Perjalanan yang begitu jauh dan melelahkan, lelah duduk di atas tumpukan karung dengan terik sinar matahari yang sudah begitu panas. Tadinya masih dalam keadaan segar, sekarang keduanya nampak kucel dan berkeringat.
siapa yang tidak akan mandi keringat jika berada di bawah sinar matahari yang begitu terik, gerah dan pengap....pengap karena polusi yang mulai mereka rasakan. Suara bising kendaraan saling menyahut dengan suara klakson baik kendaraan roda dua maupun roda empat.
"kita macam ikan asin yang dijemur saja El, panas sekali oi" Malik melap keringatnya akibat seluruh wajahnya ia tutupi dengan jaket. Alhasil ia keluar bagai orang yang cacingan, tidak tenang dan semakin gerah.
Elang pun menutupi kepalanya dengan sweater yang ia pakai. Rasanya kepalanya ingin pecah dan meledak.
Mobil pickup itu berhenti di sebuah pasar tradisional. Elang dan Malik langsung turun dan membantu menurunkan semua karung yang ada di mobil.
"terimakasih pak Gugun atas tumpangannya" ucap Elang setelah pekerjaan mereka selesai.
"sama-sama, tunggu di sini sebentar ya" pak Gugun menepuk pelan bahu Elang
"memangnya bapak mau kemana...?" tanya Malik.
"mau ke sana sebentar, tunggu di sini jangan kemana-mana"
Keduanya mengangguk dan pak Gugun segera meninggalkan mereka. Karena begitu lelah, mereka duduk di kursi plastik yang ada di dekat mobil.
"haus banget aku" Malik melap keringatnya di kening.
"cari minum yuk" ajak Elang.
"tapi kata pak Gugun kita tidak boleh kemana-mana"
"ummm kalau gitu kamu di sini saja biar aku yang cari minum"
"oke, jangan lama ya...udah haus banget"
"iya iya"
Elang beranjak meninggalkan Malik untuk mencari minuman. Di sekitar itu tidak ada warung yang menjual karena di tempat itu khusus penjual sayur dan ubi-ubian. Elang berjalan semakin jauh ke arah depan dan ia melihat seorang bapak yang menjual es dawet.
"beli itu aja kali ya, manis dan segar" gumamnya kemudian berjalan mendekati penjualan tersebut.
Ada beberapa orang pembeli dan Elang harus mengantri pastinya karena ia datang belakangan. Setelah itu barulah dirinya maju memesan dua es dawet.
"dua ya pak"
"baik mas"
Elang berdiri di samping penjual sambil matanya menelisik sekitar. Kini ia telah berada di tempat asing yang belum pernah ia datangi. Semua wajah asing masuk ke penglihatannya.
"betah nggak ya kira-kira" gumamnya. Elang melihat ke atas sana, langit biru terbentang luas. Dirinya memanjatkan harapan yang begitu besar untuknya demi keluarganya.
"ini mas"
Lamunan Elang buyar karena panggilan dari si bapak tadi.
"berapa pak...?" tanyanya dan mengambil kantung plastik putih berisi dua minuman dingin itu.
"10 saja"
Elang merogoh kantung celananya dan mengambil uang lima ribuan dua lembar kemudian memberikannya kepada si bapak.
"makasih ya pak"
"sama-sama mas".
Elang kembali berjalan menenteng kantung plastik di tangan kanannya.
"eh bentar bentar...tadi itu aku lewat mana ya" gumamnya sambil menggaruk kepala.
Karena sudah jauh melangkah akhirnya ia lupa dimana tempat mereka berhenti tadi. Sambil celingukan mencari jalan yang ia lewati tadi, ia berhenti di depan kios dan menaruh tas di sampingnya.
"tadi kayaknya dekat dengan penjualan ikan ya" Elang nampak sedang berpikir. "aku tanya saja dulu lah"
Baru hendak berdiri untuk mendekati seorang ibu yang duduk di depan kiosnya, Elang harus dikagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba datang mendorong tubuhnya hingga terjungkal kemudian tasnya diambil dan dibawa kabur.
"WOI...TASKU WOI"
Elang melempar plastik yang ia pegang dan mengejar seseorang yang mengambil tasnya tadi. Semua orang menoleh ke arahnya ketika ia terus berteriak memanggil laki-laki yang melarikan diri.
"WOI... KEMBALIKAN TASKU"
Laki-laki itu berlari keluar dari pasar, tentu saja Elang tidak ingin membiarkan orang itu lolos. Sekuat tenaga ia terus mengejar bahkan menerobos lampu merah dimana semua orang terkejut melihat aksi kejar-kejaran itu.
