Episode 20

Rayan melihat Malik sedang duduk bersandar di sofa. Pemuda itu membuka bajunya untuk melihat luka di punggungnya. Hanya meraba saja, takutnya luka itu kembali berdarah.

"coba aku lihat" Rayan duduk di samping Malik dan melihat punggungnya. "aman, nggak terjadi apapun"

Malik bernafas lega, setidaknya ia tidak harus kembali lagi ke rumah sakit untuk menjahit kembali lukanya.

"aku kira berdarah sebab aku rasa sakit dan perih" Malik memakai bajunya kembali.

"tunggu sebentar" Rayan beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Malik menuju ruang kerjanya. Setelahnya ia kembali lagi dengan kotak p3k di tangannya. "minum ini untuk meredakan rasa nyeri yang kamu rasakan. juga ini untuk membuat lukamu agar cepat kering, asal jangan terkena air dulu" Rayan memberikan dua tablet obat berbeda kepada Malik.

"kamu seperti dokter saja" Malik menerima obat itu.

"terkadang kita harus menjadi dokter bagi diri kita sendiri. Jika tidak, siapa yang akan peduli pada kita kalau bukan kita sendiri. Orang lain tidak akan peduli, terlebih lagi jika kita tidak saling kenal. Syukur syukur kalau ada teman satu atau dua orang yang membantu kita" Rayan menyimpan kotak itu di atas meja.

"maaf ya Ray, sejak pertama bertemu kami sudah merepotkan mu"

Rayan tersenyum dan menepuk pelan bahu Malik. "tidak sama sekali. Aku juga pernah berada di posisi kalian. Selagi bisa membantu tentunya akan aku bantu"

"permisi bos"

Suara seseorang membuat keduanya mengalihkan pandangan ke arah depan. Seorang wanita berdiri di dekat tangga memegang nampan berisi minuman juga kue yang di pesan oleh Rayan.

"simpan di atas meja" perintah Rayan.

Wanita itu melangkah dan menyimpan pegangannya di atas meja. Sementara Malik menatap lekat wanita itu seakan teringat sesuatu.

"mbak ini bukannya yang kami temukan di jalan tadi ya...?" Malik mulai teringat. "yang menunjukkan letak cafe Rayan" lanjutnya.

"iya mas, itu memang saya" wanita itu mengaku dan tersenyum.

"oh jadi kalian bertemu dengannya...? Dia ini Veelora pegawai aku di cafe ini. Kenalin Vee, dia teman aku namanya Malik"

"salam kenal mas"

"iya, salam kenal jug" Malik tersenyum. Kalau bisa jujur, Malik terpikat dengan senyuman Veelora. Wanita itu terlihat begitu lemah lembut dari raut wajahnya saja.

"saya permisi bos"

"iya silahkan"

Kepergian Veelora bertepatan dengan keluarnya Elang dari dalam kamar. Pemuda itu sudah terlihat segar setelah selesai membersihkan diri. Ia mengambil tempat di depan keduanya.

"mandi gih Mal, tapi lukamu jangan kenakan air ya"

"iya" Malik patuh dan masuk ke dalam kamar.

"jadi bagaimana ceritanya sampai kalian kabur dari rumah sakit...? Kamu tau, saat aku datang berita itu telah menghebohkan rumah sakit. Bahkan wajahmu dan juga wajah Malik sepertinya sudah jelas terekam cctv"

Elang menghembuskan nafas panjang, meneguk minuman kopi latte yang ada di depannya.

"kami berdua ternyata masih dicari oleh anak buah papanya Akira. Tidak menyangka juga aku, kalau mereka sampai datang ke rumah sakit memeriksa setiap kamar. Untungnya malam itu ada seseorang yang membantu kami kabur"

"seseorang...? Siapa...?"

"dia dipanggil dengan nama Bram. Aku tidak tau siapa dia. Dia membawa kami ke rumah seorang dokter yang sepertinya adalah temannya. Kamu tau, kami dijemput helikopter di atas atap rumah sakit itu. Dan yang lebih membuatku pusing, mereka malah juga menganggap aku sebagai Arjuna bahkan memanggil diriku dengan panggilan bos"

"bos...?" Rayan nampak kaget. Elang mengangguk dan lagi-lagi menghela nafas.

"haruskah aku operasi plastik agar wajahku ini berbeda dari Arjuna itu. Setiap hari aku merasa tidak nyaman dan tidak aman. Padahal aku dari desa, bagaimana bisa aku mempunyai kembaran di kota yang jauh ini"

"itu sih bisa saja. banyak kok orang yang bukan saudara kandung namun terlihat begitu mirip. padahal tidak memiliki hubungan darah apapun" Rayan mengambil ponselnya dan memperlihatkan sesuatu. "lihat, dia mirip denganku kan..?"

Mata Elang memicing memperhatikan foto yang ada di layar ponsel Rayan. kedua bola matanya bergerak memperhatikan Rayan juga laki-laki yang ada di dalam layar ponsel itu.

"ini kan kamu"

Jawaban Elang membuat Rayan terkekeh dan mengambil ponselnya dari tangan Elang. "itu bukan aku. Dia bernama Jefri, dan banyak yang bilang kami saudara kembar padahal bukan. Sayangnya dia sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. sebelum meninggal dia berpesan agar aku terus menjenguk kedua orang tuanya. Karena wajah kami yang begitu mirip, dia ingin aku menggantikan dirinya sebagai pengobat rindu orang tuanya kepada dirinya" Rayan menatap sendu sosok yang tersenyum di foto itu.

"kalian begitu mirip"

"mungkin begitu juga sebaliknya dengan kamu juga Arjuna itu. Tidak mungkin semua orang menganggap kamu Arjuna kalau kalian tidak lah mirip"

"entahlah, aku pusing memikirkan itu. aku datang ke sini hanya untuk mencari pekerjaan. Bagaimana aku bisa bebas jika banyak orang yang mengincar ku. Masa iya aku pakai topeng setiap hari"

"begini saja. Untuk sekarang sebaiknya kamu memakai masker dan topi saja jika kamu bertemu orang banyak. Hanya itu satu-satunya jalan"

Elang mengacak rambutnya frustasi. Semakin pusing kepalanya memikirkan semua itu. Jika seperti ini, dalam hatinya menyesal ia datang ke tempat itu jika pada akhirnya hanya akan membuat dirinya dalam keadaan bahaya.

"tapi ngomong-ngomong, dimana orang yang menyelamatkan kalian itu. kenapa malah kalian datang ke sini dan bertemu Vee di jalan...?"

"kami berdua kabur"

"kabur...? Kenapa...?"

"belum tentu dia juga orang baik. Bagaimana kalau dia sama seperti laki-laki yang bernama Steven itu. Tidak ada yang ku percaya jika mereka sudah mengenal Arjuna"

"kalau dia bukan orang baik, untuk apa dia menyelamatkan kalian berdua bahkan menyuruh teman dokternya untuk mengobati Malik. Kalau memang dia berniat jahat, sudah pasti kalian berdua sudah disiksa habis-habisan oleh mereka. Tapi apakah mereka menyakiti kalian...?"

Elang menggeleng kepala. Bram bersama kedua temannya tidak melakukan apapun pada mereka. Bahkan keduanya diberikan tempat tidur yang nyaman.

"lalu kenapa memilih kabur...?"

"otakku sudah dipenuhi dengan pikiran negatif Ray. Lebih baik menyelamatkan diri sekarang kan daripada terlambat"

"padahal kamu bisa meminta informasi lebih banyak lagi mengenai seorang Arjuna itu. kalau kamu sudah dipanggil bos, aku mengambil kesimpulan kalau mereka adalah anak buahnya Arjuna. Makanya itu laki-laki yang bernama Bram menyelamatkan nyawa kalian berdua"

Malik telah kembali dan bergabung bersama mereka. Pemuda itu sudah terlihat segar setelah mandi.

"jadi apa rencana kalian selanjutnya. Masih mau bekerja denganku...? Di cafe ini atau juga di bengkel. tapi kalau boleh bagaimana kalau kalian bekerja di cafe tapi bukan di sini"

"lah terus dimana...? Kamu mau membawa kami ke tempat orang lain...?" Malik menyahut.

"bukan, masih cafe punyaku tapi bukan di daerah sini melainkan di tempat lain. Cabang baru dari cafe Rayan dan Alhamdulillah sudah mulai ramai. Kalau di sini pegawainya sudah banyak. jadi gimana, kalian mau atau tidak...?'

"soal itu jangan ditanya lagi Ray. Sudah pasti kami berdua mau. Kalau nggak kerja gimana bisa makan dan kirim uang untuk keluarga di kampung" ucap Elang.

iya, aku juga jelas pasti mau" Malik langsung setuju.

"kalau begitu besok kita ke cafe Rayan dua. Hari ini kita pulang saja ke rumah. kalian berdua tinggal sama aku saja dulu. nanti setelah keuangan kalian membaik, kalian bisa mencari kontrakan. tapi kalau aku senangnya kalian tinggal bersama aku saja"

"dilihat kedepannya gimana lah. kami tidak ingin terus merepotkan mu Ray. makasih banget sudah mau membantu kami" ucap Elang.

"sama-sama, kita kan teman" Rayan tersenyum tulus.

Saat itu Rayan mengajak Elang juga Malik untuk pulang ke rumahnya. tidak lupa Elang memakai masker juga topi. dua benda itu akan terus melekat di tubuhnya sampai dirinya benar-benar aman ataukah tidak akan pernah aman.

"Raka, tolong lihat cafe ya. saya mau pulang dulu" Rayan berbicara dengan pegawainya yang laki-laki.

"baik bos" Raka mengangguk.

"cepat banget pulangnya bos, biasanya kan sore" Melani, wanita itu berdiri di samping Rayan.

"saya ada urusan"

"urus dua orang ini ya. Penting banget ya mereka bos" Melani menatap tidak suka kepada Elang dan Malik.

"astaga... Melani ini nggak tau diri banget" gumam salah satu pegawai lainnya.

Veelora hanya menggeleng kepala. Melani memang wanita yang sepertinya urat malunya sudah putus.

Tidak menjawab pertanyaan Melani, Rayan mengajak Malik juga Elang untuk pergi. Saat itu Malik melirik ke arah Veelora. Wanita itu tersenyum ketika pandangan keduanya bertemu. Malik membalas senyuman itu dan kemudian berlalu pergi.

"aku yakin mereka berdua pasti hanya jadi benalu" Melani mencerca.

"kerja Mel jangan hanya iri hati terus" Raka melewati dirinya. "bawa minuman ini ke meja 5"

Melani mendengus dan menghentakkan kaki. Ia kemudian membawakan pesanan pengunjung yang datang.

_____

"bagaimana keadaannya...?" Bram bertanya kepada Marco.

Setelah dari bertemu Perwira, Bram juga Marvel langsung menuju villa tempat dimana Selena di sembunyikan.

"pergerakan yang ia lakukan sudah menunjukkan hal yang positif. Kita berdoa saja semoga dirinya cepat sadar"

"aku pikir tadi dia akan segera sadar" ucap Niko.

"tetap pantau keadaannya dan laporkan kepada saya" Marco memeriksa jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Marvel, antar saya pulang. Hari ini aku harus melakukan operasi"

"bisakah kalian menerbangkan sendiri helikopter itu. Aku mengantuk sekali, ingin berkelana ke alam mimpi dulu" Marvel sudah berbaring memeluk bantal sofa dengan mata terpejam.

"jikalau ingin gajimu di potong, itu sama sekali tidak masalah" ucap Bram.

Dengan menggerutu Marvel bangun dan membuang bantal sofa di pelukannya. "heran banget, dikit dikit ngancam. Potong sapi kek sekalian biar makan daging"

"udah ah, ngomel mulu" Marco langsung menarik baju Marvel untuk ikut keluar bersamanya.

Ciko juga Niko ikut pulang bersama mereka sebab keduanya harus kembali ke tempat semula. menjadi bayangan dimana saja anak buah musuh berada. Selena telah dijaga oleh banyak pengawal di rumah itu.

"beritahu aku atau Marco jika ada sesuatu" Bram berbicara dengan anak buahnya.

"siap bos"

Mereka meninggalkan villa, meninggalkan Selena bersama anak buah Arjuna yang berjaga mengelilingi tempat itu.

Terpopuler

Comments

V3

V3

harusnya Malik dan Elang tdk kabur dr rumah Bram ,, tp sayang nya mereka mlh kabur 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2023-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!