Episode 14

"Arjuna" Bram memanggil lirih Elang dengan sebutan nama sahabatnya.

Sementara Elang sendiri, bergerak maju selangkah memperhatikan wajah Bram yang seakan tidak asing baginya. kedua alisnya saling bertaut dengan kening yang mengekerut mencoba mengingat dimana ia pernah melihat Bram sebelumnya.

"oh...mas bukannya yang saya tabrak di SPBU kemarin ya" wajah Elang sumringah mengingat itu. jarinya menjentik dan menunjuk Bram dengan raut senyuman.

"kamu... tidak mengenalku...?" pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulut Bram, pertanyaan yang begitu ingin ia tahu jawabannya.

"hah..?" raut wajah Elang kebingungan kemudian menatap Bram dari kepala sampai ujung kaki. "memangnya mas ini siapa...?" tanyanya dengan wajah penuh tanda tanya.

"aku...."

belum sempat menjawab, Bram mendengar suara riuh di lantai itu. Bram membuka pintu untuk melihat apa yang terjadi di luar. Elang pun mendekat dan mengeluarkan kepalanya untuk melihat keadaan di luar.

"ASTAGA... bagaimana bisa mereka ada di sini" Elang menarik badannya masuk kembali ke dalam. Pekikaknnya itu membuat Bram terkejut dan segera ia menutup pintu.

"aduh bagaimana ini.... bagaimana" Elang panik dan bahkan menggigit ibu jarinya. Ia mendekati Malik yang masih tertidur pulas.

"Malik bangun Mal" Elang membangunkan Malik. pemuda itu mengerjapkan mata dan menatap Elang yang berdiri di sampingnya.

"kenapa El...?" dengan suara serak Malik bertanya. Ia bahkan bangun dan duduk bersandar. "ada apa...? kenapa wajahmu tegang seperti itu...?"

"kita harus pergi dari sini, orang-orang itu ada di rumah sakit ini sekarang. bisa gawat kalau mereka menemukan kita. Bisa mati benaran kita Mal. Ayo turun dan kita pergi sekarang" Elang membantu Malik untuk turun dari ranjang.

Bram semakin penasaran dengan keduanya. Ia pun melangkah kembali ke pintu dan melihat anak buah Danuela sedang menggeledah setiap kamar. Masih tersisa empat kamar lagi sebelum mereka sampai di kamar rawat Malik.

"itu anak buah Danuela. Apa mereka mencari kedua orang ini...?" Bram bergumam, ia mengalihkan pandangan kepada dua pemuda yang bersiap untuk kabur.

Bram menutup pintu dan mendekati Elang juga Malik. "ikut denganku" Bram menarik tangan Malik untuk mengikutinya.

Elang hendak menolak namun Bram sudah melesat keluar. Ia pun segera menyusul dengan berjalan cepat mengikuti mereka. Topi yang dibelinya di minimarket menjadi penghalang wajahnya agar tidak terlihat.

Ketiganya mengambil jalan arah yang berlawanan, sehingga anak buah Danuela tidak melihat mereka. Ketika itu Bram membawa mereka menuju lift. Akan tetapi rupanya yang keluar dari kotak itu adalah anak buah Danuela.

"ini mereka" teriak salah seorang.

Bughhh

Bughhh

Buaaak

Bram langsung melayangkan pukulan dan juga tendangan kepada mereka sehingga anak buah Danuela masuk kembali ke dalam lift dan saling menindih.

"WOI MEREKA KABUR. NGAPAIN MASIH DI SITU BEGO"

Mereka yang masih memeriksa setiap kamar bergegas mengejar ketiganya. Yang berada di dalam lift pun ikut mengejar. Lewat tangga darurat bukannya turun Bram malah mengajak mereka naik ke atas sebab anak buah Danuela ternyata ada yang menggunakan tangga tersebut dari lantai bawah.

"aw... punggungku sakit" Malik meringis sebab guncangan yang diakibatkan olehnya membuat lukanya terguncang.

