"Bener tuh, Rud. Kasih pelajaran buat si murid perempuan yang sombong itu" kata Robin setuju dengan saran Anwar
Rudi menimbang-nimbang perkataan sahabatnya kemudian bak durian runtuh ada sebuah ide terlintas dipikirannya lalu ia merangkul keempat sahabatnya meski tak semuanya.
Ia mulai membisikan sebuah rencana untuk memberi pelajaran kepada murid perempuan bernama Salsa tadi, yang telah menyindir seluruh murid SMA Pancasila yang tentunya membuat semua orang tak terima.
Tak lama kemudian Pak Hermanto membubarkan barisan dan mempersilahkan semua murid kembali ke kelas masing-masing, sedangkan perwakilan murid SMA Garuda diminta untuk ke gedung serbaguna.
Di dalam gedung serbaguna Salsa di beri sepuluh soal matematika oleh guru matematika dari SMA Pancasila, hanya lima menit Salsa menjawab semua soal matematika itu.
Karena telah selesai dengan tugasnya, Salsa izin keluar sebentar hendak ke toilet, ia yang sudah berada diluar gedung serbaguna menghirup sejenak udara segar di lingkungan SMA Pancasila.
SMA Pancasila memang memiliki karakteristik bangunan yang menunjukkan bahwa berisi murid-muridnya semuanya anak orang kaya raya dan tampak banyak gaya sehingga akademiknya kurang.
Salsa terus melangkah hingga tiba di toilet perempuan, ia segera masuk ke dalam toilet yang desain dalamnya seperti yang ada di hotel bintang lima, sangat indah sangat berbeda jauh dari toilet di SMA Garuda.
Ceklek....
Baru saja ia berdiri di depan wastafel, ia mendengar pintu di buka dan di kunci lalu menampakan empat murid laki-laki yang kini sudah berada di dekatnya dengan seringai menyeramkan.
"Ini toilet perempuan, ngapain kalian masuk kesini" sentak Salsa pada keempat murid laki-laki itu sembari memundurkan langkahnya
"Kita suka masuk ke dalam toilet perempuan, apalagi di dalamnya ada perempuan cantik" kata Salah satu murid laki-laki itu
"Heh, jangan macam-macam ya" teriak Salsa terus mundur
"Tadi kamu bilang SMA Pancasila minus dalam hal prestasi akademik, kan. Kita akan tunjukan pada kamu apa kelebihan yang di miliki SMA Pancasila, yaitu buat perempuan kayak kamu kehilangan masa depan"
Salsa jadi ketakutan mendengar perkataan laki-laki itu, ia pun menjerit minta tolong namun baru sekali jeritan mulutnya telah di bungkam oleh tangan salah satu laki-laki itu, bahkan ada yang memegangi tangannya.
Ia merasa detik ini juga, ia akan selesai. Satu lawan empat tentu tak bisa, untuk sekedar teriak saja ia sudah tak mampu tapi ternyata ketakutan itu hanya sebentar setelah ia mendengar suara dobrakan pintu.
Pintu toilet di paksa terbuka dari luar, sepertinya di dobrak dengan sangat keras. Kini menampakan laki-laki yang memiliki tubuh tinggi tegap, mata coklat tajam bak burung elang.
Seketika Salsa dilepaskan oleh keempat laki-laki itu, kemudian Salsa menyingkir lalu berdiri di wastafel paling ujung untuk melindungi diri sembari matanya menatap sang penyelamat.
Sepertinya ia pernah melihat wajah sang penyelamat itu namun lupa dimana, melihat keempat laki-laki itu mengeroyok sang penyelamat Salsa berteriak seakan tak ingin sang penyelamat di keroyok.
Apalagi ketika melihat bibir sang penyelamat mengeluarkan darah, belum lagi pipinya sedikit membiru akibat kena pukulan dari salah satu laki-laki yang mengeroyok itu, membuat Salsa semakin panik.
Namun saat fokus memperhatikan perkelahian itu Salsa melihat ada sesuatu yang mengganjal, di antara keempat laki-laki dan sang penyelamat hingga akhirnya Salsa kini tau karena melihat gelang persahabatan.