Saat semakin dekat, Elang melompat menginjak tiang listrik kemudian melayangkan tendangan di punggung laki-laki itu sehingga laki-laki itu terjatuh dan tas yang ia pegang terlempar.
hap....
Tas Elang ditangkap oleh seseorang yang memang lewat di jalan itu. Sementara laki-laki tadi langsung melarikan diri tanpa berniat mengambil tas itu lagi.
Elang mendekati seseorang yang memakai masker dan topi juga jaket, orang itulah yang menangkap tas Elang tadi.
"emmm permisi mas atau mbak, itu tas saya" ucap Elang sopan. Ia tidak tau apakah yang bersamanya sekarang adalah laki-laki atau perempuan, maka dari itu Elang memanggilnya dua panggilan sekaligus.
Sosok itu diam dan menundukkan kepalanya, dia tidak ingin Elang melihat wajahnya padahal sebenarnya Elang memang tidak bisa melihat wajah orang itu. Sosok itu langsung memberikan tas yang ia pegang kepala Elang.
"terimakasih" Elang begitu bersyukur dapat menemukan tasnya kembali.
"sama-sama"
"eh perempuan ternyata" batin Elang ketika mendengar suara sosok yang bersamanya itu.
"kalau begitu saya permisi mbak" Elang mengatupkan kedua tangan di depan dada dan balik kanan untuk pergi.
Namun ketika membalikkan tubuhnya, dirinya dikejutkan dengan beberapa orang yang berseragam hitam. Semua laki-laki itu memakai jas hitam. Mereka berdiri tidak jauh darinya juga dengan sosok perempuan tadi.
Akan tetapi bukan hanya Elang yang terkejut, semua orang itu terkejut melihat keberadaan Elang. Mereka bagai melihat sosok hantu yang menyeramkan.
"k-kamu...?" salah seorang menunjuk Elang dengan tangan bergetar.
"saya mas...?" Elang menunjuk dirinya sendiri.
"tidak mungkin... apakah aku salah lihat" satunya lagi mengucek matanya dengan kedua tangannya. Hal itu membuat Elang bingung dan menggaruk kepala.
"mereka kenapa sih, aneh banget" batinnya kebingungan.
perempuan tadi langsung membalikkan tubuh Elang dan keduanya saling berhadapan. Ketika melihat wajah Elang begitu jelas, perempuan itu seketika membuka masker dan topinya.
Kedua mata Elang berkedip-kedip menatap wajah wanita cantik yang berada di depannya. Putih mulus tanpa jerawat satupun. Wajah wanita itu begitu cantik bagai bule di negara luar. Hidung, mata dan semua yang ada pada wajahnya tidak terlihat seperti wanita lokal.
Wanita itu tanpa aba-aba langsung menarik tangan Elang untuk mengikutinya berlari.
"nona Akira... berhenti nona" suara seseorang yang berbaju kemeja hitam itu meneriaki wanita yang mengajak Elang untuk kabur dari tempat itu.
Alhasil orang-orang itu tentu saja mengejar keduanya. Lebih tepatnya mengejar wanita tadi sebab memang wanita itu yang mereka incar atas suruhan dari bos mereka, ayah dari si wanita itu.
"hei mbak mau dibawa kabur kemana aku..?" Elang menghentikan larinya dan menarik tangan wanita itu, alhasil wanita yang bernama Akira itu tertarik ke belakang dan menubruk dada Elang.
Akan tetapi karena mereka berdua masih dalam pengejaran, wanita itu kembali menarik tangan Elang dan mereka berdua berlari memasuki gang yang sempit.
"masuk di sini" wanita itu menyuruh Elang untuk masuk di sebuah drum yang besar.
"hah...? Tidak salah...?"
"cepatlah sebelum mereka menemukan kita" desaknya lagi.
Elang akhirnya menurut dan masuk ke dalam drum itu, setelahnya wanita itu menutupi dengan tripleks yang ada di samping tumpukan sampah. kemudian selanjutnya wanita itu masuk ke drum yang satunya, dan menutupi di atasnya.
Tidak lama suara rombongan langkah kaki terdengar mengarah ke arah mereka sampai kemudian orang-orang itu berhenti tepat di dekat dua drum tadi.
"cepat sekali larinya. Nona Akira kuat juga ternyata" salah seorang ngos-ngosan dan mengatur nafas.