"kalian naiklah, sampai di lantai paling atas. Saya akan menghalau mereka" Bram menarik Elang juga Malik untuk melewati tubuhnya.

"tapi mas"

"naiklah dan tunggu saya di sana"

Drap

Drap

Drap

Suara kaki yang berlari sudah semakin dekat. Elang langsung menarik tangan Malik untuk berlari kembali. baru juga sampai di lantai berikutnya, suara tembakan terdengar jelas di telinga keduanya. Mereka berhenti dan saling pandang dengan perasaan yang berkecamuk.

"El bagaimana ini...?" Malik begitu panik. Ingin kembali namun tidak mungkin sebab mereka tidak memiliki senjata apapun.

"ayo... dia menyuruh kita untuk menunggunya di atas" Elang menarik lagi tangan Malik.

Di lantai delapan adalah lantai paling akhir dari gedung rumah sakit itu. Keduanya membuka pintu untuk bisa masuk ke atap gedung itu. Ketika sampai, Malik menjambak rambutnya dengan nafas yang ngos-ngosan.

"El...kenapa kita malah datang di sini. Ini jalan buntu El, tidak ada jalan keluar selain kembali ke tempat tadi"

Elang yang memegang kedua lututnya dengan tubuh yang membungkuk, dirinya langsung meluruskan badannya dan melihat sekitar. benar saja, tidak ada jalan keluar selain mereka harus melompat dari ketinggian itu. Bukankah itu sama saja namanya bunuh diri.

"sial...kenapa malah terjebak di sini" Elang mengumpat dengan kesal.

Melihat sekeliling tidak ada jalan untuk menyelamatkan diri. Elang mendekati Malik yang sedang memegang lukanya yang kembali berdarah.

"Mal, lukamu berdarah" Elang melihat punggung Malik. "kamu masih kuat kan...?"

"masih" Malik mengangguk, namun wajahnya terlihat meringis karena sakit yang ia rasakan.

Elang mendekati pintu dan membukanya. Belum ada tanda-tanda kedatangan Bram. Akhirnya ia berencana untuk mencari lift di lantai terakhir itu agar mereka bisa kembali ke lantai paling bawah.

Elang menghampiri Malik dan menariknya untuk mengikutinya. Baru juga keluar dan menjauh beberapa langkah, suara derap kaki yang berlari terdengar jelas. Tidak lama keduanya melihat Bram terburu-buru sampai di ujung tangga. Di belakangnya masih ada anak buah Danuela yang mengejarnya.

"KENAPA MASIH DI SITU...?" teriak Bram. Ia kira Elang juga Malik sudah di tempat yang mana namun ternyata kedua pemuda itu malah berada di tempat yang paling berbahaya untuk keduanya.

Dor

Dor

buaaak

bughhh

Bram menghadapi anak buah Danuela, tidak peduli seberapa banyak mereka, dirinya tetap bertarung melawan.

"Mal... masuklah kembali, aku harus membantunya" Elang mendorong tubuh Malik kembali ke arah pintu.

"tapi El" Malik menahan lengan Elang. "bahaya El, jangan gegabah"

Elang hanya tersenyum kemudian mendorong Malik masuk ke dalam dan menutup pintu itu. Elang berlari cepat dan melayangkan tendangan di kepala salah satu anak buah Danuela. Keduanya bertarung melawan orang-orang itu.

Jleb

Jleb

Bughhh

Bram kini menggunakan pisau lipatnya kemudian menusuk paha juga punggung musuhnya. Dengan begitu mereka kesulitan untuk bergerak. Elang menelan ludah ketika melihat Bram tanpa beban menggunakan pisau lipat itu melukai orang-orang itu.

"ARJUNA DIBELAKANG" Bram berteriak ketika Elang tidak fokus dan hanya memperhatikannya.

Elang berbalik dan ketika itu sebuah tembakan melesat ke arah Elang. Hampir saja nasibnya sama seperti Malik jika Bram tidak mendorong tubuhnya terjungkal ke lantai sementara Bram terkena tembakan itu di lengannya.

