Episode 9

Dua jam lamanya Elang menunggu dan selama itu pula dirinya terus bergerak duduk, berdiri dan seterusnya seperti itu sampai pintu ruang operasi terbuka.

"Malik"

Elang dengan cepat menyongsong ke arah Malik yang baru saja keluar dari ruang operasi bersama dua perawat dan seorang dokter wanita.

"teman saya mau dibawa kemana dokter...?" tanyanya ketika Malik di bawa menjauh darinya.

Dokter yang mengoperasi Malik kemudian berhenti di depan Elang dan tersenyum.

"pasien akan dipindahkan ke ruang rawat. Untuk sekarang dia belum sadarkan diri sebab obat bius yang saya suntikkan belum sepenuhnya hilang. Mungkin satu jam lagi dia akan siuman"

"operasinya berhasil kan dok...?"

dokter itu tersenyum lagi dan mengangguk. Elang bernafas lega dan mengucapkan syukur berulang kali.

"silahkan ditemani temannya mas. Saya akan berkunjung untuk memeriksa kondisi pasien satu jam lagi"

"iya, terimakasih dokter"

"oh sama satu lagi mas. mas silahkan menghadap ke pihak administrasi ya, untuk mengurus semua pembayarannya. Kalau begitu saya permisi"

dokter itu berlalu pergi sementara Elang masih diam ditempatnya.

"pembayaran" gumamnya. Ia mengambil dompet yang ada di dalam tasnya dan memeriksa isi di dalamnya.

Hanya ada satu juta di dalam dompetnya. Uang itu ia pegang dengan erat dan wajah yang murung.

"apakah cukup hanya sebanyak ini"

Elang kembali duduk di kursi tunggu ruang operasi. ia membuka tas Malik dan mencari dompet sahabatnya itu. Di dalam dompet sahabatnya terdapat uang dua juta lima ratus. Jika digabungkan dengan uangnya berarti total semuanya adalah tiga juta lima ratus.

"maaf ya Mal, sepertinya uang kita harus habis demi pengobatan kamu. Tapi kamu tenang saja, aku akan mencari pekerjaan apapun itu untuk bisa menghidupi kita di sini" Elang mengambil uang yang ada di dompet Malik kemudian memasukkan ke dalam dompetnya.

Menjinjing tas ransel Malik, Elang mengayunkan langkah menuju ruang rawat Malik. dari luar ia dapat melihat Malik yang masih terbaring tidur di ranjangnya. dengan pelan menggeser pintu ruangan itu kemudian dirinya masuk ke dalam.

dipinggir ranjang tempat tidur Malik, ia menyimpan tas sahabatnya itu. Kemudian Elang duduk di kursi yang ada di samping Malik.

"maaf Mal, karena aku kamu jadi seperti ini" Elang memegang tangan Malik. "cepat sembuh"

Elang berniat mengganti pakaiannya yang kotor. Di dalam kamar mandi yang ada di ruangan itu, Elang berganti pakaian. ketika membuka bajunya, maka ketika itu juga sebuah kalung terlihat melingkar di lehernya. Kalung itu adalah pemberian gadis yang ia cintai.

Terbayang wajah Ainun untuk pertama kalinya dimana gadis itu menyentuh bibirnya dengan bibir tipis Ainun. Elang memegang bibirnya, kedua sudut bibirnya tersenyum simpul.

"tunggu aku sukses Ai, aku akan pulang untuk memintamu menjadi pendamping hidupku. Aku harap selama itu juga kamu masih tetap menungguku" Elang memegang kalung yang ia pakai.

setelah berganti pakaian, Elang keluar dari kamar mandi. Ia dekati Malik dan mengambil dompetnya yang ada di dalam tas.

"semoga saja uang ini cukup. kalau tidak, kemana aku akan mencari tambahannya" kedua matanya menatap dompetnya yang ia pegang.

Elang keluar dari ruangan itu. untuk ke tempat administrasi, Elang harus menggunakan lift untuk bisa sampai di bawah karena ruang rawat Akmal ada di lantai tiga.

Tiba di lantai bawah, dirinya celingukan mencari dimana letak ruang administrasi. ia bertanya kepada salah seorang perawat dan kemudian perawat itu menunjuk ke arah depan dimana ada salah seorang perawat yang berjaga di tempat itu.

"terimakasih sus"

"sama-sama"

Elang melangkah mendekati perawat itu dan berhenti di depannya.

"ada yang bisa saya bantu mas...?"

"emmm begini suster, saya mau membayar biaya pengobatan atas nama Malik Ali Imran"

"tunggu sebentar saya cekkan dulu ya"

Elang menganggukkan kepala. sambil menunggu, kedua matanya sibuk melihat sekitar. Dokter dan perawat yang senantiasa memberikan pelayanan, para pasien yang diajak jalan-jalan di luar oleh keluarga mereka. Elang melihat semua itu, dirinya teringat dengan ibu dan kedua kakaknya yang ada di desa. Sungguh ia rindu kepada mereka, namun demi tekad memperbaiki perekonomian keluarganya, Elang harus menyimpan rindu itu dalam-dalam.

"total semuanya tujuh juta mas. Mau dibayar cash atau kredit...?"

"t-tujuh juta...?" kedua mata Elang melotot.

"iya mas, semuanya tujuh juta" perawat itu membenarkan.

"ya Allah... uangnya tidak cukup" Elang meremas dompet yang ia pegang.

Dengan pelan ia mengeluarkan semua uang yang ada di dompetnya itu kemudian memperlihatkan kepada perawat tadi.

"sus...emmm...saya hanya punya uang segini. Apakah bisa saya bayar dengan jumlah sebanyak uang ini, nanti saya usahakan akan mencari tambahannya" Elang menyimpan uang itu di depan perawat.

Perawat itu hendak mengambil uang yang diberikan oleh Elang, namun uang itu ditarik oleh seseorang kemudian orang itu memberikan kartu kreditnya kepada perawat itu.

"pakai kartu ini sus, lunasi semuanya" ucapnya.

"baik" perawat itu mengambil kartu kredit itu.

Elang menoleh dan melihat Rayan yang berada di sebelahnya. Laki-laki itu tersenyum dan memberikan uang yang ia ambil tadi kepada Elang.

"ini uangmu, simpan kembali"

Namun Elang menolak dan mendorong tangan Rayan.

"terimakasih banyak sudah membantu saya. Sekarang uang itu menjadi milikmu. Sisanya akan saya ganti secepatnya, saja janji"

Rayan lagi-lagi tersenyum dan menggeleng kepala. Ia ambil tangan Elang dan menyimpan uang itu di telapak tangannya.

"saya ikhlas membantu, bukannya sudah saya katakan jangan sungkan dengan saya. Mulai sekarang kita berteman, kita saudara. Pegang uang itu, saya yakin itu uang satu-satunya yang kalian miliki bukan"

Elang menatap sendu uang yang ada ditangannya kemudian ia mengangguk kecil.

"entah bagaimana saya membalas kebaikan kamu, tapi sekali terimakasih banyak" Elang tanpa sungkan langsung memeluk Rayan.

"sama-sama" Rayan menepuk pelan punggung Elang.

Semua pembayaran telah selesai, keduanya berjalan beriringan menuju lift untuk ke lantai tiga. dan sekarang mereka telah sampai di ruang rawat Malik.

"saya membelikan makanan untukmu. Makanlah dulu, sejak tadi kamu belum makan bukan"

"astaga, tidak perlu repot-repot seperti ini Rayan. Habis sudah uangmu untuk membeli makanan ini" Elang begitu tidak enak hati.

"uang bisa dicari Lang. Sekarang ayo kita makan. saya sengaja tidak makan di tempatku tadi karena saya ingin makan bersama kamu" Rayan membuka pembungkus makanan yang ada di depannya.

Keduanya duduk berlesehan di lantai sebab ruangan itu tidak memiliki tempat duduk. tidak seperti ruangan khusus VVIP yang lengkap segala macam di dalamnya.

"kenapa kamu begitu baik padaku yang baru saja kamu kenal Rayan...?" Elang bertanya sambil membuka pembungkus makanannya.

"saya pernah berada di posisi kamu Lang. Saya tau betul bagaimana susahnya datang di kota yang begitu jauh tanpa ada seorangpun yang saya kenal. tapi untungnya di dunia ini masih ada orang baik yang ingin membantu sesama meskipun baru pertama kali bertemu. Darinya saya mendapatkan pekerjaan dan sekarang saya mempunyai usaha sendiri"

"jadi kamu mempunyai usaha sendiri...? Sungguh hebat ya, masih muda tapi sudah menghasilkan uang dan menjadi bos dari usahamu sendiri. Aku iri padamu"

Rayan tersenyum membuka penutup botol minuman kemudian meneguk beberapa kali air putih itu.

"setelah temanmu keluar dari rumah sakit, ikutlah denganku. Kalian bisa bekerja di tempatku. tinggal memilih saja, mau bekerja di cafe atau di bengkel"

"kamu punya dua usaha...?" Elang menatap Rayan.

"hummm" Rayan mengangguk. "Alhamdulillah, perjuangan disertai doa dan berbuat baik, Allah melancarkan semuanya. Semoga suatu saat kamu juga bisa sukses"

"aamiin...itu adalah cita-cita ku dari dulu"

Selesai makan, keduanya mencuci tangan di kamar mandi. Elang mendekati Malik yang masih betah menutup mata. ia duduk di tepi ranjang di dekat kaki sahabatnya itu sementara Rayan duduk di kursi.

"boleh saya tau kenapa sampai dia tertembak dan berakhir di rumah sakit seperti ini...?"

"entahlah, sebenarnya saya juga tidak tau. Pertama datang di kota ini, saya mengalami kecopetan dan bertemu dengan seorang wanita yang menganggap saya kalau saya adalah tunangannya"

Elang menceritakan semua yang mereka alami. Dari dirinya mengejar pencopet yang membawa lari tasnya, bertemu dengan Akira sampai akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah wanita itu. Namun yang terjadi dia dan Malik hampir saja kehilangan nyawa di tempat itu.

"Arjuna...?" kening Rayan mengkerut.

"iya. Saya juga tidak tau siapa dia, tapi yang saya herankan apakah wajah saya ini begitu mirip dengan laki-laki yang bernama Arjuna itu. Dan juga sepertinya dia memiliki banyak musuh, buktinya saya ingin dibunuh oleh ayah dari wanita itu"

"apakah yang dimaksud olehmu adalah Arjuna Wiguna...?"

"Arjuna Wiguna...?" Elang mengulang kata itu. "memangnya siapa dia, apakah kamu kenal...?"

"saya tidak mengetahui wajahnya seperti apa, sebab memang dirinya tidak pernah mengekspos wajahnya. tapi yang aku tau, dia adalah CEO dari perusahaan besar, emmm saya lupa nama perusahaannya. Dan satu lagi yang akan membuat kamu kaget"

"apa itu...? cepat katakan jangan sampai saya jantungan" Elang mendesak.

"dia sudah meninggal dua tahun lalu. Dia adalah CEO termuda dan juga terkaya. dia juga adalah...."

"adalah apa...?" wajah Elang semakin tegang.

"apakah kamu pernah mendengar pasukan bayangan hitam...?"

"haish... apalagi itu" Elang menggaruk kepala.

"pasukan bayangan hitam bisa dikatakan sebagai anak buah dari seorang mafia dan bosnya itu adalah Arjuna Wiguna"

"m-mafia...?" Elang membulatkan mata. "maksud kamu, dia... seorang mafia yang penjahat begitu...?"

"kalau dikatakan jahat sepertinya tidak. Karena yang saya dengar, pasukan bayangan hitam ini tidak melakukan kejahatan kepada masyarakat ataupun merugikan mereka. Pasukan bayangan hitam hanya membidik target orang-orang yang berkuasa namun semena-mena kepada orang lain. Biasanya para koruptor menjadi incaran mereka. Banyak masyarakat yang mendukung pasukan ini. Hanya saja dari kalangan orang-orang berkuasa, mereka juga melawan dan terjadilah saling serang"

"beberapa bulan yang lalu berita kematian Arjuna Wiguna tersebar di seluruh kota. Dan sekarang orang-orang licik yang memang menginginkan kematian laki-laki itu, sudah mulai semena-mena lagi. Saya tidak tau banyak, hanya itu saja. Tapi... apakah benar yang kamu maksud adalah Arjuna Wiguna...?"

"haaah" Elang menghela nafas panjang. Entahlah, lagi pula masa iya wajahku begitu mirip dengan Arjuna itu. saya begitu penasaran seperti apa wajahnya. "apa di berita apapun tidak menampilkan wajah laki-laki itu...?"

"tidak" Rayan menggeleng. "dia begitu misterius" lanjutnya.

"lalu apa yang harus saya lakukan sekarang Ray...? Jujur saja, saya begitu takut jika ditemukan lagi oleh orang-orang itu"

"musuh Arjuna ada dimana-mana Lang, itu yang saya tau. itu berarti, nyawamu sekarang dalam bahaya"

"kamu begitu tau tentang laki-laki itu, apakah kamu ini...." Elang memicingkan matanya ke arah Rayan.

"itu berita angin yang saya dengar. Tapi yang saya katakan kalau Arjuna adalah pemimpin pasukan bayangan hitam dan juga seorang CEO muda, itu memang benar adanya sebab saya mempunyai teman yang bekerja di perusahaan Arjuna itu"

"mungkinkah temanmu itu bisa mengetahui seperti apa wajahnya"

"tidak ada yang tau seperti apa wajah laki-laki itu. Karena seperti yang saya katakan tadi, dia begitu misterius"

Elang terdiam, pikirannya semakin berkecamuk. Memikirkan semua itu semakin membuat kepalanya pusing.

"Arjuna Wiguna... seperti apa sebenarnya wajahmu. Apakah memang begitu mirip denganku" gumam Elang.

Terpopuler

Comments

Bunda Silvia

Bunda Silvia

ko ceritanya kaya di film bollywod ya 😁😁😁

2025-01-20

0

V3

V3

klu mmg spt itu berita ttg Arjuna , maka lebih baik Elang menyamar saja wajah nya , biar tdk di kenali para musuh nya Arjuna

2023-08-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!