"gimana ini, kita kehilangan nona Akira lagi"
"kita kembali"
"kamu yakin...? bos pasti marah besar"
"nanti kita cari lagi, ayo. Mereka pasti belum jauh dari tempat ini"
Mereka semua memutuskan untuk meninggalkan gang itu. Di langkah kaki mereka, seseorang menghubungi nomor yang bertuliskan bos di ponselnya.
panggilan tersambung.
[halo Steven... bagaimana sudah temukan Akira...?]
[dia berhasil lolos lagi bos]
[ah anak itu, semakin keras kepala saja dia. Tapi dia baik-baik saja kan. Aku takutnya dia ditemukan oleh anak buah Manuel]
[dia baik bos, dia tidak memperlihatkan wajahnya jadi anak buah Manuel tidak akan mengenali dirinya]
[baguslah, kalau begitu biarkan saja nanti juga dia akan pulang sendirinya. sebaiknya kalian pulang]
[tapi dia tidak sendiri bos, dan bos pasti akan terkejut mendengar berita ini]
[terkejut bagaimana, memangnya putri saya bersama siapa...?]
[Arjuna bos...dia bersama Arjuna, laki-laki itu masih hidup]
[hahaha] suara tawa terdengar di sebrang sana, menertawakan kabar dari anak buahnya yang ia anggap begitu lucu.
[kamu sangat lucu Steven, lucu sekali]
[aku sedang tidak melucu bos, aku serius kalau nona Akira bersama Arjuna]
[hei sudahlah, jangan mengarang cerita yang bukan-bukan. Arjuna sudah lama mati, tenggelam di dasar laut. tubuhnya pasti sudah menjadi santapan ikan hiu]
[tapi bos]
"ayo dong sayang, lama banget sih nelponnya" suara manja seorang wanita terdengar jelas di telinga Steven.
"aaah...kamu nakal baby" suara d****an keluar dari mulut laki-laki itu.
tuuuuuut...
Panggilan berakhir, Steven menghela nafas panjang dan memasukkan ponselnya di saku jas miliknya.
"bagaimana Stev...?" tanya temannya.
"bos tidak percaya" Steven menjawab sambil mengambil rokok di saku celananya dan membakar ujungnya.
"bos tidak marah...?"
"tidak" Steven menjawab singkat.
"tumben sekali"
"masa iya bos tidak percaya dengan kita"
"jelas bos tidak akan percaya, semua orang bahkan di dunia juga sudah tau kalau Arjuna Wiguna sudah mati"
"mungkin tadi itu hanya sepintas kita lihat kalau laki-laki tadi sama dengan Arjuna. Bisa saja ketika kita melihatnya dengan teliti dia bukanlah Arjuna, hanya mirip sekilas saja" yang lain berpendapat.
"mungkin juga" Steven manggut-manggut. "kita kembali, kata bos nona Akira pasti akan pulang seperti biasanya walaupun berminggu-minggu" Steven menjatuhkan rokoknya dan menginjaknya kemudian mereka pergi meninggalkan tempat itu.
Di rasa aman, Akira membuka penutup drum kemudian mengeluarkan kepalanya untuk melihat sekitar. Semua anak buah ayahnya sudah tidak ada. Akira keluar dengan susah payah kemudian mendekati drum yang dimasuki oleh Elang.
Akira membuka penutupnya dan saat itu juga Elang langsung mengeluarkan kepalanya.
"haaaah... hampir mati aku di dalam" Elang menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Dilihatnya Akira berada begitu dekat dengan dirinya, wanita itu terus tersenyum dan menatap sendu kedua matanya.
"emmm...permisi mbak, boleh kamu menjauh sedikit karena aku harus keluar dari tempat yang sempit ini" ucap Elang ketika Akira terus menatap Elang dengan terus tersenyum.
Akira mengangguk kemudian mundur beberapa langkah. Elang berpegangan di kedua sisi dan melompat keluar dari drum itu. Namun belum juga dirinya berdiri tegak, Akira langsung menubruk tubuhnya dan memeluknya.
"eh" Elang kaget dipeluk tiba-tiba.
"aku kangen, kangen banget. Tuhan menjawab doaku dan membuktikan kalau ternyata kamu masih hidup" Akira meneteskan air mata. Ia peluk Elang seerat mungkin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
V3
yaaaa ... Elang bandel bgt sih pke sgla prgi kn dh di bilangin jgn pergi dn suruh tggu.
kini Elang mlh sdh pergi jauuuh dr pasar.
kasihan Malik
2023-08-20
0