"MAS"

Dor

Bram menembaki orang yang menembak Elang tadi. Tepat di kepala, laki-laki itu langsung mati di tempat.

Bram menarik Elang untuk kabur sebab ternyata mereka begitu banyak. Ketika mereka memasuki pintu itu, Elang segera mencari kayu untuk mengaitkan di gagang pintu sehingga sulit untuk membukanya dari luar.

"darah" Malik menunjuk lengan Bram yang berdarah.

"astaga mas, aduh bagaimana ini. Sepertinya mas harus diobati" Elang panik melihat darah mengucur dari lengan Bram sampai di tangannya.

Bram tidak merespon kepanikan Elang. Laki-laki itu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Ia memberikan lokasi dimana dirinya berada setelah itu Bram mematikan panggilan.

Sraaak

Sraaak

Bram merobek lengan bajunya dan mengikat luka tembak yang ia alami agar darah tidak terus menerus keluar.

Elang diam melihat Bram yang sama sekali tidak merasakan sakit. Padahal sahabatnya sejak tadi meringis karena perih dan ngilu di punggungnya akibat terkena tembakan itu.

Bram mengalihkan mata ke arah Malik yang sedang bersandar di pintu. Di luar, anak buah Danuela berusaha membuka pintu itu.

seketika Bram teringat dengan Marco, ia pun kemudian menghubungi dokter itu.

[apakah tidak bisa kamu membiarkan aku istirahat sebentar saja. Aku baru saja menutup mata] Marco memberenggut di ujung sana.

[aku akan ke rumahmu. Siapkan alat-alat medis mu]

[memangnya kenapa...? Kamu terluka lagi...?]

[menurutmu...?]

Jawaban Bram membuat Marco jengkel dan menarik nafas kasar.

[cari dokter lain, aku mau tidur]

[berani menolak... ku bom rumahmu]

[ASTAGA] Marco mengacak rambutnya kasar. [ya sudah...aku tunggu di rumah. Bye]

sudut bibir Bram terangkat, ia kemudian menatap ke arah Elang yang sedang duduk di samping Malik namun kedua matanya mengarah kepadanya.

"mas ini sebenarnya siapa...? kenapa menolong kami dengan mengorbankan diri terkena tembak seperti itu...?" Elang menatap Bram dengan tatapan dingin. ketika mendengar Bram memanggil dirinya dengan panggilan Arjuna, Elang mulai berpikir kalau Bram adalah orang yang mengenal Arjuna.

Belum juga menjawab, sebuah helikopter terlihat dari jarak jauh. Kendaraan berbentuk seperti capung itu, mendekati mereka kemudian perlahan mendarat di atap rumah sakit.

Dughh

Dughh

Pintu semakin diserang brutal. Bram menyiapkan pistolnya dan ia arahkan ke depan.

"naik" ucapnya.

Elang sebenarnya begitu ragu untuk mengikuti Bram, akan tetapi keduanya akan tidak selamat kalau tidak mengikuti laki-laki itu. Meskipun sebenarnya dalam hati ia begitu was-was karena di pikirannya bisa jadi Bram akan menyakiti mereka seperti yang dilakukan Steven.

"aku bilang naik" tegas Bram.

Elang segera membantu Malik untuk berdiri kemudian mendekati kendaraan udara itu. keduanya naik dan duduk berdampingan sementara itu tidak lama pintu terbuka lebar. Bram segera berlari dan melompat ke dalam helikopter.

Segera benda itu terbang kembali, semua anak buah Danuela melesatkan tembakan namun sia-sia karena mereka semakin jauh.

Terpopuler

Comments

LANANG MBELING

LANANG MBELING

Makin penasaran aja gua

2023-09-14

1

Vee J. kiki

Vee J. kiki

ada yg tau IG author awan biru gak???

2023-09-11

0

V3

V3

tenang saja elang ,, Bram itu adalah sahabat nya Arjuna , justru Bram yg akan melindungi kalian

2023-09-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!