Salsa pun mengikuti permainan sang penyelamat, cukup lama menyaksikan perkelahian itu akhirnya sang penyelamat bisa mengalahkan ke empat laki-laki itu yang kini duduk di lantai menahan sakit di wajah mereka.
Hiks.... Hiks
Salsa pura-pura menangis ketakutan, sang penyelamat pun langsung mendekati Salsa dan memeluknya.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Rudi
Namun Salsa tak menjawab ia justru menendang masa depan milik Rudi, Rudi kesakitan berteriak histeris.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Salsa dengan nada menyindir
"Kamu ngapain? Udah aku selamatin gak tau diri"
Prok....Prok....Prok
"Waw! Akting yang sangat bagus, cocok sekali kalau kalian jadi pemain film" kata Salsa tersenyum sinis sembari menatap Rudi dengan tajam dan Rudi pun ikut menatap Salsa dengan tajam
Sedangkan keempat murid laki-laki itu menatap Salsa dengan tatapan bodoh.
"Kalau kalian mau buat persekongkolan bodoh itu, lepas dulu ini gelang" kata Salsa sembari menarik gelang milik Rudi dan tersenyum meremehkan
Gelang dengan motif yang sama pertanda persahabatan, dari situ semua orang bisa menebak bahwa kelima laki-laki di hadapannya saat ini adalah satu kelompok atau lebih tepatnya satu geng.
Kemudian Salsa kembali menatap Rudi dengan tatapan memikat, laki-laki mana pun jika melihat tatapan Salsa akan terhipnotis karena tatapan Salsa itulah andalan ia memikat semua laki-laki.
"Ternyata murid SMA Pancasila bukan minus diprestasi akademik saja, tapi otaknya minus juga buat berpikir" kata Salsa sembari menunjuk kepalanya
Dengan senyum angkuhnya Salsa melewati kelima laki-laki itu yang diam dan tak bisa berbuat apa-apa lagi, namun sejenak ia berhenti disamping Rudi sembari menggelengkan kepala dan berdecak penuh kemenangan.
"Gila tuh cewek, kayak cenayang" umpat Ibra sembari menggelengkan kepala
"Pantas dia pintar" sahut Robin
"Demi apa coba, bikin malu tau gak" kata Ibra kemudian meraup wajahnya
Sedangkan Rudi diam sembari mengepalkan tangannya dan menggertakkan rahangnya.
.
.
Kini Salsa dan para perwakilan SMA Garuda duduk di kursi yang ada di lapangan bola basket SMA Pancasila, mereka semua ingin menyaksikan pertandingan team basket SMA Garuda melawan team basket SMA Pancasila.
Sebuah pertandingan persahabatan namun begitu menenggangkan seperti hendak tawuran, bahkan saat pertandingan di mulai terlihat pertandingan itu begitu menyeramkan seperti sedang meluapkan dendam masing-masing.
Team basket SMA Pancasila ada Rudi sebagai kapten, cara ia bermain sungguh mengagumkan, terlihat santai namun tak bisa di lawan, bahkan dari tadi ia terus memasukkan bola ke ring.
Sorak Sorai dari Rudi lovers membuat suasana di lapangan bola basket semakin meriah, bahkan tak henti-hentinya semua murid perempuan memberi semangat pada Rudi.
"Kayaknya team basket sekolah kita akan kalah deh" kata Nabila menampakkan raut wajah cemas melihat team basket mereka sudah ketinggalan poin sangat jauh.
Sedangkan Salsa tak berkomentar sama sekali, ia tetap dengan posisinya melipat kedua tangannya didadanya, karena dari awal ia sudah bisa menebak kalau team basket mereka akan kalah.
Apalagi Salsa sangat tau bahwa team basket mereka memang sangat lemah, berbeda dengan team basket SMA Pancasila yang sudah terkenal dimana-mana kalau sangat jago.
Terdengar bunyi peluit panjang yang artinya pertandingan telah berakhir, sorak Sorai dari suporter team SMA Pancasila begitu meriah, SMA Garuda kalah telak karena satu pun tak mendapatkan poin sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments