Episode 7

Pertemuan pertama bagi Elang. melihat Danuela menatapnya lekat bagai orang yang menampakkan ekspresi terkejut, Elang jadi semakin cemas. Apakah memang benar semua orang mengenalnya sampai siapapun melihatnya harus kaget seperti itu.

"papa, lihat siapa yang aku bawa" Akira bangkit dan tersenyum lebar menghampiri Danuela. "dia mas Arjuna pah, lihatlah pah mas Arjuna memang masih hidup. Berita kematiannya itu bohong. Bukankah aku sudah mengatakan kalau mas Arjun tidak segampang itu untuk dibunuh oleh musuhnya. Sekarang mas Arjun kembali pah, dia kembali dipelukan Akira" Akira memeluk Danuela. Perasaan senang tidak bisa ia sembunyikan. Sementara Danuela, tidak bergeming sedikitpun melihat Elang yang juga sedang menatapnya.

"El, kok dia natapnya macam macan mau nerkam ya" lagi-lagi Malik berbisik.

Elang sendiri merasa tidak nyaman dengan tatapan Danuela kepadanya. Bahkan Malik pun merasakan ngeri-ngeri sedap melihat tatapan dingin dari papa seorang wanita yang mengakui Elang adalah calon tunangannya.

"pah...papa kok diam saja. papa nggak senang mas Arjun kembali...?" Akira melerai pelukan untuk melihat wajah papanya, namun kedua tangannya masih melingkar di leher Danuela.

Yang tadi wajah Danuela berekspresi dingin, kini wajah laki-laki yang sudah tidak muda itu lagi namun masih terlihat muda dan bahkan bisa dikatakan dirinya tidak terlihat seperti laki-laki yang berumur empat puluh lebih, Danuela tersenyum membalas tatapan putrinya dan mengecup singkat kening Akira.

"tentu saja papa senang. Papa hanya kaget saja bagaimana bisa orang yang sudah mati tapi hidup kembali"

"itu karena mas Arjun..."

"saya bukan Arjuna pak, nama saya Elang bukan Arjuna. Sepertinya saya harus meluruskan kesalahpahaman ini. sudah sejak tadi saya katakan kalau saya bukanlah Arjuna akan tetapi putri bapak tetap kekeuh mengatakan kalau saya calon tunangannya" Elang akhirnya bersuara, ia dengan cepat memotong ucapan Akira.

Akira yang masih memeluk leher Danuela, segera berbalik dan menggeleng kepala.

"mas, ini nggak lucu ya. Nggak mungkin kalau kamu bukan mas Arjun. Coba ingat-ingat lagi, aku tau pasti kepala mas Arjun mungkin pernah terbentur sehingga mas tidak mengingat aku, tidak mengingat semuanya" Akira mendekat Elang namun Elang menjauh dengan menarik Malik bertukar posisi dengannya.

"mohon maaf, tapi saya memang mengatakan yang sebenarnya kalau saya bukanlah Arjuna" Elang tetap menjelaskan, ia harus meluruskan semua itu.

"nggak... nggak mungkin. jangan membohongiku mas. Apa mas Arjun melakukan semua ini agar bisa kembali dengan Selena...? Nggak, aku tidak akan membiarkan itu, nggak akan" Akira meninggikan suaranya.

Danuela mendekat Akira memeluknya dan mencoba menenangkannya.

"sayang tenanglah, tenang"

"aku nggak mau kehilangan mas Arjun lagi pah. Mas Arjun harus jadi milikku, dia harus jadi milikku pah" Akira memberontak di pelukan Danuela.

Elang menarik Malik untuk dekat dengannya. Keduanya saling pandang dan seakan tau apa yang ada di dalam pikiran masing-masing. melihat tingkah Akira sekarang, keduanya mulai berpikir kalau wanita itu begitu terobsesi dengan laki-laki yang bernama Arjuna.

"kita pamit pulang saja El, aku tidak nyaman lagi berada di sini" Malik berkata dengan pelan.

Elang menganggukkan kepala. Masih dilihatnya Akira terus memberontak di pelukan Danuela.

"Steven, ambilkan apa yang aku perlukan" teriak Danuela.

Steven bergerak cepat ke lantai dua. Entah mengambil apa, sementara Elang juga Malik masih setia di tempat mereka berdiri. Apalagi Akira sekarang semakin meronta dan memanggil-manggil nama Arjuna. tidak lama Steven datang dengan jarum suntik yang ada di tangannya.

"lakukan sekarang" perintah Danuela.

"nggak mau...aku nggak mau tidur....papa aku nggak mau" Akira memukul dada Danuela, bahkan wanita itu tidak segan menggigit lengan Steven ketika jarum suntik itu sudah masuk ke dalam kulit mulusnya.

Perlahan-lahan pukulan Akira semakin melemah dan setelahnya wanita itu tertidur. Danuela segera menggendong Akira membawanya ke kamar yang ada di lantai dua.

"bagaimana ini El...?"

"kita pergi saja"

"tapi lihatlah di dekat pintu, mereka begitu sangar. Apa iya mereka tidak akan memukul kita"

" kita tidak bersalah jadi kenapa mereka harus memukul kita" Elang kini memutuskan untuk pergi. "maaf mas, sepertinya kami harus pergi. Urusan kami di sini sudah selesai. Saya ke sini hanya untuk mengatakan hal yang saya katakan tadi" Elang bersuara. "ayo Mal" Elang menarik tangan Malik untuk segera pergi dari rumah itu.

hanya beberapa langkah saja, keduanya berhenti ketika Danuela mengeluarkan suara.

"siapa yang menyuruh kalian untuk pergi...?"

Elang dan Malik membalikkan badan. Danuela menuruni anak tangga dengan menggulung lengan baju kemejanya sampai di siku.

"kami tidak mempunyai urusan lagi di sini. Jadi bisa kan kalau kami pergi. Lagi pula putri bapak sudah salah paham"

Danuela berjalan mendekati sofa dan duduk di tempat empuk itu. Satu kakinya ia silangkan dan berada di atas paha kanannya. Sementara kedua tangannya bersidekap dan kedua matanya menatap lekat ke arah dua pemuda yang berdiri tidak jauh darinya.

hanya berselang beberapa detik, senyuman Danuela terukir di bibirnya.

"coba saja kalian pergi kalau kalian berdua ingin nyawa kalian melayang saat ini juga"

"apa maksud bapak...?"

"kamu tidak tau nyawa melayang...?" Danuela tersenyum menyeringai. "oke, akan saya perjelas. Artinya adalah kalian berdua akan mati"

Deg....

Jantung Elang berdegup kencang, kedua tangannya mengepal dan ekor matanya melirik anak buah Danuela yang berdiri mengelilingi mereka.

"apa yang membuat anda dengan berani membunuh kami sementara kami berdua tidak melakukan kesalahan" Elang mencoba bersikap biasa saja padahal sebenarnya ia sudah mulai khawatir.

Malik menelan ludah dengan susah payah ketika menatap anak buah Danuela yang sedang menatap mereka dengan tatapan tajam.

Steven sedari tadi hanya diam. kemudian ia bangkit dari duduknya dan mendekati Danuela, membisikkan sesuatu di telinga laki-laki itu.

setelahnya Danuela kembali melihat ke arah dua pemuda yang masih tetap berdiri. dua pemuda itu sudah menyimpan perasaan yang mulai was-was.

"putriku mengira kalau kamu adalah Arjuna. Karena bertemu denganmu putriku kembali depresi lagi. Bukankah harusnya kamu bertanggungjawab"

"apa yang harus saya pertanggungjawabkan sementara saya tidak melakukan apapun. Sudah saya jelaskan bukan kalau saya bukanlah Arjuna, tapi putri bapak saja yang terus menganggap saya adalah Arjuna. Lagi pula saya sama sekali tidak tertarik dengan putri bapak, jadi jangan halangi saya untuk pergi"

Elang memutar tubuhnya dan menarik Malik. Saat itu juga semua anak buah Danuela mengeluarkan pistol dari kantung jas mereka dan mengarahkan ke arah keduanya. Alhasil langkah keduanya kembali terhenti bahkan sebelum sempat mengambil satu langkah saja.

"El" Malik mulai bergetar. Kedua telapak tangannya berubah menjadi dingin. Elang dapat merasakan itu. Ia pun sama, bahkan keringat dingin mulai keluar dari pori-porinya.

"tenang El tenang, kuasai dirimu. Jangan panik, jangan panik. tetap tenang dan fokus" Elang mencoba meyakinkan dirinya dalam hati. Genggaman tangannya tidak ia lepaskan dari tangan Malik.

"ringkus mereka" perintah Danuela.

Steven mengkode dua orang untuk meringkus Elang juga Malik. Ekor mata Elang melirik jikalau laki-laki itu menyimpan pistolnya di kantung celana bagian belakang. Ketika kedua tangannya hendak dipelintir ke belakang. Elang menubruk hidung laki-laki itu dengan kepalanya. Laki-laki itu berteriak kesakitan dan bukan hanya sampai di situ. Elang segera mengambil pistol yang ada di kantung celana laki-laki itu dan menjadikan laki-laki itu sebagai sandera.

"jangan mendekat atau kepalanya aku pecahkan" pistol di tangannya sudah bertengger di kepala anak buah Danuela.

sementara Malik, pemuda itu menginjak kaki anak buah Danuela yang akan mengikat kedua tangannya kemudian ia menendang barang kehidupan laki-laki itu. Hanya dalam satu kali tendangan menggunakan lututnya, laki-laki itu langsung ambruk di lantai. Malik dengan cepat mengambil pistol laki-laki itu dan mengarahkan ke arah anak buah Danuela.

"mundur kalian" Elang mengancam.

Keduanya pelan-pelan menjauh dan berjalan mundur ke ruang tamu. Akan tetapi apa yang mereka rencanakan tidak sesuai dengan apa yang ada di pikiran Elang.

Elang berpikir anak buah Danuela keselamatan mereka lebih penting maka ia pun menyandera salah satunya. Sayangnya rupanya Steven menarik pelatuk pistolnya dan menembak anak buah Danuela yang disandera oleh Elang. Tepat di kepalanya, peluru pistol itu menembus di bagian belakang kepalanya.

Elang terkejut bukan main. Laki-laki itu ambruk seketika dengan darah yang mulai mengalir ke lantai. Kedua tangan Elang bergetar, pistol yang ia pegang hampir terlepas dari tangannya.

Malik pun tak kalah kagetnya. dirinya mencari cara agar mereka bisa kabur dari tempat berbahaya itu. ketika itu Malik melihat lampu hias yang bergelantungan tepat di atas kepala Danuela.

tanpa pikir panjang, Malik mengarahkan pistolnya ke atas dan menembaki lampu hias itu. Ulahnya itu membuat semua orang panik, apalagi lampu hias itu mulai jatuh ke bawah.

"BOS"

Steven melompati Danuela, menyelamatkan nyawa bosnya itu. hampir saja Danuela tertindih oleh lampu besar itu. Semua orang menunduk karena pecahan kaca lampu itu berserakan. Kesempatan itu digunakan Malik untuk menarik Elang dan melarikan diri.

Terpopuler

Comments

V3

V3

mmg dasar orang jahat ,, gak punya akhlak tuh

2023-08-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!