebih dulu menyambar pentol bakso itu mengunakan mulutnya sehingga mereka berdua tampak sedang berciuman, Salsa tentu terkejut dengan apa yang terjadi barusan.
"Enak baksonya, terima kasih" ucap Rudi kemudian beranjak dari duduknya lalu melangkah pergi dari situ sebelum kedua perempuan itu mengamuk
Nabila berapa kali mengedipkan kedua matanya, ia benar-benar syok dengan apa yang di lihatnya barusan. Sedangkan Salsa langsung menoleh ke kanan ke kiri melihat situasi yang ternyata banyak yang melihat kejadian barusan.
"Gila! Dia nyium kamu barusan" pekik Nabila setelah rasa syok-nya hilang
Salsa hanya diam tak menjawab, ia sudah tak heran dengan kelakuan Rudi yang selalu mencuri ciuman padanya. Tapi untuk kali ini, Salsa kesal karena mereka sudah tak memiliki hubungan apapun.
Salsa jadi tak melanjutkan makannya lagi karena seketika nafsu makannya hilang, ia berusaha tenang dari tatapan semua orang dan ia khawatir takut ada yang mengadu dengan guru BK.
.
.
Dua minggu kemudian
Cuaca pagi ini sangat gelap bahkan hujan turun sangat deras, udara yang sangat dingin membuat para murid yang ada di rumah begitu malas untuk berangkat ke sekolah karena harus menempuh perjalanan cukup jauh.
Berbeda dengan para murid yang memilih tinggal di asrama tentu hanya memerlukan waktu lima menit untuk tiba di sekolah, seperti Salsa dan Nabila tapi pagi ini Salsa seperti tertimpa sial.
Tubuhnya basah kuyup akibat tas ransel miliknya sempat nyangkut di gerbang asrama sehingga ia harus kehujanan, Nabila yang memang berangkat lebih awal tidak mengetahui kalau sahabatnya menderita.
"Aduh, kamu jadi basah. Pasti kedinginan banget, kamu pake jaket aku aja" kata Nabila pada sahabatnya itu sembari hendak melepas jaket yang di pakainya
Namun belum sempat Nabila melepas jaketnya, tiba-tiba ada jaket laki-laki yang berwarna coklat tua sudah menutupi pundak Salsa membuat Nabila langsung menoleh ke belakang.
"Gibran" pekik Nabila
Salsa pun ikut menoleh ke belakang, ada laki-laki yang perawakan tinggi tegap, memiliki hidung mancung, ketika tersenyum sangat manis semanis madu dan yang pastinya tatapannya selalu teduh.
"Gibran" panggil Salsa
"Apaan sih kalian ini, kayak lihat setan. Seharusnya kalau baru ketemu buat lepas kangen, langsung di peluk" gerutu Gibran
"Kapan kamu pulang dari Jepang? Gimana menang gak?" Nabila begitu bawel terus melempar pertanyaan kepada Gibran
Gibran yang sudah paham akan kelakuan Nabila hanya tersenyum kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, sebuah mendali emas ia perlihatkan pada Salsa dan Nabila.
Nabila bersorak gembira melihat temannya ternyata pulang dengan kabar bahagia, ia benar-benar gak menyangka temannya yang satu ini bisa memenangkan lomba olimpiade di Jepang.
Salsa dan Gibran hanya bisa menutup kedua telinga mereka mendengar kehebohan Nabila saat ini, bahkan keduanya juga geleng-geleng kepala jika sudah melihat kelakuan Nabila sedang kumat.
"Sayang, apa kabar?" tanya Gibran sembari memegang tangan Salsa
Tepat ketika pertanyaan Gibran itu keluar, Rudi hendak keluar namun di urungkannya dan memilih berdiri di ambang pintu menatap ke arah Salsa yang ternyata juga menatap ke arahnya. Nabila pun melihat Rudi.
"Akhirnya pacarnya Salsa pulang juga, dan tak akan ada lagi yang berani deket-deket sama dia" ucap Nabila yang sebenarnya menyindir Rudi secara langsung
Rudi mendengar ucapan Nabila hanya bisa tersenyum tipis kemudian ia masuk lagi ke dalam kelas mereka, ia baru tau kalau ternyata Salsa sudah memiliki penggantinya selama ini yang tak di ketahuinya.
"Salsa, kok bengong aku tanya kamu dari tadi loh. Kamu gak seneng ya aku pulang?" tanya Gibran sembari menatap ke arah Salsa
"Seneng lah" jawab Nabila
"Aku bukan nanyain kamu, Nabila. Aku tanya sama Salsa"
Nabila langsung menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, ia jadi malu karena kena sembur oleh Gibran barusan. Sedangkan Salsa langsung menatap Gibran, ia pun mengulas senyum di depan Gibran.
"Seneng kok" sahut Salsa
"Tapi kamu kayak terpaksa gitu, apa jangan-jangan selama aku pergi kamu selingkuh?" kata Gibran bercanda
Tapi candaan Gibran membuat Salsa tersindir, mungkin secara fisik ia tidak selingkuh tapi jika di tanya soal hati. Hanya ia yang tau kalau hatinya sampai detik ini masih mencintai Rudi, dan bukankah semua orang tau kalau hati tak bisa berbohong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments